Cerita

Mengejar Lawan Seperti Ardi Idrus

Ada yang tidak biasa di sisi kiri pertahanan Persib Bandung musim ini. Kalau biasanya sektor tersebut diisi Tony Sucipto yang kenyang pengalaman, kali ini wilayah tersebut dihuni Ardi Idrus, pemuda penuh determinasi.

Ardi Idrus bukan bek sayap pada umunya di Go-Jek Liga 1 2018. Bek sayap kiri klub-klub papan atas mayoritas diisi pemain ofensif dengan umpan silang ciamik seperti Rezaldi Hehanussa (Persija), Reva Adi Utama (PSM), atau Andik Rendika Rama (Madura United). Namun, di antara mereka Ardi Idrus mencuat dengan spesialisasinya sendiri.

Kecepatan yang dimiliki pemain berusia 25 tahun ini lebih banyak dipakai untuk bertahan, ketimbang naik membantu serangan. Berbekal kemampuan itulah Ardi Idrus kerap menjadi lawan yang alot bagi pemain sayap lawan, seperti yang bisa kalian saksikan di dua video ini:

https://www.instagram.com/p/BlsdsELFMMc/

https://www.instagram.com/p/BmDUMatj3oM/

Video pertama adalah momen ketika Ardi berhasil mengejar Ricky Kayame (sayap kanan Persebaya), walaupun sempat tertinggal dua langkah di belakangnya. Dengan cermat Ardi dapat memotong jalur lari Ricky, sehingga serangan Bajul Ijo pun patah.

Kemudian di video kedua adalah aksi Ardi saat mengejar overlap Marckho Sandy (bek kanan Sriwijaya FC). Sama seperti saat mengejar Ricky Kayame, Ardi juga awalnya tertinggal cukup jauh di belakang Marckho, tapi tepat saat Marckho hendak melepas umpan silang, Ardi melakukan tekel dengan sangat presisi.

Baca juga: Berebut Tanda Tangan Marckho Sandy Meraudje

Selain dua video tersebut, ada aksi Ardi Idrus lainnya yang juga tak kalah heroik, yaitu ketika mengejar Bayu Gatra di laga Madura United kontra Persib awal musim ini. Awal kejadiannya sama; Ardi tertinggal di belakang, bahkan yang ini lebih jauh, tapi akhirnya berhasil menggagalkan penetrasi Bayu.

Bukan pekerjaan mudah

Mengejar lawan seperti Ardi Idrus terlihat sepele, tapi itu bukan pekerjaan mudah. Kecepatan memang menjadi modal utama, tapi analisa juga dibutuhkan agar berhasil melakukannya.

Ibaratnya begini. Kita sedang berkendara dan hendak menyalip kendaraan yang melaju kencang di depan. Selain harus memastikan laju kendaraan kita lebih cepat, kita juga harus memprediksi apa yang akan dilakukan kendaraan di depan. Apakah ia masih bisa menambah kecepatan, atau nekat memotong jalur agar manuver kita gagal.

Saat mengejar lawannya seperti tiga momen yang dijabarkan di atas, Ardi berada di posisi kita. Ia harus tepat memperkirakan pergerakan lawan yang dikejarnya, karena jika gagal maka upayanya akan berakhir sia-sia, hanya membuang energi. Hebatnya, sejauh ini Ardi bisa melakukannya dengan sangat baik.

Kemampuan Ardi sangat membantu Persib yang memiliki sayap kiri eksplosif, seperti Ghozali Siregar atau Febri Hariyadi. Skema ini terbukti membuat Persib meraih hasil positif; baru kemasukan 18 gol dari 19 laga (terminim di antara semua kontestan Go-Jek Liga 1 2018), dan tentu saja… menguasai pucuk klasemen selama tiga pekan terakhir!

Namun Ardi tidak memperoleh kemampuan spesial ini dengan sendirinya. Ada andil pelatih kepala Persib, Mario Gomez, yang membuat Ardi efektif menjalankan perannya. Pemain setinggi 165 sentimeter tersebut lebih banyak ditugaskan menjaga wilayahnya sendiri, bahkan beberapa kali Gomez sempat melarang Ardi melewati garis tengah.

Dengan lebih banyak berkutat di area pertahanan sendiri, Ardi bisa menyimpan tenaga untuk beradu lari dengan pemain sayap lawan, yang terlebih dulu harus melewati belasan meter perjalanan sebelum tiba di area kekuasaan Ardi.

Ardi Idrus menjadi salah satu perekrutan sukses yang didapat dari tim atau kasta bawah, bersama Arif Satria (Persela Lamongan) dan Riko Simanjuntak (Persija Jakarta). Jika sanggup menjaga konsistensi performa, bukan tak mungkin ia akan menembus timnas Indonesia.

Baca juga: Arif Satria, dari Liga 3 Menjadi Pilar Lini Belakang Persela

Tim Garuda pun akan mendapat berkahnya dengan kehadiran Ardi, karena memiliki komposisi bek sayap kiri dengan tipikal berbeda. Rezaldi dengan sisi ofensifnya, dan Ardi dengan atribut defensifnya. Sama seperti Brasil di Piala Dunia 2018, bersama Marcelo dan Filipe Luís.