Cerita

Ardi Idrus, Pemuda Penuh Daya Ledak dari Ternate

Ketika Persib Bandung memutuskan untuk mengikat Ardi Idrus pada Maret 2018, jelas tidak sedikit pihak yang mempertanyakan keputusan tersebut. Bagaimana klub sebesar Persib merekrut pemain yang minim pengalaman bermain di kompetisi level tertinggi. Namun, Ardi kemudian berhasil membuktikan diri dan bahkan para suporter kini begitu menyukai pemain kelahiran Ternate ini.

Tanda tanya besar dan rasa heran ketika tim dengan profil mentereng seperti Persib merekrut seorang Ardi Idrus, tentu merupakan sesuatu yang wajar. Maung Bandung tengah mencari suksesor Tony Sucipto yang semakin uzur. Winger muda, Puja Abdillah, bahkan sempat dimutasi ke sektor tersebut. Alih-alih mengambil nama-nama seperti Abdul Rahman atau Abduh Lestaluhu, justru Persib mengontrak Ardi yang kemampuannya belum teruji.

Semakin mengherankan karena sebelum melakukan seleksi di Bandung, Ardi sudah sempat melakukan seleksi di PSMS Medan dan Djadjang Nurdjaman kemudian menolak untuk mengambilnya. Situasi-situasi ini kemudian membuat banyak pihak mempertanyakan proses rekrutmen, bukan hanya Ardi, tetapi juga semua pemain Maung Bandung yang baru mendarat pada musim ini.

Bobotoh jelas memiliki semua alasan untuk khawatir terkait komposisi skuat tim kesayangan mereka, termasuk Ardi yang namanya boleh dibilang begitu asing. Selain Ardi, nama lain yang juga mengherankan direkrut adalah Muhamad Fisabillah yang berposisi sebagai bek tengah. Namun dengan caranya sendiri, Ardi kemudian membuktikan bahwa ia memang layak diperhitungkan.

Setelah sebuah penampilan mengesankan melawan Mitra Kukar, Ardi kemudian kembali tampil apik meskipun Maung Bandung takluk dari Madura United pada pekan pertandingan keenam. Ia berhasil membuat Bayu Gatra tidak berdaya. Bahkan ada satu momen di laga tersebut saat Ardi sebenarnya sudah tertinggal sekitar empat langkah, namun kemudian berhasil mengamankan pergerakan dari Bayu melalui sebuah tekel bersih di saat-saat terakhir.

Berbeda dengan kebanyakan fullback lain di Indonesia

Ada beberapa hal yang membuat Ardi menjadi begitu spesial. Pemain kelahiran Ternate, 22 Januari 1993 ini, berbeda dengan kebanyakan pemain lain yang berposisi sebagai fullback di kancah sepak bola Indonesia, terutama yang seusia atau berada satu generasi dengannya.

Berbeda dengan nama-nama seperti Rezaldi Hehanusa, Putu Gede Juni Antara, Alsan Sanda, Gavin Kwan Adsit, atau Firza Andhika, di mana nama-nama tersebut sering dianggap sebagai fullback modern. Pun soal teknik, nama-nama di atas memiliki kelebihan di atribut tersebut. Bagaimana aspek teknis tersebut kemudian sangat membantu permainan mereka.

Sementara Ardi adalah anomali. Menyoal teknik, mungkin Ardi biasa saja. Anda tentu belum pernah melihat Ardi melakukan overlap, lalu kemudian melewati pemain. Kelebihan Ardi bukan di sana. Daya ledak seorang Ardi Idrus bukan ketika ia naik membantu penyerangan melainkan dari kedisiplinan dan gaya bermainnya yang sederhana.

Ardi tidak neko-neko dalam menjalankan tugasnya. Intruksi untuk mengamankan penyerang sayap lawan ia lakukan dengan baik. Ia tidak terburu-buru atau bahkan secara emosional ikut naik untuk membantu penyerangan. Ardi biasanya lebih banyak menyodorkan bola kepada pemain sayap di depannya, entah Ghozali Siregar atau Febri Hariyadi.

Anda bisa melihat rekaman-rekaman pertandingan yang dijalani Ardi, di mana ia terus menjaga posisinya agar tetap berada dalam status siaga untuk menyergap penyerang lawan. Bahkan ketika tertinggal langkap seperti yang terjadi di laga melawan Madura, Ardi tidak pasrah. Ia tetap mengejar Bayu Gatra hingga tepat sebelum pemain sayap asal Samarinda ini berhadapan dengan kiper Deden Natsir.

Kedisiplinan serta ngeyel-nya Ardi justru adalah buah pengalamannya bermain di divisi bawah. Ardi bukan pemain yang dimudahkan dengan kariernya dimulai di kompetisi level tertinggi. Ardi merangkak dari bawah. Kematangan Ardi terbentuk di divisi bawah. Karena seperti yang diketahui bahwa ketimbang Liga 1, kompetisi Liga 2 memang lebih keras. Mental bertarung Ardi terus dipupuk sampai akhirnya tiba kesempatan untuknya bergabung ke Persib yang merupakan tim dari kompetisi level tertinggi.

Seperti kutipan dialog dalam film Black Panther, sesuatu yang sudah berkerja dengan baik bukan berarti menutup ruang bagi improvisasi dan peningkatan. Ardi memang sudah tampil sangat baik sejauh ini. Permainannya sejauh ini menunjukkan bahwa ia tidak terbebani untuk tampil di tim sebesar Persib, dan bermain di sektor yang sebelumnya ditempati oleh pemain sekelas Tony Sucipto.

Dalam penampilan apiknya sejauh ini, ada beberapa hal lain yang mesti benar-benar ditingkatkan oleh Ardi, yaitu soal membaca permainan dan ketenangan ketika menghadapi penyerang lawan. Pun dengan kemampuannya mengoper dan mengumpan. Apabila hal-hal tersebut berhasil diatasi, bukan tidak mungkin pemuda asal Ternate ini akan membuat ledakan-ledakan lain yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya.