Kisah menakjubkan Kroasia melaju ke final Piala Dunia 2018 tak lepas dari andil duet gelandang kelas dunia mereka, Ivan Rakitic dan Luka Modric. Meski di level klub mereka memperkuat dua klub yang menjadi rival abadi, yaitu Barcelona dan Real Madrid, keduanya bersahabat baik di dalam dan luar lapangan. Tahukah Anda bahwa cerita hidup Rakitic dan Modric sangat bertolak belakang?
Kita harus ingat bahwa ketika kedua pemain ini lahir ke dunia, negara Kroasia sama sekali belum eksis. Kroasia hanya merupakan salah satu wilayah di bawah bendera negara komunis, Yugoslavia. Setelah mereka menyatakan kemerdekaan dan memisahkan diri, Yugoslavia mengirimkan tentara untuk menginvasi Kroasia. Perang yang dikenal sebagai ‘The Croatian War of Independence’ ini berlangsung selama empat tahun. Ribuan warga Kroasia harus mengungsi dari kampung halaman mereka untuk mencari kehidupan yang layak.
Di sinilah hidup keduanya berbeda jalan. Mari kita mulai dari Ivan Rakitic. Banyak yang tidak tahu bahwa kisah hidup gelandang Barcelona ini dimulai di Swiss, negara kaya yang juga menjadi negara kelahirannya. Kedua orang tua Rakitic merupakan imigran Bosnia keturunan Kroasia yang mengungsi ketika bibit-bibit perang di semenanjung Yugoslavia mulai terlihat.
Ivan kecil tumbuh besar di Rheinfelden, kota kecil yang damai dan tentram. Dengan semua kebutuhan hidup terpenuhi, ia tak kesulitan mengejar mimpi sebagai pesepak bola. Setelah lulus dari akademi FC Basel, Rakitic digadang-gadang akan menjadi pilar tim nasional Swiss di masa depan, menyusul nama-nama keturunan lain yang melegenda di negara tersebut.
Di luar dugaan, Rakitic malah memutuskan untuk membela tim nasional negara asal ayahnya. Ini memicu kemarahan pendukungnya di Swiss dan Bosnia, yang bahkan berdampak pada beberapa ancaman pembunuhan yang diterimanya.
“Beberapa kali pintu rumah saya di Swiss diketuk orang tak dikenal. Juga ada beberapa orang yang mengancam untuk membunuh saya,” ujarnya mengenang masa-masa sulit tersebut. “Tapi saya dapat memahaminya, karena banyak orang yang berharap saya memperkuat tim nasional mereka.”
Badai tersebut akhirnya berlalu dengan sendirinya dan Rakitic kini merupakan salah satu pemain tersukses Kroasia, dengan torehan satu gelar Liga Champions Eropa. Ia juga membela Kroasia di tiga Piala Eropa serta satu Piala Dunia. Kisah hidup yang lebih menakjubkan lagi datang dari Luka Modric, tandemnya di lini tengah.
Layaknya cerita dongeng, perjalanan hidup gelandang genius Real Madrid ini penuh keajaiban. Berbeda dengan Rakitic, keluarganya tak mampu mengungsi ke negara lain yang lebih aman. Ayah dan kakeknya bergabung dengan tentara Kroasia untuk memerangi pemerintah Serbia (Yugoslavia). Kabar sedih diterima si kecil Luka, karena kakeknya harus tewas dieksekusi tentara Serbia.
Keluarga Modric harus menghabiskan beberapa tahun di kawasan pengungsi di kota Zadar. Luka dan adik-adiknya harus tinggal di dua kamar apartemen kecil dan hidup seadanya. Namun, mimpinya menjadi pesepak bola tak pernah padam.
Di masa kecilnya, sepak bola adalah mimpi yang mengalihkan Modric dari kejamnya realita. Suara bom dan tembakan selalu terdengar di luar tempat tinggal keluarganya, sehingga sepak bola menjadi satu-satunya hiburan anak-anak pengungsi Kroasia di lokasi tersebut. Setelah perang berakhir, ia lalu bergabung dengan tim muda Zadar sebelum direkrut salah satu akademi terbaik di Kroasia, Dinamo Zagreb.
Perjalanan Modric menjadi pilihan pertama di skuat Dinamo tidaklah mudah. Ia sempat dianggap terlalu ringkih untuk menjadi pesepak bola profesional. Namun, pria kelahiran 9 September 1985 ini tak putus asa. Ia rela menerima tawaran peminjaman ke klub Bosnia, Zrinjski, dan Inter Zapresic, klub di pinggiran kota Zagreb.
Modric tampil brilian dalam dua tahun masa peminjamannya itu. Manajemen Dinamo akhirnya menawarinya untuk menandatangani kontrak berdurasi 10 tahun. Dengan gaji layak yang diterimanya di klub tersebut, Modric akhirnya mampu membeli sebuah apartemen bagus untuk keluarganya di kota Zadar.
Sisanya adalah sejarah. Setelah tampil fantastis untuk Dinamo Zagreb dan tim usia muda Kroasia, Modric dijual ke Tottenham Hotspur. Kini, dengan torehan empat gelar Liga Champions di kisah hidupnya, ia bisa dibilang merupakan salah satu playmaker terbaik dunia.
Meski memiliki dua kisah hidup bertolak belakang, Rakitic dan Modric sama-sama berasal dari keluarga pengungsi korban perang. Hikmah dari perjalanan hidup mereka berdua adalah kesuksesan memang butuh mental baja dan keberanian dalam menghadapi realita sulit kehidupan.