Piala Dunia 2018

Sukses Tim Nasional Kroasia: Perpaduan Sempurna Talenta, Pengalaman, dan Keberuntungan

20 tahun sejak menggemparkan dunia dengan menjadi negara debutan tersukses dalam sejarah Piala Dunia, tim nasional Kroasia kembali mencatat sejarah. Gol Mario Mandzukic di babak perpanjangan waktu ke gawang Inggris membawa mereka ke final di Rusia 2018.

Kroasia akan bermain di laga puncak Piala Dunia 2018 menantang Prancis. Meski di luar prediksi banyak orang, perjalanan sukses tim berjulukan Vatreni ini sebenarnya menjadi buah yang sudah saatnya dipetik, mengingat banyaknya talenta yang negara ini hasilkan dalam 20-25 tahun terakhir.

Nama-nama seperti Robert Prosinecki, Davor Suker, dan Zvonimir Boban hingga Niko Kovac dan Darijo Srna selalu mewarnai panggung sepak bola dunia. kini Ivan Rakitic, Mario Mandzukic, dan salah satu gelandang terbaik di dunia, Luka Modric, Kroasia masih menjadi penghasil pemain-pemain hebat yang menghibur penggemar sepakbola semua seluruh dunia.

Setelah memenangkan peringkat tiga di Piala Dunia 1998 di Prancis, terdapat peningkatan pemain asal Kroasia di liga-liga papan atas Eropa. Pemain Kroasia terbaik saat ini, Luka Modric, berperan penting dalam membantu Real Madrid memenangkan Liga Champions tahun lalu serta dua musim sebelumnya. Di klub yang sama, anak muda bernama Mateo Kovacic juga sering disebut-sebut sebagai salah satu calon gelandang terbaik dunia.

Masih dari Spanyol, Ivan Rakitic juga masih menjadi bagian penting Barcelona setelah melewati tahun-tahun menakjubkan di Andalusia bersama Sevilla. Sementara dari Italia, striker Mario Mandzukic menikmati tahun-tahun menyenangkan bersama Juventus setelah sempat menjadi andalan Atletico Madrid dan Bayern München. Belum lagi nama-nama seperti Dejan Lovren (Liverpool) serta Daniel Subasic (AS Monaco) yang menjadi pilar di klub mereka masing-masing.

Kesuksesan nama-nama tersebut sebenarnya telah lama menjadi pertanyaan bagi para pengamat sepak bola dunia. Kroasia tak pernah dipandang sebagai tempat pengembangan pemain muda yang baik. Akademi paling terpandang di negara pecahan Yugoslavia tersebut adalah milik Dinamo Zagreb, itu pun didanai oleh manajemen kota Zagreb.

Praktis selama bertahun-tahun, tim nasional usia muda Kroasia sangat tergantung pada hasil program pengembangan pemain muda satu klub ini saja. Berkat sokongan dana mumpuni, akademi Dinamo Zagreb mampu memiliki pelatih dan pemandu bakat dalam jumlah banyak. Bisa dibilang, selama ini Dinamo-lah yang menjadi ‘dinamo’ dan penyuplai pemain dalam jumlah besar ke timnas.

Dinamo sebenarnya telah memecat 17 pelatih kepala tim senior mereka dalam 13 tahun terakhir. Namun, tak adanya perencanaan jangka panjang bukan berarti kekeringan prestasi. Justru dalam 13 ttahun itu klub ini memenangkan 12 gelar liga kasta tertinggi mereka.

Federasi Sepak Bola Kroasia juga terkesan tidak memiliki visi jangka panjang yang tepat tentang pengembangan olahraga ini. Tidak hanya di sepak bola, kekurangan manajemen visoner juga terlihat di berbagai cabang lain seperti bola tangan atau basket. Mungkin orang-orang Kroasia memang dari sananya terlahir berbakat secara fisik.

Pelatih Kroasia saat ini, Zlatko Dalic, ditunjuk hanya 48 jam sebelum Modric dan kawan-kawan memainkan pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 terakhir menghadapi tuan rumah Ukraina. Mereka harus menang untuk mencapai babak play-off. Dalic bahkan baru bertemu dengan para pemainnya di bandara Zagreb sebelum terbang ke Kiev!

Untungnya, standar pemain Kroasia di sepak bola Eropa saat ini sangat baik, karena tiga bintang utama mereka sedang menjadi sorotan di LaLiga. Masa depan mereka juga terlihat cerah dengan jumlah pemain berbakat yang terus muncul melalui akademi di Kroasia (sebagian besar melalui akademi Dinamo) maupun asing. Dalic hanya tinggal mengarahkan semua talenta ini untuk membentuk generasi emas Kroasia yang baru.

Mungkin sebenarnya orang-orang Kroasia berkembang karena terbiasa ditempa kekacauan dan kurangnya perencanaan? Akhirnya mereka menjadi terbiasa dengan berbagai bentuk improvisasi sejak usia muda. mungkin mereka telah menerima cara ini sebagai bagian dari mentalitas mereka.

Lihat saja bagaimana mereka tak panik ketika dibobol di menit-menit awal ketika menghadapi Denmark dan Inggris. Modric dan kawan-kawan juga tetap tenang meski harus menghadapi tiga babak perpanjangan waktu untuk mencapai final Piala Dunia 2018.

Ini memang merupakan teori yang aneh, atau mungkin Modric dan kawan-kawan hanya beruntung. Apa pun itu, Kroasia sekali lagi menjadi warna spesial di pentas Piala Dunia.