Cerita

Dunia Kebalikan Duo Roma di Kancah Eropa

Sepanjang tengah pekan ini, kata comeback barangkali amat sering terucap ataupun terdengar. Sebagai contoh, wakil Indonesia yang tampil di Piala AFC yaitu Bali United, menjadi korban keganasan Yangon United, yang akhirnya lolos ke babak selanjutnya, dengan skor akhir 2-3 kendati sempat unggul 2-1 hingga babak pertama usai.

Situasi serupa juga terjadi di benua Eropa, tepatnya di ajang Liga Champions dan Liga Europa. Sejumlah klub berhasil melakukan comeback guna mengikis defisit dari tim lawan sekaligus meloloskan dirinya ke babak berikut pada sepasang kejuaraan itu.

Namun unik, ada sebuah cerita menarik yang melibatkan dua wakil Italia yang berasal dari ibu kota yakni AS Roma dan Lazio. Pasalnya, kedua kubu juga terikat dengan kata comeback meski keduanya berakhir pada posisi yang bertolak belakang. Tengah pekan ini, keduanya seperti berada pada dunia kebalikan.

 

Roma ke babak semifinal

AS Roma

Tampil di hadapan pendukungnya sendiri yang memadati Stadion Olimpico (11/4), I Giallorossi mengembang misi mustahil kala disambangi Barcelona pada leg kedua perempat-final Liga Champions 2017/2018.

Hal itu terjadi lantaran di partai pertama (5/4), mereka harus keok dengan skor besar yaitu 1-4 di Stadion Camp Nou. Terasa semakin sial karena di laga tersebut dua pemain andalan Roma yakni Daniele De Rossi dan Kostas Manolas menceploskan gol bunuh diri.

Mengingat El Barca merupakan salah satu raksasa Eropa dalam kurun dua dekade terakhir karena sukses meraih beberapa prestasi gemilang di Liga Champions, mengalahkan Lionel Messi dan kolega, lebih-lebih dengan skor minimal 3-0 jelas bukan pekerjaan sepele. Roma butuh kerja keras, semangat dan pastinya mukjizat untuk mewujudkannya.

Tapi seperti yang sama-sama kita ketahui, heroisme khas cerita yang ada di manga ataupun komik, berhasil I Giallorossi perlihatkan secara paripurna pada partai nan menentukan tersebut.

Barcelona yang kondang sebagai tim dengan sistem permainan cantik dan ofensif, dibuat De Rossi dan kawan-kawan mati kutu layaknya anak Sekolah Dasar (SD) yang baru belajar bermain bola.

Tiga gol yang Roma butuhkan agar lolos ke semifinal, sanggup dilesakkan ke gawang Marc-Andre ter Stegen. Para aktor dari lahirnya gol-gol tersebut adalah Edin Dzeko, De Rossi, dan Manolas. Luar biasanya, mereka adalah sosok yang memperoleh sorotan tajam usai partai pertama karena dianggap bermain amat buruk dan menjerumuskan I Giallorossi dalam kesulitan.

Berselang sepekan kemudian, nama mereka justru harum lagi seantero ibu kota atau bahkan Italia karena sukses membawa klub yang berdiri pada tahun 1927 itu merangsek ke semifinal. Bagi Roma sendiri, kesuksesan mereka melaju ke semifinal Liga Champions musim ini adalah torehan kedua sepanjang sejarah klub setelah musim 1983/1984.

 

Lazio unggul 4-2

Lazio

Berbeda dengan sang rival sekota, Lazio justru ada di atas angin menjelang partai kedua mereka di babak perempat-final Liga Europa 2017/2018. Pasalnya, mereka mengantongi keunggulan setelah di laga pertama melawan Salzburg pekan lalu (6/4), menang dengan skor 4-2. Wajar bila kemudian mereka difavoritkan lolos ke semifinal.

Membawa keunggulan agregat nyatanya tak bikin I Biancoceleste berleha-leha saat mentas di kandang Salzburg dini hari tadi (13/4). Pasalnya, kubu tuan rumah punya motivasi tinggi buat membalikkan keadaan.

Atmosfer Stadion Salzburg benar-benar memberi tekanan tinggi buat Lazio sehingga mereka sulit tampil ciamik seperti biasa. Sedari sepak mula, Marco Parolo dan kawan-kawan acapkali dicecar oleh serangan-serangan bergelombang pihak Die Rotten Bullen. Beruntung, skor kacamata jadi penutup di babak pertama.

Tifosi setia Lazio malah bernapas lega selepas Ciro Immobile bikin gol untuk membawa mereka unggul 1-0 di menit ke-55. Asa bahwa merekalah yang bakal lolos ke semifinal makin menggelegak.

Akan tetapi, 35 menit waktu normal yang tersisa justru bak peristiwa horor untuk I Biancoceleste. Hal tersebut muncul karena Salzburg memaksa Thomas Strakosha memungut bola sebanyak empat kali dari gawangnya!

Selang semenit dari gol Immobile, Salzburg berhasil membalas via Munas Dabbur. Sorak-sorai terdengar semakin nyaring dari pendukung tim tuan rumah saat Amadou Haidara, Hwang Hee-chan, dan Stefan Lainer membobol gawang Lazio dalam tempo empat menit saja yaitu pada menit ke 72’, 74’ dan 76’ sekaligus membalikkan skor menjadi 4-1 serta unggul agregat 6-5 yang bertahan hingga peluit panjang berbunyi!

Alhasil, I Biancoceleste pun terpaksa pulang ke Italia dengan kepala tertunduk dan cucuran air mata sebab comeback brilian Salzburg itu juga menghentikan kampanye mereka di Liga Europa 2017/2018.

Layaknya roda kehidupan yang terus berputar, Roma dan Lazio sedang berada di titik yang berbeda. Kubu pertama ada di bagian atas roda dengan hati yang dipenuhi rasa gembira dan syukur, sementara tim yang disebut belakangan terbenam di bagian bawah roda sembari meratap kecewa.

Menjadi sebuah hal wajar pula andaikata Romanisti kini sedang asyik meledek Laziale, sang tetangga. Hal itu pun tidak hanya terjadi di kota Roma, melainkan di penjuru Bumi karena basis suporter kedua belah pihak memang tersebar seantero planet ini.

Ajaibnya, putaran nasib yang berbeda 180 derajat dan membelenggu masing-masing tim bak dunia kebalikan justru akan membawa mereka bertemu akhir pekan ini dalam Derby Della Capitale (16/4). Sebuah hal yang mungkin saja tak pernah dibayangkan oleh Eusebio Di Francesco ataupun Simone Inzaghi, pelatih dari masing-masing pihak, sebelumnya.