Eropa Inggris

Kamu Pernah Ingat Emmanuel Frimpong?

Emmanuel Frimpong, sebagian besar pendukung fanatik Arsenal memanggilnya ‘dench’, nickname yang dipilih sendiri oleh Frimpong. Sebagian lagi dari para pendukung Arsenal itu, mengetahui dan mengingat Frimpong sebagai the one that got away, ya, persis seperti lagu hits milik Katy Perry.

Frimpong bukan pemain jelek, walau berlebihan kalau disebut pemain bagus. Dia ada di level di mana ketika kamu bermain dengan benar dan sederhana, kamu seharusnya bisa jadi pemain yang baik, namun sayangnya, Frimpong memilih jalan yang lain. Seperti Andre Santos, Frimpong memilih jalan menekuni hidup di media sosial.

Semua bermula dari cedera lutut parah di Agustus 2010, ketika ia baru saja tampil brilian di Emirates Cup jelang pembukaan musim. Selepas turnamen tersebut, Arsene Wenger sendiri yang bilang bahwa Frimpong punya bekal untuk menjadi pemain utama di Arsenal, berdampingan dengan kapten, Cesc Fabregas, dan kawan karibnya sejak di akademi, Jack Wilshere.

Bagian dari generasi emas akademi Arsenal tahun 2009

Seperti akademi Manchester United yang memenangi FA Youth Cup 2011, dua tahun sebelumnya, di tahun 2009, Frimpong dan kolega juga meraih catatan serupa. Hebatnya lagi, tim tersebut pula yang mencatat double winners, memenangi liga dan pesta di final Piala FA usia muda tahun itu dengan menggilas Liverpool dengan skor mencolok 6-2 dalam dua leg.

Skuat yang dilatih Steve Bould kala itu memang salah satu yang terbaik dalam satu dekade terakhir. Di pos belakang, ada nama bek kekar, Kyle Bartley, yang kemudian menjadi palang pintu andalan, walau kemudian gagal, dan pernah bermain bersama Swansea City asuhan Brendan Rodgers di kemudian hari.

Lini tengah adalah kekuatan utama akademi Arsenal kala itu. Jack Wilshere, tentu saja, menjadi nama yang paling mencolok. Ia bahkan sudah merasakan debut di tim utama sebelum menjuarai Piala FA usia muda tersebut. Tapi pemain di sekeliling Wilshere yang kemudian membuat harapan pendukung Arsenal untuk memanen bakat-bakat muda akan terwujud. Di daftar kala itu, ada nama Francis Coquelin, Henri Lansbury, Frimpong, hingga nama yang kini populer di Turki, Oguzhan Ozyakup, yang pernah menjabat sebagai kapten Besiktas.

Frimpong adalah nama pemain utama kala itu. Duetnya bersama Wilshere di lapangan tengah digadang-gadang akan semakin bersinar ketika keduanya mentas bersamaan di tim senior. Frimpong, yang lahir di tahun dan bulan yang sama dengan Wilshere, namun lebih muda sembilan hari ini, dipandang banyak suporter Arsenal akan mewarisi trah gelandang powerhouse yang pernah ada di sosok Patrick Vieira dan Gilberto Silva.

Waktu yang kemudian menjawab, di ulang tahunnya ke-26 hari ini, Frimpong tengah berkarier di Liga Siprus bersama tim semenjana, Ermis Aradippou FC, tim yang bahkan kalah pamor dibandingkan APOEL Nicosia sekalipun.

Frimpong, dirindukan juga dibenci

Dilema pun sempat menghinggapi benak para suporter Arsenal. Frimpong dianggap tak benar-benar menjadi pemain yang bagus. Selepas pulih dari cedera lutut parah di 2010, ia lebih aktif di media sosial, memopulerkan tagar ‘dench’ yang seakan menjadi personal branding-nya di dunia maya, hingga membuat kariernya menukik drastis.

Tidak ada yang merindukannya ketika ia dilepas permanen ke Barnsley, namun, saat ia menerima banyak hujatan akibat mengacungkan jari tengah ke suporter Spartak Moskow yang terindikasi rasis kala berlaga bersama Ufa FC, ia justru diberi kartu merah oleh wasit. Hal itu memburuk karena federasi Rusia memberinya tambahan hukuman dua laga karena isu rasisme yang dikeluhkan Frimpong dianggap federasi mengada-ada.

Sontak, dunia maya bergejolak. Puluhan ribu suporter Arsenal menyemangati Frimpong, membuatnya terkesan sampai menangis penuh haru (sedikit surealis melihat Frimpong yang gahar itu menangis haru di sebuah video) dalam video singkat yang diunggahnya ke Twitter.

Selamat ulang tahun, dench!

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis