Kolom

Aaron Ramsey dan Jack Wilshere: Tandem Impian di Ruang Mesin Arsenal?

Kenapa judul memakai tanda tanya? Karena satu dan lain hal, duet Aaron Ramsey dan Jack Wilshere adalah duet gelandang tengah yang diimpikan banyak penggemar Arsenal, tapi, duet ini bisa seperti pedang bermata dua. Duet yang bisa saja menjadi duet yang solutif bagi permasalahan lini tengah Arsenal, tapi juga bisa menjadi senjata makan tuan.

Mari kita telisik satu per satu dimulai dari latar belakang munculnya wacana ini, situasi terkini, dan proyeksinya di masa depan:

British Core

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sejak berakhir era Invincibles dan mulai berkurangnya kedatangan pemain Prancis di skuat Arsenal, fokus Arsene Wenger dan tim pemandu bakat serta tim akademi adalah memperbanyak pemain muda Inggris. Skemanya pun beragam, ada yang dibeli dari klub lain, ada pula yang dikembangkan sendiri melalui Hale End Academy.

Ditambah neraca keuangan Arsenal yang menipis akibat proyek pembangunan Emirates Stadium, terbit kemudian ide dan proyek untuk mengumpulkan banyak pemain muda Inggris sebagai bahan bakar untuk dipasok ke tim utama di masa depan. Hal ini kemudian diperkuat di era milenium baru, ketika mulai ada aturan homegrown player yang harus dimiliki klub Liga Inggris di tim utama mereka.

British Core terbaik Arsenal kemudian muncul di rentang 2008-2011, ketika berturut-turut Arsenal merekrut Aaron Ramsey dan Alex Oxlade-Chamberlain. Keduanya, bersama dengan alumni akademi, Jack Wilshere, Kieran Gibbs, dan Carl Jenkinson, diharapkan menjadi fondasi pemain muda Britania Raya (ya Britania, karena Ramsey orang Wales) di skuat inti Arsenal.

Arsene pun menaruh harapan tinggi di kelima pemain ini. Di 2012, kelimanya diikat kontrak panjang. Tapi, seperti jalan takdir, satu per satu dari mereka mulai gagal memenuhi takdirnya, dan memiliki jalan karier berbeda. Praktis, sampai dengan awal musim ini, hanya Ramsey yang sukses dari generasi British Core Arsenal.

Jack Wilshere banyak didera cedera dan sempat dipinjamkan ke Bournemouth, Jenkinson mengalami banyak penurunan performa semenjak cedera kala peminjaman di West Ham United, sedangkan Gibbs resmi dijual ke West Browmwich Albion karena gagal lepas dari bayang-bayang Nacho Monreal, sementara Chamberlain sukses menyumbang pemasukan 40 juta paun kala dijual ke Liverpool di musim panas lalu.

Jadi, secara umum, dari kelima pemain di proyek British Core tersebut, hanya tersisa Wilshere dan Ramsey di skuat utama Arsenal, dan sudah menjadi rahasia umum, keduanya adalah dua pemain idola pendukung Arsenal yang diharapkan menjadi duet gelandang tengah di ruang mesin Arsenal, setidaknya, mulai musim ini. Lalu, bagaimana potensi duet keduanya?

Ramsey dan Wilshere bisa bermain bersama, tapi……

Baik Ramsey dan Wilshere, keduanya mekar di waktu berbeda di musim ini. Ramsey konsisten di awal musim sampai kemudian cedera di bulan Desember lalu, sementara Wilshere stabil di Liga Europa dan piala domestik (Carabao dan FA), sebelum akhirnya mulai mendapat menit bermain di Liga Primer Inggris karena cederanya Ramsey.

Ramsey adalah gelandang terbaik Arsenal saat ini, sedikit di bawah Mesut Özil. Catatan golnya ada di angka tiga, sementara jumlah asisnya sendiri cukup banyak, ada delapan buah, jauh di atas Özil, yang sejak musim lalu mulai memperbanyak rekening golnya untuk The Gunners.

Sementara Wilshere, sudah bermain cukup banyak di kompetisi Eropa dan sukses mencetak satu gol serta tiga asis. Menit bermainnya yang meningkat di liga juga sukses membuatnya mencetak satu gol dan dua asis dari sepuluh laga di liga, walau hanya dengan menit bermain tak mencapai 600 menit. Wajar, karena sebelum Ramsey menepi, Wilshere bermain sebagai jatah pemain pengganti.

Bila Ramsey pulih, dalam dua hingga tiga pekan mendatang, lalu bagaimana peluang bermain bersama Wilshere? Ini pertanyaan menarik, sekaligus rumit untuk ditemukan jawabannya. Mengesampingkan Ramsey yang sudah kembali fit dan bugar adalah dosa, namun Wilshere juga tengah menemukan sentuhan terbaiknya selama periode Desember lalu, dan berkat periodisasi Wenger di awal musim, kini, pemain 26 tahun itu mulai menuju ke level kebugaran yang memuaskan.

Ada solusi untuk membangkucadangkan Granit Xhaka, yang sering kehilangan bola, dan kerapkali melakukan pelanggaran di waktu dan tempat yang salah. Tapi, ini rumit, karena Xhaka adalah salah satu pemain yang dipakai Arsenal untuk mengakses sepertiga akhir lawan dengan visi dan jangkauan umpannya yang bagus.

Arsene sempat membuat skema menarik, mash tetap dengan tiga beknya, dengan membuat Özil sedikit turun ke bawah, dan Wilshere sebagai gelandang tepat di belakang Alexandre Lacazette. Jangkauan umpan gelandang asal Jerman tersebut lebih baik dari Wilshere, dan skema ini sempat memudahkan Arsenal membongkar pertahanan lawan yang memakai sistem low-block.

Bila Ramsey pulih, opsi mencadangkan Wilshere adalah yang paling mungkin dipilih oleh Arsene. Tapi, masih ada celah bagi keduanya untuk bermain bersama, dengan Wilshere yang berduet dengan Xhaka di ruang mesin, dan Ramsey, dengan goal-threat dan inisiatifnya yang bagus untuk masuk kotak penalti lawan, ada di gelandang serang di belakang penyerang. Opsi ini juga sangat bagus dipakai sebagai antisipasi untuk ‘hidup tanpa Alexis Sanchez dan Özil’, yang saga kontrak keduanya masih terus berlanjut dan Arsenal dihadapkan pada situasi yang tak memungkinkan membeli gelandang baru di Januari.

Prospek duet RamShere di masa depan dengan 4-2-3-1

Dengan performa Wilshere selama Desember, juga kebugarannya yang mulai optimal, asal tidak disapa oleh cedera, ia akan membuat lini tengah Arsenal semakin kaya ide dan kreativitas. Kembalinya Ramsey juga memungkinkan Arsene untuk kembali memakai skema favoritnya, 4-2-3-1.

Dulu, ia pernah memakai Ramsey dan Mikel Arteta, dan memunculkan duet RamTeta yang pernah membuat Arsenal tampak sangat seimbang, kreatif, dan kuat. Tapi, itu dulu, sebelum Liga Inggris disambangi manajer kelas dunia seperti Antonio Conte dan Pep Guardiola, hingga Jürgen Klopp.

Dengan memakai double pivot, Arsene Wenger bisa memainkan Ramsey, Wilshere, Özil, dan Granit Xhaka, bahkan Alexis bersamaan untuk menopang Lacazette di lini serang. Dengan pembagian peran dan sistem yang tepat, SEHARUSNYA, bisa membuat lini tengah Arsenal lebih seimbang, kreatif, dan kuat, ya setidaknya, seperti zaman dahulu kala. Dan itu akan semakin menarik lagi, ketika Santi Cazorla, penyihir mungil dari Iberia itu, pulih dan kembali ke kebugaran yang prima di tahun 2018 ini.

Bagaimana, siap menyambut duet Aaron Ramsey dan Jack Wilshere di tim inti Arsenal?

Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis