Turun Minum Komunitas

Joanna Lohman dan Misi Besar untuk Memajukan Sepak Bola Wanita

Hari Selasa (9/1) kemarin, Football Tribe Indonesia mendapat kesempatan untuk menghadiri acara Super-Sports Women yang diadakan oleh @atamerica dan Kedutaan Besar Amerika Serikat, yang bekerja sama dengan salah satu komunitas sepak bola wanita terbesar di Indonesia, Women’s Footie Indonesia.

Acara ini ditujukan untuk mengenalkan sepak bola terhadap remaja wanita dan mengajak mereka untuk turut serta memajukan sepak bola wanita di Indonesia. Kami bersama beberapa penonton lain yang kebanyakan berasal dari Benteng Muda Banten, salah satu akademi sepak bola wanita di Indonesia, serta Asian Soccer Academy (ASA), antusias untuk mengikuti jalannya acara.

Super-Sports Women dimoderatori langsung oleh Sicilia Setiawan, pelatih Football Plus Putri, salah satu klub futsal perempuan di Indonesia. Sicilia termasuk salah satu pionir dari kemajuan sepak bola dan futsal putri di Indonesia.

Perempuan hebat lulusan Universitas Parahyangan tersebut pernah membawa klubnya menjadi juara Liga Futsal Nusantara (LFN) 2016 Jawa Barat. Meskipun begitu, sebelum terjun ke dunia futsal, Sicilia sempat menjajaki dunia sepak bola. Ia sempat mengikuti kursus kepelatihan di Belanda dan Amerika Serikat. Namun, karena futsal perempuan jauh lebih berkembang dibanding sepak bolanya, ia memutuskan untuk pindah haluan. Pada dasarnya, tekad Sicilia sama, ia ingin memajukan olahraga untuk kaum hawa di Indonesia.

Bintang utama dari acara ini adalah Joanna Lohman, pesepak bola perempuan asal Amerika Serikat, yang bertindak sebagai pembicara. Lohman adalah gelandang dari klub Washington Spirit, salah satu klub sepak bola perempuan profesional yang berkompetisi di National Women’s Soccer League (NWSL) Amerika Serikat. Lohman juga sempat menjadi bagian dari timnas sepak bola perempuan Amerika Serikat yang kondang itu, dan pernah berkarier di luar negeri bersama Espanyol dan Apollon Limassol. Usianya kini sudah menginjak 35 tahun, dan ketika musim depan bergulir, ia resmi menjadi pemain tertua kedua yang bermain di NWSL.

Acara dibuka dengan video tentang perjalanan karier sepak bola Lohman. Pemain yang akrab dengan nomor punggung 15 ini sudah bermain sepak bola sejak usianya masih enam tahun. Ia rutin bermain sepak bola bersama saudara laki-lakinya, yang kini menjabat sebagai salah satu staf di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Ia mengatakan bahwa adalah mimpinya untuk menjadi pesepak bola profesional sejak kecil. Namun, ia bahkan sudah menemui tantangan sejak di umur yang begitu kecil.

“Ketika saya mengatakan cita-cita saya kepada guru saya di sekolah dasar, ia menertawai saya. Ia mengatakan bahwa tidak ada yang namanya pesepak bola profesional bagi perempuan. Ia meminta saya untuk mencari cita-cita lain. Namun saya tak peduli, saya tetap berusaha dan melakukan apa yang saya cintai, dan kini lihat di mana saya berdiri,” ujar Lohman.

Itu hanyalah awal dari kesulitan yang Lohman hadapi dalam menjalani karier sebagai pesepak bola perempuan profesional. Ia sempat mengalami beberapa momen yang sulit dalam kariernya. Ia gagal dalam seleksi untuk masuk ke skuat Piala Dunia Wanita di fase terakhir, ia pernah gagal menjuarai final Championship NWSL yang mana secara mengejutkan ia tidak diturunkan oleh manajernya di laga itu, dan yang terbaru, ia sempat mengalami cedera ACL (ligamen) tahun lalu, yang membuatnya harus menepi selama lebih dari enam bulan.

Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan bahwa pernah mengalami diskriminasi karena penampilannya dan profesinya yang ‘tidak biasa’. Ia juga mengungkapkan bahwa meski usaha untuk terus menyamakan hak pesepak bola perempuan dengan pesepak bola pria terus dilakukan, kenyataannya tidak semudah itu.

Ia mengatakan bahwa secara finansial, pesepak bola perempuan jauh lebih tidak sejahtera ketimbang pesepak bola pria. Ia hingga saat ini masih tinggal bersama orang tuanya di Washington, koleganya yang lain juga masih hidup layaknya orang biasa, jauh berbeda dengan kehidupan pesepak bola pria yang glamor. Selain itu, ia menyatakan bahwa antusiasme terhadap NSWL pun masih minim, dengan hanya rata-rata dua ribu penonton yang hadir, ketika Spirit bertanding.

Meskipun begitu, Lohman tak peduli akan semua itu. Alih-alih, ia jadikan semua penghalang sebagai motivasi.

“Saya tetap yakin terhadap cita-cita saya. Ke mana saja saya pergi, kritik pasti akan menghampiri. Namun, kritik hanya akan tidak hadir apabila kita tidak melakukan apa-apa. Yang terpenting bagi saya adalah, saya bisa membantu rekan-rekan wanita saya untuk mengejar mimpi mereka.”

Ya, Lohman pun memang sudah melewati puncak kariernya. Ia memiliki tempat tersendiri bagi suporter Spirit, yang kerapkali memberinya hadiah seperti boneka yang menyerupai dirinya. Selain itu, ia juga dijuluki sebagai Jo-Hawk, karena penampilan rambutnya yang mohawk. Ini membuktikan bahwa tidak hanya ia membuat dirinya sendiri bahagia, namun Lohman juga dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

Itulah yang menjadi cita-citanya ketika pensiun nanti. Ia mengatakan bahwa ia akan tetap bermain hingga usia 40 tahun, namun selepas pensiun, ia tetap akan berkecimpung di dunia sepak bola. Ia akan berkeliling dunia untuk memperjuangkan keseteraan gender secara umum, dan memberdayakan sepak bola perempuan secara khusus.

Baca juga: Balada Kaum Wanita dan Sepak Bola

Di akhir acara, ia memberikan petuahnya untuk calon pesepak bola wanita yang hadir di tempat.

“Saya ingin kalian untuk tetap melakukan apa yang kalian cintai. Jangan bermain sepak bola karena uang. Jangan bermain sepak bola untuk mencari kemenangan. Bermainlah karena kalian mencintai olahraga ini. Itu adalah langkah awal kalian untuk berkontribusi terhadap perkembangan sepak bola di negara kalian. Di masa depan, saya berjanji saya akan kembali ke Indonesia. Saya ingin membantu kalian untuk menggapai cita-cita kalian.”

Mimpi Joanna Lohman mungkin juga menjadi mimpi banyak perempuan di Indonesia, namun di negara ini, perjuangan untuk memajukan sepak bola wanita masih hijau. Masih banyak yang harus dilakukan. Meskipun begitu, apa yang dilakukan Lohman tentu layak dijadikan inspirasi untuk memulai langkah tersebut.

Terima kasih, Jo-Hawk!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket