Nasional Bola

10 Januari: Berpulangnya Achmad Kurniawan

Sore itu tangis langsung pecah di sebuah kamar rawat inap Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar, Malang. Seorang legenda, panutan, sekaligus sosok yang sangat dihormati di Arema, Achmad Kurniawan, mengembuskan napas terakhirnya pada 10 Januari 2017, sekitar pukul 17:00 WIB.

Pemain yang akrab disapa AK47 ini sudah dirawat intenstif sejak 29 Desember 2016, dan sehari kemudian mengalami koma. Ia menderita komplikasi penyakit jantung, asam lambung, gangguan pernapasan, yang diduga berasal dari kandungan zat berbahaya yang membentuk racun di tubuhnya. Untuk bertahan hidup, ia harus melakukan cuci darah.

Berita duka ini tentu menjadi pukulan telak bagi Arema. Pasalnya, Achmad Kurniawan sempat bermain sangat apik di putaran kedua Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016, dengan jumlah penampilan 16 kali. Ia menggantikan adiknya, Kurnia Meiga Hermansyah, yang menderita cedera.

Meski berpostur agak gemuk dan sudah berusia 37 tahun, nyatanya Achmad Kurniawan masih bisa menunjukkan performa impresif di bawah mistar Singo Edan. Dengan gaya khasnya yang menjaga gawang sambil mengunyah permen karet, AK47 berdiri kokoh sebagai palang pintu terakhir pertahanan runner-up TSC A 2016 itu.

Sedikit menengok ke belakang, ada momen mengharukan yang terjadi di balik kembalinya kiper kelahiran Jakarta ini ke Arema. Saat itu, Achmad Kurniawan memenuhi wasiat ayahnya, yang menginginkannya untuk bermain di klub yang sama dengan adiknya, Kurnia Meiga.

Alhasil, Achmad Kurniawan yang saat itu bermain di Semen Padang, kembali lagi ke Arema pada tahun 2010. Sebelumnya, AK47 juga pernah berseragam Singo Edan pada 2006-2008, setelah membela klub masa kecilnya, Persita Tangerang selama lima tahun sejak 2001.

Momen-momen bahagia

Meski lahir dan tumbuh di Jakarta, Achmad Kurniawan justru merasakan kejayaan di Malang bersama Arema. Di tahun 2006 ia membawa Arema menjuarai Copa Indonesia, yang berujung pada pemanggilan untuk mengikuti seleksi pemain timnas di Piala Asia 2007.

Sayangnya, saat itu AK47 kalah bersaing dengan kiper-kiper lain seperti Markus Haris Maulana (Markus Horison) yang menjadi pemain inti, dan Ferry Rotinsulu, serta Jendry Pitoy. Namun, kegagalan itu tak membuatnya patah arang.

Kepiawaiannya menahan gempuran lawan dan kepribadiannya yang dikenal sangat loyal, membuat tanda tangannya diburu banyak klub. Ia kemudian menerima tawaran Persik Kediri pada tahun 2008, tapi di sana performanya menukik tajam. Musim depannya, Achmad Kurniawan hijrah ke Semen Padang, dan penampilannya mulai membaik bersama Kabau Sirah.

Namun ia hanya satu musim berkarier di Padang. Untuk memenuhi wasiat ayahnya, ia kemudian kembali ke Arema, meski harus menjadi pelapis dari adik kandungnya sendiri. Sebuah loyalitas yang sangat luar biasa, karena ia telah menunjukkan kesetiannya pada dua hal sekaligus: klub dan keluarga.

Detik-detik kepulangan ke Sang Pencipta

Achmad Kurniawan dilarikan ke rumah sakit pada 29 Desember 2016. Saat itu ia dikabarkan terkena serangan jantung, sehingga harus dirawat intensif. Namun beberapa hari kemudian, hasil pemerikasaan mengatakan bahwa ia mengalami komplikasi.

Menurut penuturan istrinya yang baru saja dinikahi pada Februari 2015, Femilia Chintya, pada Jumat (6/1/17), kondisi Achmad Kurniawan sempat membaik dan sadar, tapi hanya beberapa menit.

“Respons gerakan sudah jelas terasa. Ketika saya menggenggam tangan, ada sedikit respons dari tubuhnya,” ujar Femilia saat itu.

Bahkan, kakinya juga sudah bisa sedikit bergerak, dan dokter mengatakan kondisinya semakin membaik. Organ vital seperti jantung dan ginjal sudah berfungsi lagi. Akan tetapi, setelahnya Achmad Kurniawan justru mengalami koma dan kondisinya terus naik-turun sejak 9 Januari 2017.

“Total dia sudah enam kali cuci darah. Kondisinya memang tidak stabil waktu saya jenguk semalam,” kata pelatih kiper Arema, Yanuar ‘Begal’ Hermansyah, dalam kunjungannya ke rumah sakit.

Hingga akhirnya, Achmad Kurniawan tak kuasa lagi untuk melanjutkan perjuangannya mempertahankan hidup. Kiper kelahiran 31 Oktober 1979 ini meninggal dunia, tepat pada hari ini, setahun yang lalu.

Achmad Kurniawan mengembuskan napas terakhirnya pada 10 Januari 2017, di usia 37 tahun. Ia meninggalkan istri yang sangat dicintainya, Femilia Chintya, serta kedua saudara kandungnya, Kurnia Meiga dan Kurnia Ade Riyanti, juga meninggalkan klub yang turut membesarkan namanya, Arema Malang.

Beristirahatlah yang tenang, AK47. Meski engkau tak lagi bersama kami, tapi namamu akan tetap kekal abadi di ingatan kami.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.