Pada jendela transfer musim panas yang lalu, pencinta sepak bola dibuat geger setelah Paris Saint-Germain (PSG) dipastikan merekrut salah satu megabintang kepunyaan Barcelona, Neymar. Tak tanggung-tanggung, penjualan pemuda berusia 25 tahun asal Brasil itu memberi El Barca suntikan dana segar senilai 222 juta euro.
Guna menambal lubang yang ditinggalkan Neymar, manajemen Barcelona pun bergerak cepat. Mereka berani menggelontorkan dana sebesar 105 juta euro buat membajak penggawa muda Borussia Dortmund, Ousmane Dembele.
Perekrutan Dembele seolah melengkapi momen belanja Barcelona selama musim panas yang lalu karena sebelumnya juga telah mendatangkan sejumlah amunisi baru dalam diri Gerard Deulofeu, Paulinho, dan Nelson Semedo. Jika dihitung, kedatangan para penggawa anyar tersebut menguras kocek sebesar 187 juta euro.
Dengan keuntungan melimpah yang Barcelona dapatkan usai melepas Neymar, terasa sangat wajar apabila mereka belanja dengan cukup masif sebelum musim 2017/2018 bergulir.
Akan tetapi, hasrat belanja dari klub yang berkandang di Stadion Camp Nou tersebut tak selesai sampai di situ. Hal ini terbukti dengan langkah agresif mereka begitu jendela transfer musim dingin dibuka pada pertengahan musim ini.
Bersama Chelsea yang mencomot Ross Barkley dari Everton dan Liverpool yang merekrut Virgil van Dijk, El Barca jadi salah satu klub raksasa Eropa yang memastikan kehadiran penggawa anyar saat jendela transfer bulan Januari baru memasuki pekan perdana.
Gelandang kreatif asal Brasil milik Liverpool, Philippe Coutinho, menjadi nama baru yang didaratkan tim asuhan Ernesto Valverde kali ini. Demi Coutinho, Barcelona rela merogoh sakunya hingga sudut yang paling dalam. Tak main-main, dana senilai 142 juta euro jadi mahar yang kudu digelontorkan El Barca demi meminang pemain berusia 25 tahun itu.
Dengan dalih memperkuat tim sekaligus meremajakan skuat, khususnya sektor gelandang di mana banyak pemain pilar Barcelona yang semakin menua, langkah manajemen yang terus melakukan pembelian pemain baru memang terkesan wajar.
Akan tetapi, ada satu hal yang belakangan ini semakin kerap diperlihatkan Barcelona walau bukan ciri khas mereka. Ya, kesebelasan yang berdiri tahun 1899 ini jadi semakin boros dalam membelanjakan uangnya setiap kali bursa transfer pemain mengetuk pintu.
Berdasarkan data teraktual sampai hari ini (8/1), pengeluaran Barcelona untuk membeli pemain baru selama musim 2017/2018 telah menembus angka 332 juta euro. Kondisi tersebut menempatkan mereka sebagai klub terboros seantero Eropa bahkan di dunia melebihi AC Milan, Manchester City, dan PSG.
Bahkan jika dikomparasi dengan pengeluaran yang sudah dikeluarkan sang seteru abadi, Real Madrid, pada musim ini, sisi royal El Barca semakin nyata terlihat. Pasalnya, hingga detik ini El Real ‘cuma’ mengucurkan dana sebesar 40,5 juta euro guna menggaet pemain anyar.
Sejumlah kalangan pun meyakini andai klub dari ibu kota Spanyol itu belanja gila-gilaan di sepanjang periode transfer musim dingin untuk membenahi kekurangan yang ada, pengeluaran mereka takkan sebanyak Barcelona.
Terlepas dari banderol pesepak bola yang nilainya semakin diluar nalar, model belanja ala orang kaya baru yang ditunjukkan Barcelona ironisnya justru berlangsung sejak musim lalu.
Pada musim 2016/2017, El Barca harus menguras isi rekening mereka sampai 123 juta euro buat memborong enam pemain, mulai dari Paco Alcacer hingga Samuel Umtiti. Sebaliknya, Madrid cuma menghabiskan 30 juta euro guna mengaktifkan klausul pembelian kembali Alvaro Morata dari Juventus.
Diakui atau tidak, bahkan oleh pendukung fanatiknya, keadaan seperti ini malah mencuatkan satu pertanyaan besar kepada Barcelona. Ada apa dengan akademi La Masia kepunyaan mereka?
Sebab dalam kurun beberapa musim terakhir, sulit bagi para pencinta sepak bola untuk menemukan satu atau dua alumnus La Masia yang dipromosikan ke tim utama dan lantas jadi pemain andalan Blaugrana yang baru.
Padahal, selama ini publik mengetahui dengan pasti kemampuan La Masia dalam menelurkan bakat-bakat terbaik di bidang sepak bola, ada pada level yang sangat brilian.
Indikasi-indikasi tersebut akhirnya memunculkan asumsi jika Barcelona tengah menduplikasi gaya Real Madrid, khususnya di periode awal 2000-an yang lalu meski belum sampai pada taraf yang sama.
Penggemar sepak bola selama dua dekade terakhir jelas mafhum tabiat Madrid yang gemar mengumpulkan pemain bintang di setiap musimnya plus menepikan lulusan akademi Castilla. Terlebih, pembelian-pembelian El Real ketika itu sungguh fantastis karena melibatkan nama David Beckham, Luis Figo, Ronaldo Luiz Nazario, sampai Zinedine Zidane.
Pendukung Barcelona boleh saja menampik asumsi semacam itu, tapi jika klub kesayangan mereka terus menunjukkan pola yang sama, boros belanja dengan nilai besar di setiap bursa transfer guna mengakuisisi pemain bintang, dan La Masia tak kunjung meroketkan talenta fantastis sehingga bisa dijadikan pilar skuat utama, tak menutup kemungkinan bila label Los Galacticos baru akan disematkan kepada El Barca.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional