Nasional Bola

Mengenal Bruce Djité, Legenda Adelaide United yang Berlabuh di PSM Makassar

PSM Makassar resmi mendapatkan amunisi baru untuk mengisi lini depan mereka di Liga 1 2018. Mantan bintang Adelaide United, Bruce Djité, telah resmi bergabung dengan klub berjulukan Juku Eja tersebut.

Pemain depan berusia 30 tahun ini menjadi rekrutan high-profile terbaru klub-klub Indonesia setelah kedatangan mantan pemain Real Madrid dan Chelsea, Michael Essien, serta eks-Liverpool dan Juventus, Mohamed Sissoko. Mereka bermain di Liga 1 2017 dan membuat sepak bola Indonesia cukup menjadi perhatian dunia.

Djite telah menyetujui kontrak selama dua tahun. Peresmian ini dilakukan di sesi konferensi pers yang berlangsung di Aryaduta Hotel Makassar, hari Rabu 3 Januari 2018 lalu.

PSM Mendapatkan pemain Australia berdarah Togo ini dengan status transfer bebas. Pada tahun 2017 lalu, Djite membela klub kasta kedua Liga Korea Selatan, Suwon FC. Meski demikian, ia cukup dihormati di Liga Australia dengan beberapa prestasi yang diukirnya. Terakhir, ia memenangkan A-League (Liga Australia) pada musim 2015/2016 bersama Adelaide United.

Cukup disegani di kancah Asia

Siapa sebenarnya Bruce Djité? Apakah kualitasnya memang di atas para penyerang yang kini telah meninggalkan PSM, yaitu Ferdinand Sinaga, Pavel Purishkin, dan Reinaldo Costa?

Dari segi reputasi, pemain ini terbilang cukup disegani di Australia. Ia terpilih menjadi Pemain Muda Terbaik Australia untuk tahun 2008, setelah tampil produktif dengan mencetak 10 gol dalam 22 pertandingan. Bersama Adelaide United, Djité lalu menjalani salah satu musim terhebat dalam kariernya. Ia membawa Adelaide mencapai final Liga Champions Asia 2008 sebelum ditaklukkan Gamba Osaka.

Prestasi sebagai runner-up Liga Champions Asia membawa keberuntungan bagi klub dari selatan Australia tersebut. Mereka berhak tampil di kompetisi bergengsi Piala Dunia Antarklub bersama jawara kontinental lain, termasuk Manchester United. Sayang, Djité tak sempat membela Adelaide di kompetisi dunia itu karena sudah telanjur menerima tawaran klub Turki, Gençlerbirliği. Meski demikian, pada tahun 2012 ia kembali ke Adelaide dan membawa klub tersebut ke perempat-final Liga Champions Asia.

Sampai sekarang, ia masih menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Adelaide United dengan koleksi 44 gol dari 165 pertandingan. Djité memiliki kecepatan dan akselerasi yang hebat selain kemampuan melepaskan tembakan dengan kedua kaki sama baiknya. Kelebihannya itu membuatnya menjadi andalan Adelaide United maupun klub-klub di berbagai negara lain tempatnya bertualang, antara lain Gençlerbirliği (Turki), Jiangsu Sainty (Cina), dan Suwon FC (Korea Selatan).

Sayang, kariernya di tim nasional tak terlalu bagus. Sampai sekarang, Djité baru mengoleksi sembilan caps untuk tim nasional Australia. Penampilan internasional terakhirnya pun terjadi pada bulan Agustus 2010 ketika Socceroos menderita kekalahan 0-2 dalam pertandingan persahabatan melawan Slovenia.

Meski demikian, ia sempat terlibat di beberapa pertandingan penting Socceroos sejak debut tim nasionalnya pada tahun 2008. Ia membela Australia dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia FIFA 2010 dan kualifikasi Piala AFC 2011. Sayang, dirinya tak pernah dilirik pelatih untuk berkiprah di putaran final Piala Dunia dan Piala Asia.

Dengan reputasi sementereng itu, Djité dipastikan mengisi satu tempat di skuat inti PSM arahan Robert Rene Alberts. Namun, ia harus hati-hati, mengingat banyak penyerang asing berpengalaman yang justru gagal di Indonesia, seperti Juan Belencoso dan baru-baru ini, Carlton Cole.

Para penggemar PSM tak perlu menunggu lama untuk melihat aksi-aksinya, karena sang pemain akan berhadapan dengan mantan klubnya, Adelaide United, di ajang PSM Asian Super Cup pada pertengahan Januari 2018.

Selamat datang di Liga Indonesia, Djité!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.