Nasional Bola

Michael Essien, Membawa Semangat Liga Champions ke Liga Indonesia

Pada tanggal 19 Mei 2012, Michael Kojo Essien menyaksikan dari bangku cadangan tendangan penalti Didier Drogba menjebol gawang Manuel Neuer. Penentu kemenangan atas Bayern München itu memastikan gelar Liga Champions pertama Chelsea, dan Essien menjadi salah satu pemain yang berpesta merayakan sejarah tersebut.

Pesta Chelsea di final Liga Champions 2012 itu terasa baru terjadi kemarin. Namun, sekarang sudah tahun 2017 dan banyak yang terjadi selama lima tahun terakhir. Rekor transfer termahal di dunia sepak bola telah pecah sebanyak dua kali, dan Essien telah mengalami perubahan karier yang drastis, dari Liga Inggris dan Liga Champions Eropa, ke Liga Indonesia.

Kalimat terakhir bukan bermaksud merendahkan pemain asal Ghana tersebut. Sebaliknya, kita harus mengagumi langkah cerdas pemain kelahiran Accra, 35 tahun lalu ini. Di usia ketika kemampuan fisiknya sudah sedikit kedodoran untuk bersaing di liga-liga terbaik Eropa, menerima tawaran sebagai pemain bergaji termahal di liga sebuah negara di Asia Tenggara tentunya bukan langkah yang buruk.

Sebelum bergabung dengan Persib Bandung di Liga Indonesia, Essien lebih dulu meninggalkan udara dingin negara-negara Eropa bagian barat untuk bergabung dengan klub Yunani, Panathinaikos. Di Negeri  Dewa tersebut, ia juga menjadikan pemain dengan bayaran tertinggi klub tersebut, dengan gaji sebesar 800 ribu euro. Sayang, setahun masa bermainnya di Yunani terganggu oleh cedera. Ia hanya bermain 14 kali untuk Panathinaikos selama musim 2015/2016.

Essien menolak tawaran dari klub Australia, Melbourne Victory, pada bulan September 2016. Untuk berkonsentrasi memulihkan kondisi fisiknya. Takdir sepertinya ingin mempertemukan pemain tim nasional Ghana di Piala Dunia 2006 ini dengan Indonesia. Ia pun resmi bergabung dengan Persib pada tanggal 13 Maret 2017 sebagai marquee player.

Bagi pencinta sepak bola Indonesia, tampilnya Essien di kompetisi sepak bola Indonesia tidak terbayangkan sebelumnya. Dunia sepak bola Indonesia memang tak asing dengan pemain-pemain kelas dunia yang sempat merumput di Indonesia untuk menghabiskan hari-hari terakhir karier profesional mereka. Roger Milla dan Maboang Kessack adalah dua nama di antaranya. Namun, reputasi mereka tak segemerlap Essien.

Pemain Ghana yang memulai karier di Liga Prancis bersama Bastia ini memang merupakan salah satu pemain asal benua Afrika tersukses sepanjang masa. Selain mengoleksi dua gelar juara Liga Inggris dan satu Liga Champions bersama Chelsea, Essien juga memenangi Liga Prancis bersama Olympique Lyon. Selain itu, ia pernah memperkuat dua klub papan atas dunia, Real Madrid dan AC Milan.

Maka, pemain bernomor punggung 5 di Persib selama Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 ini memang istimewa. Meski musim tersebut berujung kekecewaan bagi klub kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut, setidaknya penampilan Essien tak terlalu mengecewakan. Selama Liga 1 2017, ia menyumbang lima gol dan satu asis. Selain itu, ia juga bermanfaat sebagai figur yang mengundang media internasional untuk meliput sepak bola Indonesia, sekaligus salah satu bintang untuk sponsor utama liga, yaitu Go-Jek.

Menyambut usianya yang ke-35, hampir dipastikan Persib memberinya hadiah perpanjangan kontrak semusim lagi. Kita masih akan melihat kiprah pemain berjulukan “The Bison” ini di Indonesia. Suka atau tidak, kehadiran Essien memang membuat Liga Indonesia makin semarak.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)

Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.