Eropa Inggris

Menyambut Jadwal Padat Liga Primer Inggris: Kedalaman Skuat (Bagian 2)

Pada bagian pertama, kita sudah membahas perihal keperluan rotasi dan pentingnya mempertahankan konsisten ketika rotasi tersebut terjadi. Nah, di bagian kedua ini, kita akan membicarakan soal kedalaman skuat penghuni enam besar: Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Arsenal.

Sebelum memulai pembahasan, untuk menjadi catatan, Burnley tidak masuk ke dalam pembahasan ini. Tulisan ini merujuk ke enam besar sebelum Burnley bermain melawan Stoke City. The Clarets saat ini duduk nyaman di peringkat keempat.

Nah, untuk tiga tim yang sudah disebut di atas: Liverpool, Spurs, dan Arsenal, masalah kedalaman skuat adalah perkara yang genting. Kedalaman skuat yang akan dibahas bukan saja soal ketersediaan pemain atau seberapa besar skuat yang mereka miliki. Kedalaman skuat juga berkaitan dengan kualitas bangku cadangan, seperti yang dibahas di tulisan bagian 1.

Sama seperti Manchester City, Manchester United, dan Chelsea, skuat Liverpool, Spurs, dan Arsenal bermasalah dengan para pemain pengganti di beberapa posisi kunci. Jeda waktu istirahat yang sangat pendek membuat setiap pelatih harus pandai mengatur menit bermain. Ketika pemain di posisi kunci ini tidak bermain, biasanya, performa tim akan terganggu.

 

Klopp mencoba bereksperimen

Liverpool

Masalah Liverpool adalah kekuatan terbesar mereka. Ya, The Reds punya empat pemain depan yang hampir selalu diandalkan di setiap pertandingan. Mereka adalah Roberto Firmino, Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Philippe Coutinho. Kekuatan terbesar mereka adalah kohesi yang sudah terbangun, didukung kreativitas dan kecepatan di setiap aksi menyerang.

Lantas, mengapa kekuatan ini juga menjadi kelemahan? Karena cara bermain Jürgen Klopp yang membenani otot pemain. Tanpa manajemen kebugaran yang cerdas, intensitas cara bermain yang tinggi menjadi seperti pedang bermata dua. Di sisi lain, cara bermain ini menjamin permainan yang atraktif kaya akan gol. Namun di sisi lain, bisa menyakiti pemain untuk jangka panjang.

Terutama untuk Salah dan Mane, cara bermain ini sangat berbahaya. Keduanya adalah pemain dengan akselerasi tinggi dan sering melakukan perubahan arah giringan bola secara mendadak. Karena alasan inilah, Klopp menarik keluar Salah di menit 60 ketika melawan Everton. Tujuannya, untuk memberi otot kaki Salah istirahat yang ideal sebelum bertandingan lagi.

Di sinilah masalah terjadi. Manajemen rotasi Klopp mendapatkan kritikan pedas. Manajer asal Jerman tersebut dianggap salah melakukan pergantian pemain. Klopp merespons kritikan tersebut dengan amarah. Ia menegaskan hanya mau berbicara kepada “orang” yang betul-betul memahami sepak bola.

Klopp memang harus melakukan pergantian pemain itu. Memang, sayang sekali, Liverpool gagal menang. Jika hasil akhir berbeda, tentunya Klopp akan dinarasikan oleh jurnalis sebagai manajer yang genius, yang sangat memahami manajemen kebugaran pemain. Dilema. Dilema, karena cara bermain Liverpool lantas berubah ketika Salah ditarik keluar.

Di bangku cadangan, Liverpool juga tak punya pemain dengan kualitas yang memadai untuk menggantikan Coutinho, Salah, Mane, atau Firmino. Keempatnya menawarkan konsistensi yang belum bisa digapai oleh Alex Oxlade-Chamberlain, Danny Ings, atau Daniel Sturridge. Di tengah jadwal padat, malam-malam Klopp akan semakin kelam.

 

ketidaksukaan Pochettino terhadap Alli

Tottenham Hotspur

The Lilywhites punya masalah yang sama seperti Liverpool, yaitu tak ada pelapis untuk pemain di posisi kunci. Bicara Spurs, tentu kita bicara Harry Kane, Dele Alli, dan Christian Eriksen. Ketiga pemain ini hampir selalu bermain di Liga Primer Inggris.

Ketika Kane tak bisa bermain, wajah Spurs seperti berubah 180 derajat. Mereka kehilangan ketajaman. Di bangku cadangan, Fernando Llorente adalah satu-satunya penyerang. Namun sayang, penyerang asal Spanyol ini kekurangan menit bermain yang membuatnya kesulitan mencapai level terbaik supaya bisa diandalkan.

Situasi yang sama juga bakal dirasakan Spurs ketika nanti Alli atau Eriksen cedera. Tak ada pemain di bangku cadangan yang punya kualitas, kemiripan cara bermain, dan konsistensi seperti Alli dan Erikson. Erik Lamela baru saja sembuh dari cedera dan mungkin akan mendapat kesempatan. Namun, tentu saja, pemain asal Argentina ini butuh waktu setelah lama absen. Sementara itu, Spurs tak bisa menunggu apabila kehilangan salah satu dari tiga pemain andalannya.

Kesenjangan performa antara ketika bermain dengan pemain terbaik dibandingkan dengan ketika bermain menggunakan pelapis sangat tidak seimbang. Sebab, praktis hanya nama Song Heung-min yang bisa diandalkan selain ketiga nama inti tersebut.

 

Budaya yang membekas di hati Wenger

Arsenal

Melirik ke bangku cadangan Arsenal, sebenarnya kita akan menemukan pemain-pemain yang menarik. Menarik, tentu saja, ketika mereka berada di performa yang memuaskan ketika mendapatkan kesempatan bermain.

Hingga Desember ini, masalah Arsenal adalah merotasi barisan lini pertahanan. Bermain menggunakan skema 3-4-2-1, The Gunners mengandalkan Laurent Koscielny, Shkodran Mustafi, dan Nacho Monreal. Masalah yang muncul adalah performa ketiganya seperti pendulum, sangat cepat bergeser, dari baik menuju buruk.

Apalagi, ketika Koscielny dan Mustafi absen. Di bangku cadangan, Arsene Wenger punya Per Mertesacker, Rob Holding, Calum Chambers, dan Mathieu Debuchy. Sangat tidak meyakinkan. Mengapa? Karena sudah terbukti bahwa Mertesacker tak lagi bisa diandalkan. Bek asal Jerman tersebut bermain sangat buruk ketika Arsenal sukses menahan imbang Southampton.

Apakah Arsenal berani memasrahkan lini pertahannya kepada Holding, Chambers, dan Debuchy? Sungguh riskan, apalagi lawan-lawan mereka di bulan Desember adalah tim-tim yang biasanya menyulitkan Arsenal. Jika masalah Spurs ada di lini depan, masalah Arsenal adalah kedalaman skuat untuk lini pertahanan.

Pada akhirnya, tim penghuni enam besar harus bisa memertahankan konsistensi, terlepas dari siapa yang bermain. Rotasi, manajemen kebugaran, dan kedalaman skuat. Tiga kunci di rentetan jadwal padat. Kunci menjadi juara di akhir musim.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen