Memiliki sosok penyerang yang begitu tajam dalam urusan mencetak gol tentu didambakan oleh banyak manajer sepak bola. Karena dengan begitu, tim besutannya akan mempunyai sumber daya lebih mumpuni guna bertarung di setiap pertandingan demi mencapai target yang sudah ditetapkan sejak awal musim (lebih-lebih berupa trofi juara) oleh pihak klub.
Situasi macam ini pula yang kelihatannya sedang disyukuri oleh Luciano Spalletti yang berstatus sebagai allenatore Internazionale Milano. Pasalnya, kapten sekaligus penyerang andalan Il Biscione, Mauro Icardi, sedang menjalani salah satu periode terbaik di sepanjang kariernya.
Hingga Serie A 2017/2018 menyelesaikan 14 giornata, pemain berkewarganegaraan Argentina tersebut sudah merobek jala lawan sebanyak 15 gol. Torehan fantastis itu membuatnya duduk sebagai salah satu kandidat peraih gelar capocannoniere di akhir musim ini.
6 – Mauro #Icardi has scored more than one goal in six Serie A games this season (5 braces, one hat-trick), more than any other player across the top-5 European Leagues. Forceful.#CagliariInter pic.twitter.com/JkTQ0Laqiq
— OptaPaolo (@OptaPaolo) November 25, 2017
Lebih lanjut, gelontoran gol yang dibukukan Icardi sejauh ini memiliki sumbangsih masif atas hasil-hasil cemerlang yang dituai Inter. Tak sampai di situ, keseluruhan gol Icardi sampai giornata ke-14 kemarin membuatnya bikin lebih dari separuh gol Inter pada musim ini. Situs WhoScored bahkan menempatkannya sebagai pemain dengan kontribusi gol paling besar untuk sebuah tim. Cukup fantastis, bukan?
Dalam sebuah wawancara, Spalletti mengakui jika publik kelewat sinis dalam memandang Icardi selama ini. Kisah cinta segitiga yang melibatkannya dirinya dengan Wanda Nara dan Maxi Lopez beberapa tahun silam, plus otobiografi kontroversial yang dirilisnya beberapa waktu lalu, seolah jadi satu-satunya hal yang pantas digunakan untuk menilai sosoknya. Padahal Icardi adalah persona yang penuh dedikasi.
“Di lapangan (khususnya kotak penalti), Icardi sangat trengginas dan hal itu penting sekali bagi tim. Di luar lapangan, saya kagum dengan profesionalitasnya. Saya masih ingat bagaimana ia (di musim panas kemarin) bekerja amat keras dan sangat disiplin guna mengembalikan kebugarannya usai mengalami cedera”, papar Spalletti seperti dikutip via ESPN.
Walau terus menampilkan performa apik yang membuat hati Interisti berbunga-bunga, ada sedikit kekhawatiran yang menyeruak terkait ketajaman Icardi yang barangkali dapat memengaruhi kemampuan Inter beroleh tiga poin di sebuah laga. Suka atau tidak, Spalletti memang harus berhati-hati terhadap sindrom Icardipendenza alias ketergantungan pada sosok Icardi, utamanya dalam urusan mencetak gol.
Berdasarkan statistik, 15 gol dan 1 asis yang dibukukan Icardi sampai hari ini berperan atas 23 poin dari total 36 angka yang dikoleksi Inter. Artinya, di saat Icardi mengalami off form (akibat penjagaan ketat lawan atau penampilannya memang terlalu jeblok), probabilitas Inter mendulang poin juga mengalami penurunan (meraup 13 poin saja).
Dilihat dari sudut pandang manapun, situasi ini bisa melahirkan malapetaka untuk Il Biscione karena lawan akan mudah mengantisipasi cara main Inter yang proses eksekusi peluangnya sering bertumpu kepada lulusan akademi La Masia kepunyaan Barcelona itu.
Benar memang, Inter masih punya Eder Citadin dan Andrea Pinamonti sebagai pelapis, serta winger jempolan dalam wujud Antonio Candreva dan Ivan Perisić. Namun tanpa bermaksud mengecilkan, kemampuan mereka untuk muncul sebagai ‘juru selamat’ di sebuah laga belumlah krusial seperti Icardi (terlepas dari waktu bermain minim yang diperoleh Eder ataupun Pinamonti sampai saat ini).
Sindrom Icardipendenza mungkin saja terlihat semakin parah jika Icardi kudu menepi dalam jangka waktu lama akibat cedera. Kehilangan mesin gol utamanya, bisa bikin Il Biscione goyah. Bila Spalletti tak mempunyai senjata alternatif di dalam sakunya, masalah pelik tentu akan meletup dan mengganggu perjalanan Inter di musim kompetisi kali ini.
Jangan sampai ketergantungan kepada salah seorang pemain membuat performa Inter di lapangan hijau ikut menurun sehingga kemenangan jadi semakin sulit didapat. Spalletti sebagai manajer berpengalaman dan andal, wajib memiliki jurus paling ampuh guna menyiasati hal ini, termasuk memberi kepercayaan lebih kepada amunisi lain yang dimilikinya di dalam skuat sehingga pada saat diturunkan, mereka bisa memberi kontribusi signifikan buat meraup angka.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional