Eropa Italia

Mauro Icardi: Pewaris Takhta Kaisar Adriano Leite?

Diego Milito adalah legenda yang dapat dengan mudah dicintai oleh pendukung Internazionale Milano di setiap penjuru dunia. Emosi di gurat wajah dan matanya yang nanar memandang mulut gawang adalah pengabdian untuk Nerazurri. Lantas, benarkah sosok Milito sudah menitis ke dalam diri Mauro Icardi?

Icardi adalah pesona yang berbeda. Penyerang asal Argentina tersebut tak mudah untuk dicintai seperti Milito. Konflik di jendela transfer musim panas yang lalu, misalnya. Icardi punya citra otoritatif dan kehadirannya sangat terasa. Untuk “pesona” yang satu ini, Icardi seperti berjalan di jalur yang tepat untuk menerusakan satu takhta yang masih lowong sampai saat ini: tahta Adriano Leite!

Milito, dan Anda boleh memasukkan nama Zlatan Ibrahimovic dalam komparasi ini, sama-sama punya ketajaman yang bisa diandalkan. Keberadaan keduanya di atas lapangan akan selalu terasa. Lengah sedikit, Milito dan Zlatan adalah mimpi buruk untuk bek lawan. Namun, keduanya tak punya citra itu. Sebuah citra akan kekuasaan dengan hanya berdiri di garis tengah sebelum sepak mula. Citra seorang kaisar.

Adriano adalah hewan buas yang tak pernah bisa benar-benar dikontrol. Satu kali, rautnya wajahnya begitu teduh, menyiratkan sosok pemain asal Brasil yang penuh kebahagiaan dan tarian. Lain waktu, rona wajahnya sekeras pualam, menunjukkan bahwa ia berkuasa, menyimpan banyak rahasia dan kekuatan sebenarnya.

Ia seperti menjadi pusat kehidupan Internazionale kata itu. Membuat para legenda, Javier Zanetti, begitu sayang kepadanya. Sang Traktor memahami bahwa di balik teduh wajahnya, Adriano perlu seorang kawan. Ia tak boleh terbawa dengan situasi buruk, atau kekuatannya yang mengintimidasi akan semakin redup.

Ketika berada pada performa terbaiknya, Adriano tak pernah bisa benar-benar dihentikan. Kekuatan fisiknya adalah tembok tak tertembus, dengan kaki kiri yang mengintimidasi. Beberapa kali, Adriano membuat publik lupa bahwa ia pemain Brasil. Tepatnya ketika ia menerobos kepungan lawan dengan tubrukan badan, bukan tarian indah seperti Nazario Ronaldo.

Awal tahun 2004 adalah titik di mana Adriano diperkirakan akan lebih tajam di depan gawang ketimbang Ronaldo. Ia punya segalanya, dari kekuatan fisik, keseimbangan, kecepatan, olah bola, hingga teknik menendang bola kelas elite. Adriano adalah paket lengkap, menguasai segala jenis cara mencetak gol, dari segala posisi. Sebuah status pun disematkan:  L’Imperatore di Milano.

Icardi hewan buas yang berbeda. Ia tak bisa dengan luwes menggiring bola melewati tiga pemain lawan. Penyerang asal Argentina tersebut bukan sosok penyerang kokoh yang bisa menerobos lawan dengan mudah. Icardi juga bukan penyerang yang bisa melepaskan tembakan keras akurat dari jarak 40 meter.

Icardi menunjukkan citra otoritatifnya dengan cara yang berbeda. Mantan pemain akademi Barcelona tersebut menunjukkan pentingnya penempatan posisi adalah senjata yang juga berbahaya. Dan yang paling jernih adalah daya juangnya. Icardi tak keberatan turun hingga kotak penaltinya sendiri hanya sekadar untuk menyapu umpan silang lawan.

Dan jangan lupa, Icardi adalah “sosok penentu”. Ia begitu tenang di dalam kotak penalti. Sangat yakin bahwa bola di kakinya akan selalu bersarang di jala lawan. Tak hanya mencetak gol, Icardi juga diberkahi mata yang awas, untuk melihat pergerakan kawan dan lawan di kotak penalti, untuk membuat asis. Ia bermain untuk tim.

Baca juga: Pledoi dari Mbah Budi untuk Mauro Icardi

Ia tak keberatan untuk bertarung di setiap lini, menjadi contoh tentang makna pemimpin di medan laga. Icardi memang penuh kontroversi. Namun jika sudah berhubungan dengan sepak bola, dan tentunya Internazionale, Icardi adalah panutan.

Ban kapten yang melingkar di lengan kiri bukan hanya “cara” manajemen Internazionale menahannya supaya tak hengkang. Ban kapten menjadi penegasan betapa posisinya sangat penting untuk tim. Sebuah status yang maknanya bahkan jauh lebih dalam ketimbang keberadaan Adriano di masa lalu.

Icardi tengah berjalan di jalur yang tepat. Ia akan menjadi kaisar dengan caranya sendiri. Bukan dengan gol-gol indah atau gerakan menerobos lawan. Icardi akan ditahbiskan dengan keberadaannya. Seorang pemain yang bermain untuk tim, bukan hanya dirinya sendiri.

Status L’Imperatore di Milano akan punya pewarisnya sendiri. Kaisar dengan corak berbeda.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen