Eropa Italia

Sudah Saatnya AC Milan Memikirkan Pelatih Baru?

Sudah enam pertandingan yang dijalani AC Milan di awal musim baru ini. Catatannya, empat kemenangan dan dua kekalahan, tanpa mencatatkan hasil imbang. Dua kekalahan, dan manajemen Milan langsung melakukan pertemuan tertutup. Apakah Vincenzo Montella sudah waktunya memikirkan berkarier di tempat lain?

Jika dilihat dari jumlah kekalahan, sebetulnya belum terlalu penting untuk mendepak Montella. Apalagi, Rossoneri masih berada dalam proses membangun skuat. Pembelian pemain yang dilakukan hanya satu titik dari garis panjang pembangunan. Oleh sebab itu, mengapa Montella sudah mendapat ultimatum dari manajemen Milan seperti dilansir kantor berita Italia, ANZA?

Setidaknya ada dua masalah besar yang dihadapi Montella. Pertama adalah sulitnya menjinakkan manajemen Milan. Kedua, kesulitan menyatukan pemain dengan cepat. Pun, jika dipikirkan lebih lanjut, masalah kedua tidak sepenuhnya harus ditanggung oleh Montella. Milan membeli 12 pemain baru, satu skuat baru, berisi pemain-pemain yang belum saling mengenal.

Marco Fassone (kiri) dan Massimo Mirabelli (kanan)

Garangnya manajemen Milan

Manajemen Milan menanggung beban ekspektasi yang besar, baik dari pemilik, dan dari para suporter. Jika ekspektasi suporter bisa dijinakkan dengan negosiasi halus, memenuhi ekspektasi besar dari pemilik adalah harga mati. Jika musim ini Milan gagal total, jangan harap jajaran manajemen bisa tidur nyenyak. Karier mereka pun terancam.

Manajemen Milan yang dimaksud adalah Marco Fassone, Direktur Pelaksana, dan Massimiliano Mirabelli, Direktur Olahraga. Kedua orang ini, ditambah Montella, ditengarai menjadi otak kegiatan belanja gila-gilaan Milan di jendela transfer musim panas yang lalu. Keduanya ingin merombak skuat Milan, dengan target masuk ke zona Liga Champions dan menjuarai Serie A.

Situs Transfermarkt mencatat pengeluaran Milan di musim panas yang lalu mencapai 194,50 juta euro, dengan pembelian termahal dipegang oleh Leonardo Bonucci (42 juta euro) dan Andre Silva (38 juta euro). Dari sisi ekonomi, gebrakan Milan bisa diterjemahkan sebagai tanda bahwa mereka serius menyambut “awal baru” dengan optimisme tinggi.

Pekerjaan Fassone dan Mirabelli adalah memastikan investasi besar tersebut kembali sesuai “tenggat waktu” yang ditentukan. Tenggat waktu? Ya, investasi besar Milan tidak berasal dari satu kantung saja yang bernama Yonghong Li. Investasi besar adalah hasil patungan beberapa konsorsium besar.

Untuk “membeli” Milan dari tangan Silvio Berlusconi, Yonghong Li mendapatkan bantuan sebuah firma pengelola investasi global asal Amerika Serikat bernama Elliott. Bantuan tersebut boleh dibilang merupakan “tenggat waktu” yang harus dibayar dalam jangka waktu tertentu. Atau pembaca boleh menyebutnya sebagai “utang” supaya lebih enak.

Elliott sendiri menanggung biaya pembelian Milan hingga 300 juta euro lebih yang akan jatuh tempo pada Oktober 2018, atau satu tahun lagi. Tidak hanya dana pembelian, Li juga harus memikirkan mengembalikan bunga pinjaman yang mencapai 11 persen.

Artinya, Li harus menyediakan 30 atau hingga 35 juta euro sebagai bunga. Tidak sampai bunga saja, pengusaha Cina tersebut juga harus menanggung biaya kesepakatan hingga 15 juta euro. Melihat hitung-hitungan kasar tersebut, investasi yang dilakukan Li terbilang cukup berani.

Ingat, Li akan sangat kesulitan menutup utang kepada Elliott apabila hanya mengandalkan keuntungan yang didapat dari Milan. Kerugian setiap tahun yang dialami Setan Merah dari Italia sebelum diambil alih Li cukup besar dan harus segera dicari cara untuk mengatasi masalah bocornya keuangan tersebut.

Baca juga: Bom Waktu untuk AC Milan

Dengan segala perhitungan ekonomi tersebut, maka menjadi masuk akal apabila manajemen Milan menjadi “sangat garang” ketika menyikapi buruknya performa di atas lapangan. Bahkan, Fassone dan Mirabelli sudah memberikan ultimatum kepada Montella. Jika Milan kembali kalah ketika melawan AS Roma dan Internazionale Milano, Montella harus angkat kaki.

Setelah kalah di kandang Sampdoria, Fassone bahkan berbicara kepada media dengan nada keras. “Milan seharusnya tidak boleh kalah dari lawan yang lebih inferior. Kami tak menginginkan alasan. Skuat kami memang didominasi pemain muda, namun kami juga punya pemain senior. Dibanding klub lain, kami berubah drastis.”

Pernyataan Fassone tersebut seperti merangkum situas panasnya “tata buku dan akuntansi” Milan. Gagal, artinya pengangguran.

Previous
Page 1 / 2