Menurut Tribes, seperti apakah seharusnya seorang kapten di tim sepak bola? Apakah sang pemain yang paling senior, pemain yang memiliki kepemimpinan luar biasa dan omongannya dapat didengar oleh semua anggota tim, atau pemain terbaik yang ada di tim?
Permasalahan menyoal kapten ini tentunya adalah preferensi pribadi, dan hal ini tentunya menjadi pemecah opini apabila membicarakan kelayakan Jordan Henderson sebagai kapten Liverpool. Henderson dapat dibilang sebagai pemain paling senior yang ada di skuat utama Liverpool saat ini, namun sebagian besar Kopites mempertanyakan statusnya sebagai kapten, terlebih mereka yang menganut bahwa seorang pemimpin itu harus mampu leading by example, karena performanya yang tergolong standar, tak bagus tapi tak jelek-jelek amat juga.
Di satu sisi, Henderson tampak memiliki aura serta pengaruh besar terhadap rekan-rekan setimnya, dan ia juga memiliki sifat pemimpin yang natural. Pada akhirnya, apakah Hendo benar-benar layak menjabat sebagai kapten Liverpool?
Mari membicarakan tentang performanya sebagai pesepak bola terlebih dahulu. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pemain berusia 27 tahun ini bukanlah pemain yang buruk, namun ia juga bukan pemain yang tergolong spesial. Ia mampu melakukan sentuhan dengan baik, mampu melakukan operan pendek maupun panjang, mampu untuk merebut bola baik dengan tekel maupun intersep, dan juga mampu mencetak gol lewat tendangannya yang kencang.
Patut diperhatikan di sini bahwa ‘mampu’ menjadi kata kunci. Ya, dapat dikatakan bahwa Henderson adalah seorang jack of all trades, seorang yang mampu melakukan berbagai hal, namun tak ada yang spesial dari yang ia lakukan. Ia bukan tipe pengoper seperti layaknya Cesc Fabregas atau bahkan Santi Cazorla, dan kemampuan defensifnya tentu tak semenonjol N’Golo Kante atau Emre Can.
Apabila diperhatikan, cara bermain Henderson memang kelewat sederhana. Musim ini, ia mencatat rerata operan sebanyak 80 kali per laga, namun catatan key passes-nya hanya berada di angka 1,4 per laga. Ini menunjukkan bahwa Henderson adalah tipe pemain yang bermain aman, jarang mengambil risiko.
Baca juga: Jordan Henderson dan Misi Patahkan Teori Alex Ferguson
Dapat terlihat pula bahwa kebanyakan operan yang dilakukan Henderson bersifat vertikal, hanya sekedar menjadi jembatan untuk memindahkan bola dari satu sisi ke sisi lain.
Sisi defensif sang kapten bahkan lebih sering menjadi bahan kritikan. Meskipun begitu, pada dasarnya, Hendo sebenarnya menjadi ‘korban’ dari sistem yang diterapkan Jürgen Klopp. Perannya yang diubah dari awalnya sseorang gelandang box to box, kini ia lebih sering berperan menjadi holding midfielder.
Menurut tulisan Michael Cox di ESPN FC, perubahan peran ini membuat Henderson harus melakukan sesuatu yang sama sekali bukan kelebihannya. Mantan pemain Sunderland ini diberkahi dengan kemampuan fisik yang prima serta daya jelajah yang tinggi di lapangan. Kelebihannya ini membuatnya mampu untuk melakukan pressing yang membuat lawan gelagapan.
Sayangnya, di peran barunya, Hendo tidak sadar bahwa sekarang ia tidak dapat lagi menekan lawan secara sporadis tanpa pikir panjang. Sebagai holding midfielder, ia membutuhkan kesabaran serta kecerdasan untuk melindungi lini belakangnya, dan amat disayangkan ia tak memiliki dua hal ini.
Henderson masih sama seperti ketika ia menjadi gelandang box to box, melakukan pressing tanpa sadar akan posisinya, yang ia tinggalkan tanpa adanya cover mengingat ia adalah gelandang terakhir yang seharusnya bertugas menjadi meng-cover posisi yang ditinggalkannya. Sisi yang ia tinggalkan akan mudah diekploitasi oleh lawan, dan tentunya ini menjadi jawaban mengapa Liverpool kebobolan begitu banyak gol musim ini. Meskipun begitu, sekali lagi, tak patut rasanya sepenuhnya menyalahkan Henderson, karena sebenarnya ia mampu untuk melakukan tekel dan intersep, ia hanya tak terbiasa pada peran yang saat ini ia jalani di lapangan.
Tampak jelas rasanya bahwa Henderson tidak mampu memimpin dengan memberikan contoh mengingat performanya yang terhitung biasa saja. Meskipun begitu, rasanya, di skuat Liverpool saat ini, ialah yang memiliki karisma terbesar untuk menjadi kapten. Gestur yang kerap kali ia tunjukkan di lapangan menunjukkan figur pemimpin.
Ia mampu menenangkan rekannya saat sedang berkonfrontasi dengan wasit, dan selalu menjadi yang terdepan untuk melindungi temannya. Menurut Klopp, dilansir dari ESPN FC, Henderson adalah seorang kapten sekaligus pemimpin sejati. Yang membuatnya kesulitan, bagi Klopp, adalah karena kaptennya saat ini selalu dibanding-bandingkan dengan kapten legendaris Liverpool yang posisinya digantikan Hendo, Steven Gerrard.
Namun, bagi Klopp, saat ini tak ada orang lain yang lebih baik ketimbang Henderson untuk dijadikan kapten. Singkatnya, pemain timnas Inggris yang satu ini adalah pemain yang memiliki sifat kepemimpinan paling menonjol di skuat, dan bagi seorang kapten di sepak bola, kepemimpinan tak kalah esensial dari skill olah bola.
Kembali ke pertanyaan di atas, apakah layak Henderson menjabat sebagai kapten Liverpool? Menurut penulis pribadi, jawabannya adalah ya, mengingat saat ini The Reds sendiri memang tak punya opsi yang lebih baik ketimbang pemain kelahiran Sunderland ini untuk dijadikan kapten.
Yang menjadi masalah adalah, kenyataan bahwa Henderson adalah pemain yang biasa-biasa saja tak dapat diubah, oleh karena itu jangan berharap ia mampu memimpin dengan menjadi panutan secara performa di lapangan. Namun, sebagai seorang pemimpin, rasanya Hendo adalah yang terbaik di skuat Liverpool saat ini.
Bagaimana menurutmu, Tribes?
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket