Eropa Inggris

Potensi Kembalinya Paul Pogba Bagi Manchester United

Manchester United merindukan Paul Pogba. Setelah bebas dari cedera panjang, eks pemain termahal di dunia tersebut langsung bermain, dan langsung berkontribusi, satu gol dan satu asis. Kembalinya Pogba juga membebaskan United dari segala penderitaan, terutama mengembalikan lagi potensi tim yang seperti menguap.

Awal musim 2017/2018, terutama selepas Romelu Lukaku bergabung, performa Paul Pogba seperti terdongkrak, semakin bagus. Dan tentu saja, performa kedua pemain ini berdampak masif kepada penampilan United. Klub asuhan Jose Mourinho tersebut seperti tak bosan untuk mencetak gol demi berpacu dengan tetangga sebelah: Manchester City.

Namun sayang, peruntungan United sedikit berubah ketika Pogba harus absen selama dua bulan setelah menderita cedera hamstring ketika melawan Basel di ajang Liga Champions. Hasilnya, dari “pacuan dua kuda” di paruh awal musim ini, situasi berubah ketika performa United menurun sementara City sangat konsisten.

Sepak bola penuh determinasi yang disajikan United seperti menguap. Akibatnya, jarak antara City dan United melebar menjadi delapan poin. Ketika masih diperkuat Pogba, rataan poin United mencapai 2,6 poin dengan catatan empat kemenangan, satu imbang, dari lima laga. Ketika Pogba cedera, rata-rata poin United turun hingga 1,85. United merindukan Pogba.

Absennya Pogba sangat memengaruhi kreativitas serangan United. Ketika mantan pemain Juventus tersebut belum cedera, rata-rata gol United mencapai 3,2. Sementara itu, ketika Pogba absen, rata-rata gol United mengalami degradasi menjadi 1,57. Sebuah perbedaan yang tentu sangat jomplang dan mengkhawatirkan.

Dari catatan tembakan ke gawang, ketika masih diperkuat Pogba, United memproduksi rata-rata 7 tembakan per laga dan 3,85 tembakan ketika tidak diperkuat pemain asal Prancis tersebut. Bagaimana dengan peluang bersih? Bersama Pogba, United membuat 14,4 peluang dan 7 ketika Pogba tak ada di dalam skuat.

Ketiadaan Pogba juga sangat berpengaruh kepada performa Lukaku secara keseluruhan. Dari sisi gol, tanpa Pogba, Lukaku hanya mampu mencetak tiga gol dari tujuh pertandingan. Ketika bermain bersama Pogba, catatan gol Lukaku adalah lima dari lima laga. Rata-rata gol Lukaku tanpa Pogba hanya 0,42 saja.

Salah satu alasan jumlah gol Lukaku mengalami penurunan adalah jumlah percobaan tembakan. Tanpa kehadiran Pogba, percobaan tembakan Lukaku memang mengalami penurunan, dari 4,8 menjadi 2,57 per pertandingan. Maka jelas, rata-rata tembakan ke arah gawang juga mengalami penurunan, yaitu dari 2,2 menjadi 1,28 per pertandingan.

Lukaku sebenarnya tak layak menjadi satu-satunya tersangka dari penurunan jumlah gol United ketika Pogba tidak bermain. Setelah Pogba absen, United bermain lebih direct, sebuah usaha mencapai daerah berbahaya lawan menggunakan umpan vertikal maupun diagonal, baik menyusur tanah atau melambung.

Akibatnya, jumlah sentuhan Lukaku di dalam kotak penalti lawan mengalami penurunan yang begitu signifikan, dari rata-rata 7,8 menjadi 3,42 saja. Yang lebih memprihatinkan, ketika kalah dari Chelsea, Lukaku tak berhasil menyentuh bola di dalam kotak penalti sekali saja. Akibatnya, Lukaku dikabarkan sempat bersitegang dengan rekannya, karena minimnya kontribusi Lukaku dalam proses menyerang.

Terbatasnya menit keterlibatan penyerang asal Belgia tersebut dalam proses United membangun serangan pun menjadi salah satu bahan kritikan. Padahal, lewat data statistik, kita bisa lebih luas memandang situasi yang terjadi di lapangan.

Data-data di atas menggambarkan betapa keberadaan Pogba sangat penting bagi ekosistem United. Ketajaman Lukaku perlahan hilang, sedangkan kreativitas United menguap.

Maka ketika Pogba terbebas dari cedera, United seperti bermain dengan wajah yang benar-benar berbeda. Ketika melawan Newcastle United, data statistik Pogba adalah 82 sentuhan bola, 64 umpan sukses, tujuh kali memenangi bola, empat kali memenangi duel bola atas, dua umpan kunci, satu asis, dan satu gol.

Lini tengah United menjadi lebih kreatif. Keberadaan Pogba menjadi solusi bagi United, terutama menjadi satu pemain kreatif tambahan di sepertiga akhir lapangan. Kontribusi ini tak terlihat ketika Nemanja Matic berduet dengan Ander Herrera atau Marouane Fellaini. Selain Matic, kedua gelandang sisanya buka tipe kreator di sekitar kotak penalti.

Gambar di atas menunjukkan rata-rata posisi pemain United ketika menjamu Newcastle. Perhatikan pemosisian diri Pogba yang tak terlalu tinggi, namun juga tak terlalu rendah.

Tak terlalu rendah seperti Fellaini, Pogba menjaga bentuk atas dan bawah dengan Matic dengan baik (staggering). Posisi tersebut memudahkan Matic mensirkulasikan bola ke depan, atau ketika harus memindahkan permainan dari wilayah kiri ke kanan melalui Pogba. Herrera sendiri berposisi lebih tinggi karena masuk menggantikan Juan Mata (gelandang serang) dan nampaknya mendapatkan instruksi untuk bermain lebih ke dalam.

Rata-rata posisi Pogba sebagai gelandang kanan juga membuat Lukaku lebih banyak terlibat dalam permainan. Perhatikan peta umpan di bawah ini:

Peta umpan di atas seperti menggambarkan bahwa area permainan United terbagi menjadi dua wilayah besar. Sisi kiri, yang menjadi pusat sirkulasi adalah Matic, dengan diteman Chris Smalling, Ashley Young, Anthony Martial, dan Marcus Rashford.

Sisi kanan, keberadaan Pogba memang tak sedominan Matic karena posisinya lebih ke depan. Logikanya, dengan berposisi lebih ke depan, Pogba akan lebih banyak “dikepung” pemain lawan. Oleh sebab itu, sirkulasi yang dominan adalah dari Pogba kepada Antonio Valencia. Tujuannya adalah memastikan United bisa memaksimalkan sisi kanan yang lebih longgar karena lawan menumpuk pemain di sisi kiri (positional play).

Pogba menjadi cara United untuk memindahkan permainan dari sisi kiri yang lebih dalam ke sisi kanan yang lebih tinggi. Situasi ini, ditambah Lukaku yang ternyata posisinya lebih dalam ketimbang Rashford, membuat sisi kanan menjadi akses masuk ke kotak penalti Newcastle.

Dan tidak kebetulan juga apabila tiga dari empat gol United berawal dari sisi kanan. Pogba membuat satu asis untuk Martial dan satu gol. Lukaku mencetak satu gol dan membuat satu umpan kunci, yang diteruskan Rashford untuk membantu Pogba menandai comeback-nya dengan sebuah gol.

https://www.youtube.com/watch?v=kiIhMUEHmWw

Kehadiran Pogba mengobati semua derita United. Mulai dari kreativitas yang menguap, ketajaman Lukaku yang menurun, dan keterlibatan Lukaku dalam proses membangun serangan. Tapi tentu saja, kontribusi tim secara keseluruhan tak bisa dihilangkan begitu saja.

Saat ini, tentu tugas Jose Mourinho adalah menjaga Pogba tetap sehat. Menjelang periode padat Liga Primer Inggris, risiko cedera bisa naik dua kali lipat.

Rindu sudah terobati.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen