Eropa Inggris

Marcus Rashford: Upaya Manchester United Ciptakan Kembali Cristiano Ronaldo

Sejak menjalani debutnya untuk Manchester United pada 21 November 2015, Marcus Rashford sudah menunjukan banyak hal luar biasa. Masuk ke daftar susunan pemain karena Anthony Martial mendadak mengalami cedera, Rashford kemudian mencetak dua gol di partai debutnya. Laga melawan FC Midtjylland di Liga Europa akan selalu diingat sebagai waktu kemunculan seorang bocah ajaib bernama Marcus Rashford.

Beberapa hari kemudian, ia tampil di pertandingan perdananya di Liga Primer Inggris. Rashford pun kembali mencetak gol. Tak tanggung-tanggung, gawang dibobolnya adalah milik kiper penuh pengalaman, Petr Cech. Di derbi Manchester pertamanya pun, Rashford kembali mencetak gol. Semua torehan luar biasa dari si bocah ajaib tersebut kemudian membawanya dipanggil ke timnas Inggris dan diikutsertakan ke Piala Eropa 2016.

Sejak apa yang ia lakukan di debutnya, Rashford mendapatkan sanjungan serta rasa cinta yang besar dari para penggemar United. Bahkan kancah sepak bola global pun mengakui kualitas seorang Marcus Rashford. Terbukti dari keberadaan Rashford di posisi tiga besar penghargaan Golden Boy untuk para pesepak bola berusia muda dengan bakat yang tidak biasa.

Satu hal yang pasti,  Marcus Rashford  adalah pengejawantahan cara seluruh elemen klub Manchester United, baik dari manajemen, tim pelatih, maupun penggemar, untuk menciptakan kembali sosok seorang Cristiano Ronaldo yang begitu melegenda di Old Trafford.

Baca juga: Marcus Rashford dan Anthony Martial, Dua Tanduk Manchester United

Ide utama sebenarnya adalah menciptakan kembali pemain kelas dunia yang mampu membawa tim ke tahap yang lebih baik. Apalagi, selepas era Sir Alex Ferguson, harus diakui bahwa United tidak lagi berada di level yang sama. United sudah melakukannya ketika berhasil “menciptakan” The Busby Babes, lalu melakukannya dengan Class of 92’, dan kembali melakukannya terhadap seorang Cristiano Ronaldo.

Cristiano menjadi acuan utama karena hingga saat ini ia masih bermain dan masa baktinya di United waktunya tidak terlalu jauh. Selain itu, kesan dari sosok seorang Cristiano Ronaldo masih sangat mendalam di United. Bahkan setiap musimnya, para penggemar United disuguhi impian bahwa Cristiano akan kembali ke Manchester suatu hari nanti.

Class of 92’ memang sangat melegenda, tetapi harus diakui bahwa kehebatan mereka berdasarkan aspek kolektif. Di mana Class of 92’ adalah satu generasi yang diproduksi dari sistem pembinaan usia muda United dan berhasil mencapai level tertinggi. Sementara Ronaldo, sangat mencerminkan aspek individu seorang pesepak bola itu sendiri.

Cara terbaik adalah melihat bagaimana Rashford mulai diberikan banyak peran di lapangan. Ia kini merupakan penendang utama United dalam urusan tendangan bebas langsung (direct free kick) ke arah gawang. Pada awalnya cara menendang Rashford memang agak tidak biasa, tetapi dalam beberapa bulan terakhir, Anda bisa melihat bagaimana cara menendang Rashford hampir serupa dengan apa yang dilakukan oleh seorang Cristiano.

Rashford juga sudah mulai “diberikan” keleluasaan untuk lebih banyak membawa bola lalu bergerak menusuk dan membombardir pertahanan lawan. Harus diakui bahwa bukan Paul Pogba, Henrikh Mkhitaryan, atau Romelu Lukaku, yang membuat lini serang United menjadi begitu diwaspadai oleh lawan. Tetapi, berkat Rashford, dengan seluruh kecepatan dan teknik yang ia miliki, membuat ia menjadi begitu berbahaya.

Nasib Rashford

Yang akan membuat Rashford berbeda dari Ronaldo

Meskipun ide utamanya adalah membuat Rashford menjadi pemain kelas dunia seperti Cristiano, Rashford memiliki hal-hal lain yang bisa jadi membuatnya akan menjadi sangat berbeda dengan seorang Cristiano. Sementara hal-hal yang lebih bersifat teknis, memang menjamin potensi Rashford bisa saja menyamai Cristiano secara level permainan. Soal kepribadian bisa jadi membuat Rashford menjadi sangat berbeda dari Cristiano.

Seperti yang diketahui bahwa Cristiano memiliki arogansi dan cukup egosentris. Dalam beberapa tahapan, ia seperti menganggap bahwa dunia yang berputar dengan ia sebagai porosnya. Berbeda dengan cara Zlatan Ibrahimovic yang membuat orang-orang di sekitarnya terkekeh karena ucapan-ucapannya, terkadang ucapan atau gestur seorang Cristiano menyebabkan sebagian orang terdorong untuk tidak terlalu menyukainya.

Sementara Rashford, bukan saja menyandang gelar putra daerah karena memang asli Manchester, selain itu, Rashford punya kepribadian yang lebih luwes, dan bisa dibilang sangat rendah hati. Anda bisa melihat rekaman-rekaman komentar selepas pertandingan yang dilakukan oleh Rashford. Ada kepercayaan diri yang berbeda ketika ia menjawab pertanyaan dari si penanya. Tidak tampak arogan, tetapi ada keyakinan besar terhadap ucapan yang keluar dari mulutnya.

Bisa jadi karena Rashford masih berusia muda, kepribadian dan watak aslinya belum terlalu menonjol. Tetapi harus diakui bahwa kepribadian tersebut muncul karena Rashford mencapai apa yang ia alami saat ini dengan cara yang tidak mudah. Berbeda dengan kebanyakan pemain lain, dan jelas berbeda dengan Cristiano.

Anda tentu familiar dengan anekdot bagaimana Cristiano mendarat di United. Setelah laga uji tanding melawan kesebelasan yang dibela Cristiano saat itu, Sporting Lisbon, para pemain United meminta kepada Sir Alex untuk segera merekrut Cristiano. Ia sudah mendapatkan perhatian yang begitu besar bahkan sebelum benar-benar bergabung ke United.

Baca juga: Cristiano Ronaldo Sarankan Real Madrid Beli Marcus Rashford

Sementara Rashford, di usianya yang mencapai angka 20 tahun saat ini saja, ia sudah mengalamai pasang dan surut karier yang boleh dibilang berada di tahapan yang berbeda dengan kebanyakan pemain seusianya. Ia mesti mendapati dirinya dimainkan bukan di posisi naturalnya sebagai penyerang tengah.

Para manajer United, mulai dari Louis van Gaal hingga Jose Mourinho, lebih senang memainkan Rashford di posisi sayap kiri. Begitu pula manajer timnas Inggris, Gareth Southgate. Tapi Rashford kemudian beradaptasi, berkembang, dan menjalankan peran barunya tersebut dengan luar biasa.

Bahkan jauh sebelum itu, Rashford sudah merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan kesempatan. Dijanjikan akan mendapatkan promosi ke tim utama pada tahun 2015 lalu, ia mesti mendapati bahwa klub kemudian mendaratkan bocah ajaib lain yaitu Anthony Martial. Sudah disebutkan sebelumnya, bisa saja seandainya Anthony Martial tidak mengalami cedera, Rashford bisa jadi tidak akan menjalani debutnya untuk United di hari itu, dan ia tidak akan mencapai tahapan yang ia alami saat ini.

Pada musim 2017 ini pun, ia mesti bersabar karena dimainkan bergantian dengan Martial. Tahapan yang dirasakan Rashford berbeda dengan kebanyakan pemain muda lain yang biasanya langsung terus dimainkan dan diforsir setelah mengalami pertandingan debut yang bagus. Perkembangan karier dari seorang Rashford terjadi perlahan dan natural.

Pada tanggal 31 Oktober ini merupakan hari ulang tahun seorang Marcus Rashford. Tanggal yang sama dengan hari kelahiran penyerang legendaris Belanda, Marco van Basten. Rashford memiliki seluruh potensi untuk mencapai banyak hal hebat. Termasuk meraih gelar Ballon d’Or yang sudah amat jarang diraih oleh para pesepak bola asal Inggris. Dari sebuah kamar di Wythenshawe, di selatan Manchester, kini ia semakin siap berada di level dunia.

Happy birthday, Marcus Rashford!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia