Apakah Anda kaget ketika membaca judul di atas? Tiba-tiba kepala menjadi pening, perut terasa mulas, dan mulut semakin pahit? Jangan khawatir, judul di atas sama sekali tak ada kaitannya dengan kelanjutan karier Arsene Wenger bersama Arsenal. Judul di atas adalah usaha mengingatkan pembaca bahwa Arsenal punya senjata mematikan yang mereka redam sendiri.
Senjata apa yang dimaksud? Sederhana saja: serangan balik.
Salah satu cara mencetak gol ini setidaknya hanya membutuhkan dua syarat supaya maksimal, yaitu sistem pertahanan yang baik dan penempatan pemain yang juga baik. Biasanya, soal penempatan pemain sudah “dikoreografikan” di atas lapangan latihan.
Arsenal, ketika melewati satu musim penuh tanpa kekalahan menyajikan sepak bola yang menawan. Serangan balik cepat, tiga umpan datar, vertikal, dan sebuah gol. Permainan atraktif pada musim 2003/2004 disasarkan pada cara bertahan Arsenal yang memang baik dan skuat yang mendukung. Satu hal lagi yang juga mendukung dan sering terlupakan: lebar lapangan Stadion Highbury.
Dan musim ini, terutama ketika menghadapi laga besar, Arsenal justru bermain cukup baik. kecuali tentu saja hasil mengecewakan di kandang Liverpool. Ketika bermain baik itulah, Arsenal justru lebih banyak bertahan, bahkan cukup dalam. Yang diandalkan untuk mencetak gol adalah serangan balik.
Contoh terakhir adalah ketika mengalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 2-0. Sejak babak pertama, The Gunners lebih banyak ditekan. Spurs, sebagai tim tamu, berani mengambil inisiatif untuk menguasai bola lebih banyak. Namun, pada akhirnya, Arsenal yang keluar sebagai pemenang.
Ada beberapa momen serangan balik yang cukup menarik untuk dianalisis lebih mendalam. Namun, setidaknya ada dua situasi yang menggambarkan bahwa Arsenal punya potensi untuk menggunakan ide serangan balik. Tentu, konteks yang terlebih dahulu harus disepakati adalah pertandinga besar, melawan tim yang punya inisiatif menguasai bola lebih lama.
Sumber potensi
Dari mana potensi serangan balik tersebut berada? Di atas kertas, aspek yang paling kuat terasa adalah komposisi pemain. Ketika bermain menggunakan skema 3-4-2-1, tiga pemain terdepan, biasanya akan diisi Alexandre Lacazette, Alexis Sanchez, dan Mesut Özil. Tiga pemain ini punya atribut yang mendukung ide serangan balik.
Atribut yang dimaksud adalah akselerasi dan teknik mengumpan. Silakan simak dua video di bawah ini:
Video pertama:
Video kedua:
Video pertama menggambarkan dengan jelas teknik mengumpan dengan satu sentuhan sangat menguntungkan. Teknik ini membantu Arsenal keluar dari inisiatif pressing Spurs untuk mencegah serangan balik. Kecepatan umpan juga membuat para pemain Spurs tak bisa segera menempati posisi ideal untuk menyiapkan pertahanan.
Sedangkan dari video kedua kita bisa melihat kelebihan Özil, yaitu melihat sebuah peluang, lebih jeli ketimbang semua pemain di atas lapangan. Pemilihan umpan dari Özil menuju Hector Bellerin sebenarnya tak diduga pemain-pemain Spurs, yang sibuk mengawasi pilihan arah lari Alexis dan Aaron Ramsey.
Dari dua video di atas juga terlihat bagaimana komposisi pemain Arsenal sangat mendukung ide serangan balik. Ketika melawan Spurs, Ramsey mencatatkan luas jelajah yang mencapai 12 kilometer, paling tinggi di antara semua pemain Arsenal. Stamina yang mumpuni dan kemampuan coming from behind dapat dimaksimalkan, asal serangan balik dieksekusi dengan mulus.
Terutama kita bisa melihat dari video kedua ketika Bellerin telat bereaksi. Idealnya, bek sayap asal Spanyol tersebut tak perlu mengontrol bola, melainkan langsung memberikan umpan terobosan ke arah lari Alexis atau mencungkil bola ke arah Ramsey. Hal ini membuktikan bahwa serangan balik tak hanya soal adu lari, melainkan juga soal pengambilan keputusan, termasuk menentukan kapan eksekuasi keputusan tersebut diambil.
Ide serangan balik sendiri memberi keuntungan yang cukup besar bagi Arsenal. Terutama dari segi transisi bertahan. Ketika memutuskan untuk “bertahan”, Arsenal akan memundurkan garis pertahanan terakhir. Karena aksi ini pula, pemain di depan, harus menyesuaikan diri.
Hasilnya, jarak antaralini pertama (para penyerang) dan lini terakhir (para pemain bertahan) tak terlalu renggang. Situasi ini menguntungkan Arsenal, di mana dua gelandang dalam diri Ramsey dan Granit Xhaka begitu sering tereskpose karena harus mengawasi ruang yang luas ketika lawan melakukan serangan balik.
Jarak yang rapat untuk “ukuran Arsenal” ini membantu Ramsey dan Xhaka mendapatkan bantuan secepat mungkin. Mengapa? Karena jarak pemain lain yang dekat tentu saja, sehingga tak membutuhkan waktu lebih lama untuk turun menjaga kompaksi tim saat bertahan. Oleh sebab itu, untuk beberapa momen pada pertandingan Arsenal melawan Spurs, lini tengah menjadi sesak, yang mana ini menguntungkan Arsenal.
Menguntungkan karena dengan lebih banyak pemain di tengah, Arsenal bisa mencegah lawan mengakses area di depan kotak penalti, yang biasanya “ditinggal pergi”, baik Ramsey maupun Xhaka. Pun jika area tersebut sempat diaskses lawan, para pemain Arsenal dapat dengan mudah mengejar lawan dan mengamankan area berbahaya tersebut.
Keharusan bermain “bertahan” juga membantu para penyerang bermain sesuai kelebihan masing-masing. Ide serangan balik juga berdampak positif ke dalam cara bertahan Arsenal. Satu kali mendayung, dua pulau terlewati. Membunuh dua burung, menggunakan satu batu. Dua keuntungan yang didapat dari satu ide.
Bagaimana bila Arsenal melawan tim yang “lebih kecil” dan juga lebih senang untuk bertahan untuk melakukan serangan balik? Jawaban untuk pertanyaan ini sebenarnya sangat kompleks, karena harus mengelupas transisi menyerang Arsenal dan segala kelemahannya. Namun untuk saat ini, Arsene Wenger memberi satu kata sebagai solusi: efisien.
“Kita harus sepakat terlebih dahulu tentang apa itu tangguh dan tidak tangguh. Saya yakin, pesepak bola harus bermain dengan efisien dan hal itulah justru yang paling penting. Efisiensi adalah jika Anda seorang pemain bertahan, maka Anda tak boleh membuat kesalahan, (terutama) ketika memenangi bola. Dan jika Anda seorang penyerang, maka Anda hanya perlu mencetak gol,” kata Wenger dalam konferensi pers sebelum menjamu Spurs.
“Apakah hal itu termasuk tangguh atau tidak tangguh? Hal itu tak begitu penting, karena seberapa efisien Anda dalam sebuah pertandingan (yang paling penting),” tegasnya.
Jawaban tersebut dilontarkan Wenger ketika menanggapi perbandingan bahwa skuat Arsenal musim 2017 kalah tangguh dibandingkan Arsenal 2001. Jawaban Wenger sangat sederhana, namun pas: efisien.
Jawaban itu pula yang saat ini bisa saya tawarkan untuk pertanyaan, “Bagaimana bila lawan juga bertahan untuk menyerang balik?”. Arsenal harus efisien. Efisien membangun serangan, menciptakan peluang, memaksimalkan peluang, hingga seefisien mungkin meredam skema lawan.
Alhasil, entah Arsenal bermain menggunakan ide serangan balik atau possession game, yang paling penting adalah efisien. Dari efisien, level konsisten yang diinginkan akan bisa diakses. Ketika level konsisten tersebut berhasil dibuka, maka kita baru bisa BERUSAHA menjawab: “Apakah Arsenal bisa bersaing dalam perebutan gelar juara Liga Primer Inggris?”
Semuanya bisa diakses dari ide sederhana bernama serangan balik!
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen