Eropa Inggris

Nacho Monreal: Si Mister Konsisten

Di sepak bola, glorifikasi penyerang atau gelandang serang terjadi begitu masif. Mereka dianggap pemain paling penting, paling mendapatkan sorotan. Namun terkadang, mereka yang menjadi pahlawan bukan yang mendapat sorotan paling terang. Seperti Nacho Monreal, yang menjadi pahlawan dengan caranya sendiri.

Musim panas yang lalu, Arsenal beberapa kali dihubungkan dengan nama bek baru. Banyak yang memandang lini pertahanan, terutama sektor bek tengah membutuhkan tambahan amunisi baru. Perubahan skema menjadi tiga bek menjadi salah satu pertimbangannya. Dibutuhkan bek tengah yang konsisten, cakap dengan bola, dan jago mengumpan.

Salah satu nama yang sempat dihubungkan adalah Virgil van Dijk, terutama selepas Liverpool mundur teratur karena didakwa melakukan pendekatan secara ilegal. Bek asal Belanda tersebut dipandang sebagai bek tengah yang ideal untuk skuat The Gunners. Ia masih muda, punya olah bola yang baik, akrab dengan atomesfer Liga Primer Inggris, dan banderolnya masih terjangkau.

Nama kedua yang dihubungkan dengan Arsenal adalah bek West Bromwich Albion, Jonny Evans. Sisi pengalaman menjadi salah satu pertimbangan mengapa Arsenal membutuhkan tenaganya. Apalagi, setelah Per Mertesacker dan Laurent Koscielny, tak ada lagi bek senior. Dari sisi harga, Evans lebih terjangkau ketimbang van Dijk.

Kabar akan kebutuhan bek baru semakin intens setelah Gabriel Paulista, yang tak kunjung konsisten, justru dilego ke Valencia. Pun beberapa hari kemudian, Shkodran Mustafi dikabarkan akan berlabuh ke Serie A Italia, untuk bergabung dengan salah satu dari Juventus atau Internazionale Milano.

Baca juga: Alasan Kegagalan Internazionale Milano Meminang Shkodran Mustafi

Kehilangan dua bek tengah tentu membuat skuat Arsenal jelas membutuhkan bek tengah yang baru. Namun, hingga jendela transfer musim panas yang lalu ditutup, Arsene Wenger tidak menambah amunisi lini belakang. Beliau hanya memulangkan Calum Chambers dari masa peminjaman. Masalahnya, Chambers tengah cedera.

Selain Chambers, Arsenal masih punya bek muda dalam diri Rob Holding. Namun, seperti yang pembaca tahu, Holding masih jauh dari sebuah produk yang sempurna. Inkonsistensi masih mewarnai performanya. Padahal, bek asal Inggris ini menyandang ekspektasi yang cukup berat, yaitu menjadi bek masa depan Arsenal sekaligus tim nasional.

Maka, melihat situasi di atas, hanya ada Mertesacker dan Koscielny yang bisa diandalkan. Belakangan, Mustafi, yang tak jadi hengkang, bermain cukup apik di beberapa pertandingan. Ketika bermain dengan tiga bek, maka komposisi bek tengah Arsenal sangat tipis. Di tengah situasi “genting” tersebut, Nacho Monreal memberi rasa aman yang langka.

Sebelumnya, kedatangan Sead Kolasinac, bek sayap kiri baru, akan dianggap mematikan karier Monrel. Wenger tentu akan memilih Kolasinac yang lebih bertenaga, masih lebih muda, dan agresif. Dan memang itu yang terjadi. Bek asal Bosnia-Herzegovina tersebut yang dipercaya menjadi bek sayap kiri. Bagaimana dengan Monreal?

Bek asal Spanyol tersebut digeser oleh Wenger menjadi bek tengah sebelah kiri. Memang, di beberapa pertandingan di musim-musim sebelumnya, Monreal sempat bermain sebagai bek tengah, dalam skema empat bek. Performanya tak bisa dikatakan baik, meski tak buruk juga. Yang pasti, mantan bek Malaga tersebut terlihat tidak nyaman.

Kekhawatiran akan berbagai blunder justru tidak terjadi. Monreal menjadi salah satu penampil terbaik, atau justru yang paling memesona, di paruh awal musim 2017/2018. Sampai tulisan ini naik, Monreal sudah mencatatkan 22 kali tekel bersih, 23 kali melakukan intersep, dan 35 sapuan yang bersih. Ia sangat konsisten.

Bahkan, Monrel menyapu bersih penghargaan pemain terbaik Arsenal untuk bulan September dan Oktober. Sebuah penghargaan yang pantas. Ketika beberapa “pemain bintang” yang mendapatkan siraman sorot kamera wartawan justru mengecewakan, Monreal menjadi contoh cara bekerja yang baik. Ia begitu konsisten.

Ketika diremehkan, karena tidak bermain di posisi asli, karena tinggi badannya tidak ideal untuk profil bek tengah, karena tidak bertubuh kokoh, Monreal justru memberi pelajaran paling penting untuk semua bek tengah di dunia. Monreal mengajarkan bahwa konsistensi adalah segalanya di sepak bola. Tanpa konsisten, Anda tak akan bisa bermain di level tertinggi.

Monreal justru begitu jarang membuat blunder, berbeda dengan Mustafi yang sempat disebut akan menjadi tulang punggung Arsenal ketika ia bergabung. Jika Holding ingin berkembang sempurna, maka Monreal adalah panutan yang paling tepat. Holding bisa belajar kepada Monreal tentang cara memperebutkan posisi di tim utama.

Dua aspek yang bisa diajarkan Monreal, kepada Holding, kepada bek-bek muda potensial Arsenal lainnya, yaitu kerja keras dan rendah hati. Dua aspek yang akan membantu para pemain muda mencapai dunia ideal untuk pesepak bola, yaitu dunia konsisten. Ketika bisa konsisten, tak akan ada pemain lain yang bisa mengambil tempat Anda dari tim utama.

Ketika Koscielny terus diganggu oleh cedera dan Mertesacker semakin menua, Arsenal justru menggantungkan asa kepada Monreal. Ia yang diremehkan, ia yang bekerja di balik terang lampu sorot wartawan. Si Mister Konsisten, kepadanya kita bisa belajar bahwa selalu ada jalan dari setiap masalah.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen