Beberapa waktu belakangan ini, Football Tribe Indonesia begitu gemar menuliskan tentang Arsene Wenger. Sosok tua namun masih energik ini memang menjadi topik yang begitu mengasyikkan untuk ditulis. Sayangnya, hampir semua tulisan yang keluar bernada negatif tentang dirinya.
Memang, sebenarnya akhir-akhir ini juga, tak ada hal positif yang bisa dituliskan mengenai manajer Arsenal ini. Mulai dari bagaimana buruknya kepelatihan Wenger hingga dapat mengganggu kejiwaan para Gooners, tentang diri Wenger yang sudah mati rasa hingga tak mampu lagi merasakan perih ketika timnya kalah, bahkan sampai tidak adanya lagi alasan bagi manajer asal Prancis ini untuk tetap memegang The Gunners musim depan.
Tentu ada sebab-akibat, tulisan-tulisan tersebut juga muncul karena memang Wenger layak untuk dituliskan seperti itu. Namun, tak adil rasanya mengesampingkan begitu banyak kerja Wenger yang tidak hanya berhasil merevolusikan Arsenal, namun juga sepak bola secara keseluruhan.
Meskipun beberapa tahun belakangan ia menjadi pesakitan bagi klubnya sendiri, namanya tetap diagungkan oleh banyak suporter Arsenal, pemainnya sendiri, dan manajer-manajer dunia lainnya. Oleh karena itu, biarlah tulisan mengenai Wenger kali ini berisi semua-semua yang positif tentangnya, berisi rasa terima kasih atas kehadirannya di dunia sepak bola.
Sebelum menukangi Arsenal, Wenger berkutat di Jepang menangani klub Nagoya Grampus Eight. Tanggal 1 Oktober 1996, nama Arsene Wenger resmi tertera menjadi manajer Arsenal. Wajar apabila keputusan David Dein, wakil ketua Arsenal saat itu, untuk merekrut Wenger dipertanyakan mengingat rekam jejak sang manajer sendiri juga tidak cemerlang; sebelum ke Jepang, Wenger hanya memanajeri klub Prancis seperti AS Monaco dan Nancy.
Pemain-pemainnya sendiri, kala Wenger tiba di London, mempertanyakan reputasi dan akuntabilitas manajer baru mereka. Tony Adams, kapten Arsenal kala itu, bahkan secara terang-terangan meragukan Wenger setelah melihat tampilannya yang seperti guru sekolahan.
“Saat pertama kali melihatnya, saya langsung berpikir apakah orang Prancis ini tahu sesuatu tentang sepak bola? Ia mengenakan kacamata dan terlihat seperti guru sekolah. Ia tak akan lebih baik dari George Graham (mantan manajer Arsenal). Apakah ia bisa berbahasa Inggris?” ujar Adams.
Anggapan Adams ini ditepis dengan mudah oleh manajernya tersebut. Wenger mampu berbicara dalam lima bahasa dengan lancar, termasuk bahasa Inggris. Ia juga mampu membuktikan bahwa di balik tampilannya yang seperti guru sekolah, pengetahuan sepak bolanya melebihi pelatih-pelatih Arsenal sebelumnya.
Hal pertama yang ia lakukan saat memegang kendali The Gunners adalah mengubah gaya hidup pemain Arsenal yang terkenal tidak sehat. Adams dan kolega dikenal sebagai kumpulan atlet yang gemar mabuk dan memngonsumsi coklat serta makanan sampah lainnya. Wenger kemudian memperkenalkan metode diet yang membuat pemain-pemainnya lebih bugar.
Bekal pengalamannya di Jepang terlihat ketika ia mampu mengatur nutrisi pemain-pemainnya dengan meminta koki klub untuk memperbanyak menu sayuran dan menghapus makanan-makanan tidak sehat seperti burger dan kentang goreng.
Meskipun beberapa pemainnya sempat menentang dan meminta coklat mereka kembali, Wenger tetap bersikukuh atas metodenya ini, yang memang terbukti ampuh. Caranya ini kemudian ditiru oleh banyak klub lainnya, dan Wenger dapat dikatakan menjadi pionir dari gaya hidup sehat bagi pesepak bola di Inggris.
Tak hanya mengubah pola makan pemainnya, ia juga merevolusi metode latihan yang sebelumnya sangat menitikberatkan pada kemampuan fisik. Ia melibatkan bola lebih banyak dalam sesi latihannya, seperti mengoper dan mengontrol. Tak hanya itu, ia juga menggunakan pendekatan yang lebih saintifik, dengan menyesuaikan kebugaran pemain-pemainnya dengan porsi latihan mereka.
Tentu saja, pertanyaan dari pemainnya pun datang, namun Wenger berhasil meyakinkan mereka untuk bersabar pada metoda latihannya ini. Pada akhirnya, dua gelar pun didapat Wenger di musim pertamanya bersama Arsenal dan metode latihannya ini menginspirasi banyak manajer lain.
Sebelum kedatangan Wenger, Arsenal terkenal akan permainannya yang membosankan, terutama di era George Graham. Bahkan, klub yang berbasis di London Utara ini sempat mendapat nyanyian “Boring, boring Arsenal” dari suporter rival.
Memang, saat itu, Arsenal menerapkan taktik defensif yang tidak menghibur untuk mendapatkan kemenangan tipis. Kedatangan Wenger mengubah segalanya. Arsenal kemudian dikenal sebagai tim yang bermain menghibur dengan operan kaki ke kaki serta penyerangan yang masif.
Menitikberatkan pada penguasaan bola, permainan klub yang berdiri di tahun 1886 ini dipuji oleh banyak klub. Bahkan, legenda seperti Diego Maradona sendiri mengatakan bahwa Arsenal-lah klub yang akan ia tonton apabila ia berkunjung ke Inggris. Penerapan taktiknya pun menjadi awal dari banyaknya variasi taktik di Inggris yang sebelumnya hanya terpaku pada kick and rush.
Yang tak dapat dilupakan dari Wenger juga adalah filosofinya menyoal perekrutan pemain. Memang, akhir-akhir ini ia tak lagi saklek untuk urusan ini, namun dulu, ia jagonya dalam hal menemukan pemain muda berbakat dengan biaya yang terhitung receh.
Ia juga mampu melihat bakat-bakat terkenal di tempat yang tidak diduga. Sebut saja nama George Weah yang datang dari Liberia, atau Kolo Toure dan Emmanuel Eboue yang berasal dari Pantai Gading. Ia juga mampu mengembangkan bakat-bakat muda yang ia miliki hingga menjadi pemain bintang. Tak cukup rasanya menuliskan di sini siapa-siapa saja pemain yang telah dikembangkan oleh Wenger hingga menjadi pesepak bola kelas dunia.
Berkat metode-metodenya yang revolusioner, wajar apabila Wenger memenangkan begitu banyak trofi bersama Arsenal. Ia berhasil memenangkan tiga trofi Liga Primer Inggris, termasuk satu piala emas kala berhasil tak terkalahkan dalam semusim di 2003/2004. Ia juga berhasil membawa Arsenal menjadi peraih terbanyak Piala FA dengan 13 trofi, yang tujuh di antaranya terjadi di bawah rezim Wenger. Ia juga berhasil membawa Arsenal selalu finis di posisi empat besar dalam 20 tahun kepelatihannya, meski cela besar terjadi tahun lalu. Ia memang belum berhasil membawa klub yang namanya mirip dengan nama depannya ini menjadi jawara Liga Champions, namun sumbangsih Wenger terhadap Arsenal tentu lebih besar dari noda tersebut.
Kini, banyak Gooner yang menginginkan Wenger pergi dari Arsenal untuk membawa perubahan segar, seperti ketika sang manajer masuk 21 tahun lalu. Bisa dipastikan, hari ketika Wenger mundur atau pensiun, akan menjadi hari yang menyedihkan bagi semua pendukung Arsenal, betapa pun buruknya dirinya akhir-akhir ini.
Hanya rasa terima kasih yang dapat diberikan kepadanya ketika hari tersebut tiba, namun untuk saat ini, mari berharap ia mampu memperbaiki legasinya yang telah berlangsung begitu lama.
Happy birthday, monsieur Wenger!
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket