Suara Pembaca Eropa

Arsene Wenger yang Perlu Belajar dari Hugh Jackman

Awal bulan ketiga di tahun 2017 dihiasi dengan hadirnya film superhero terbaru berjudul “Logan”. Logan menjadi ajang perpisahan Hugh Jackman dengan tokoh Wolverine setelah sekian lama. Faktor usia, fisik, dan kondisi kesehatan membuat Jackman mengambil keputusan untuk mundur dari dunia film, dan membiarkan aktor yang lebih muda melanjutkan perjalanan tokoh fiksi ini.

Di film ini juga diceritakan bahwa Wolverine yang sudah mulai kehilangan kekuatannya. Dirinya pun terlihat begitu lemah, tua, dan tak sekuat dulu. Hampir sama seperti sosok di sudut utara kota London bernama Arsene Wenger.

Datang di tahun 1996, Wenger sedang menjalani tahun ke-21 menjadi nakhoda tim London Utara. Sebuah catatan mengagumkan yang mungkin sulit diulang oleh siapapun. Terlebih, ia melakukannya di Liga Inggris.

Memang satu dekade ke belakang menjadi periode yang sulit bagi Wenger dan Arsenal. Alasannya satu: prestasi yang tak kunjung membaik. Arsenal hanya bisa menjadi penghuni empat besar setiap musim tanpa pernah meraih trofi Liga Inggris yang terakhir mereka raih di musim 2003/2004.

Selayaknya Logan, Wenger pun makin hari makin sulit “memulihkan” kepercayaan para suporter terhadap kemampuan manajerialnya. Wajar adanya teriakan #WengerOut makin keras terdengar saat permainan Arsenal tak memperlihatkan peningkatan di tiap musimnya.

Siklus ini terus saja berulang. Bermain baik di awal musim, pertengahan musim beberapa pemain absen karena cedera, kehilangan banyak poin dan pada akhirnya harus puas mengakhiri musim di empat besar. Tentunya ini pun kembali di musim ini, Wenger kembali harus memutar otak setelah Arsenal sampai awal Maret hanya berada di posisi kelima Liga Inggris. Dan yang terbaru, mereka baru saja disingkirkan Bayern Munchen dengan agregat 10-2 di babak 16 besar Liga Champions Eropa.

Desakan mundur bukanlah hanya musim ini saja sering digaungkan oleh seluruh suporter Arsenal. Hampir di setiap akhir musim beberapa tahun ke belakang, isu pergantian nahkoda tim sering kali terdengar. Walau memang Wenger pun mulai belajar dalam hal kebijakan transfer pemain.

Wenger sepertinya sadar, sulit untuk bersaing dengan tim lain tanpa jor-joran di bursa transfer. Nama–nama besar pun didatangkan dimulai dengan Mesut Ozil, Alexis Sanchez, Petr Cech, dan Granit Xhaka. Meski nyatanya, prestasi tak kunjung datang menghampiri Arsenal.

Revolusi memang harus segera dilakukan. Wenger memang terbukti sudah tidak cukup baik untuk tetap bersaing bersama pelatih–pelatih muda nan berbakat di Liga Inggris saat ini. Salah satu alasan Wenger dibalik kegagalannya meraih trofi di setiap musimnya adalah seringnya Arsenal terkena sial karena banyak pilar utamanya yang harus menepi karena cedera. Padahal sudah jadi rahasia umum, terlalu kerasnya metode pelatihan Wenger yang mengakibatkan banyak pemain Arsenal cedera di setiap musimnya.

Petualangan selama 21 tahun bukanlah hal mudah untuk dilupakan begitu saja, selain raihan trofi, kemampuannya menghasilkan pundi–pundi uang dari penjualan para pemain bintang adalah sesuatu yang begitu berkesan. Bahkan itu juga yang menjadi alasan manajemen Arsenal terus mempertahankan Wenger sampai hari ini.

Tetapi, memang perubahan begitu diidamkan para pencinta Arsenal di seluruh penjuru kolong langit. Nama–nama calon pengganti pun sudah mencuat dan yang paling sering terdengar adalah allenatore Juventus, Max Allegri. Di samping itu ada juga nama Leonardo Jardim yang sukses mengantarkan AS Monaco ke pucuk klasemen Ligue 1 sampai awal Maret 2017 ini.

Mundur dan beristirahat adalah keputusan yang paling tepat untuk Wenger. Biarkanlah pelatih lain yang lebih muda mengambil alih dan mencoba mengembalikan kejayaan yang telah lama hilang di Emirates Stadium. Pada dasarnya desakan untuk melengserkan Wenger dari posisi pelatih adalah bentuk cinta suporter terhadap Wenger.

Seharusnya Wenger segera tersadar, perjalanan 21 tahun baiknya diakhiri dengan sebuah pengunduran diri yang terhormat bukan kata pemecatan yang memilukan, karena penulis percaya, Wenger pun mencintai Arsenal selayaknya seluruh suporter mencintai klub ini. Maka dari itu, membiarkan Arsenal dipimpin pelatih yang lebih baik adalah bentuk cinta yang kami tunggu sebagai suporter.

Seperti Hugh Jackman, Arsene Wenger sudah tak lagi sekuat, sehebat, sekompetitif Wenger belasan tahun ke belakang. Dan juga seharusnya Wenger tahu apa yang harus dilakukannya di akhir musim. Berhenti dan mundur dari kursi pelatih The Gunners dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)