Eropa Inggris

Mengantisipasi Kepergian Zlatan Ibrahimovic

Zlatan Ibrahimovic telah membuktikan diri bahwa usia hanyalah sebuah angka. Di usia 35 tahun, dirinya telah mencetak 15 gol dari 25 pertandingan Manchester United (MU) di Liga Primer Inggris sejauh ini. Secara keseluruhan, Zlatan berkontribusi dalam 48,72% gol MU di semua ajang. Statistik yang sangat istimewa bagi pemain seusianya. Namun seperti kata pepatah, ada pertemuan pasti ada perpisahan.

Ketika direkrut dari Paris Saint-Germain (PSG) awal musim lalu, Zlatan hanya dikontrak satu tahun oleh MU dan sejauh ini belum ada tanda-tanda perpanjangan kontrak bagi dirinya. Rumornya, LA Galaxy bersiap memecahkan rekor gaji pemain di Major League Soccer (MLS) dengan mendatangkan legenda timnas Swedia tersebut ke Amerika. Manajemen MU kabarnya hendak menawarkan perpanjangan kontrak pada Zlatan, Desember 2016 lalu. Namun setelah tiga bulan berlalu, belum ada tanda-tanda perpanjangan kontrak akan diberikan pada pemain yang menjuluki dirinya God of Manchester tersebut.

Jika Zlatan benar-benar pergi dari Old Trafford akhir musim nanti dan memilih untuk melanjutkan karier di liga luar Eropa, maka Jose Mourinho akan menghadapi situasi yang sama seperti saat periode keduanya menangani Chelsea. Di awal musim 2015/2016, Chelsea kehilangan Didier Drogba yang dilepas ke Montreal Impact. Karier kepelatihannya di MU dapat terancam seiring menghilangnya sosok kharismatik yang disegani pemain lain di dekatnya.

Selepas kepergian Drogba, Chelsea kehilangan sosok pemimpin yang dapat meredam sisi emosional Mourinho. Akibatnya, stabilitas internal Chelsea terganggu. Salah satu contohnya adalah pemecatan dokter tim Chelsea, Eva Carneiro, yang dikenal sangat dekat dengan para pemain. Chelsea kemudian mengalami periode buruk, Mourinho pun kehilangan dukungan dan harus meletakkan jabatannya pada Desember 2015.

Berbekal pengalaman sebelumnya, seharusnya Mourinho telah mempersiapkan pengganti dengan kemampuan dan mentalitas setara Zlatan agar bom waktu pribadinya tidak kembali meledak. Antoine Griezmann memang memiliki gaya bermain yang mirip dengan Zlatan. Selain jago mencetak gol, Griezmann juga dapat berfungsi sebagai penghubung antara lini tengah dan lini belakang. Akan tetapi, kharisma Griezmann sebagai pemimpin tidaklah sebesar Zlatan. Nampaknya MU masih akan membutuhkan sosok pemimpin dalam diri Wayne Rooney, jika skenario tersebut benar-benar terjadi.

Hengkangnya Zlatan juga berpotensi membuat “penyakit” sewenang-wenang Mourinho kumat. Luke Shaw adalah korban pesakitan Mourinho yang terbaru. Usai mengalami cedera parah tahun lalu, Shaw diberitakan tidak mendapat dukungan psikologi yang cukup dari Mourinho. Padahal, dukungan langsung dari sang pelatih sangat dibutuhkan oleh Shaw yang masih remaja.

Jika tidak ingin kariernya di MU berhenti karena gagal menjaga keharmonisan dengan pemain, sebaiknya Mourinho segera memperbaiki hubungan dengan Shaw mumpung Zlatan masih bisa mendampinginya saat ini. Zlatan sendiri memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Mourinho semenjak mereka bekerja di Internazionale. Peran Zlatan di MU saat ini dinilai mirip dengan peran Drogba di penghujung kariernya bersama Chelsea, yakni sebagai ‘penasehat’ Mourinho.

Kalaupun kedua skenario di atas gagal terlaksana, Mourinho masih memliki cara untuk melanjutkan masa kepelatihannya di MU meski tanpa Zlatan, yakni dengan menjual Wayne Rooney. Terkesan egois, namun masuk akal mengingat Rooney adalah maskot klub tersebut. Suara Rooney tentu dapat mempengaruhi opini seantero Old Trafford. Jika Rooney dijual, tidak ada lagi juru bicara di dalam tim yang dapat mengganggu rezim Mourinho di MU.

Kontak Zlatan akan berakhir pada 30 Juni nanti. Patut ditunggu manuver apa yang akan dilakukan Mourinho untuk mengantisipasi kepergian dewa sepak bola dari Swedia itu.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.