Leicester City menjadi kesebelasan kedua yang memecat manajer mereka di gelaran Liga Primer Inggris musim 2017/2018. Sebelumnya sudah ada Crystal Palace yang melepas pelatih mereka, Frank de Boer. Leicester memberhentikan manajer Craig Shakespeare dari jabatannya karena dianggap tidak mampu mengangkat prestasi tim. Nama pengganti bahkan kabarnya sudah disiapkan. Rumor berhembus kencang bahwa mantan pelatih Borussia Dortmund, Thomas Tuchel, akan menjadi pelatih baru Leicester City,
Boleh jadi ini terdengar seperti lelucon yang sangat gila, sama seperti soal kabar Everton yang mengincar Edinson Cavani. Akan tetapi, dalam sejarah kompetisinya, Liga Primer Inggris selalu menjadi daya tarik bagi para pelatih. Bahkan dalam kasus tertentu, ada beberapa pelatih yang sampai rela menangani kesebelasan-kebelasan medioker.
Di era sebelumnya, keputusan Sven-Goran Eriksson untuk menangani Manchester City sempat dianggap sebagai keputusan yang gila. Pelatih yang membawa Lazio meraih Scudetto tersebut menerima pekerjaan di sisi biru kota Manchester ketika klub tersebut sedang merangkak.
Keheranan juga tentunya muncul ketika Claudio Ranieri menerima tawaran untuk menjadi nakhoda Leicester City pada Juli 2015 lalu. Padahal kala itu tim berjuluk The Foxes tersebut berstatus sebagai tim yang promosi yang baru saja selamat dari jurang degradasi.
Dalam beberapa musim ke belakang, tren pelatih berkelas menangani tim medioker Liga Primer Inggris semakin menjamur. Watford adalah salah satu contoh terbaik soal ini. Dalam tiga musim beruntun, mereka ditangani oleh pelatih-pelatih dengan curriculum vitae yang mentereng. Mulai dari Quique Sanchez Flores, Walter Mazzari, hingga kini ditangani oleh Marcos Silva.
Hal tersebut juga terjadi di Liga Primer Inggris musim kompetisi kali ini. Para pelatih-pelatih muda potensial seperti David Wagner dan Paul Clement, seakan rela untuk menangani tim sekelas Huddersfield Town dan Swansea City. Padahal dua nama pelatih tersebut, dengan pengalaman sebagai asisten dari para pelatih hebat, dianggap akan mampu menangani tim-tim besar Eropa di kemudian hari.
Baca juga: Siapa Manajer di Liga Inggris yang Terancam Pemecatan?
Lalu, apa yang menyebabkan terjadinya tren tersebut?
Uang lagi-lagi menjadi pokok permasalahan. Soal gaji dengan nominal yang menggiurkan tentu tidak bisa ditolak oleh para manajer ini. Beberapa kesebelasan di luar kekuatan besar seperti duo Manchester, Liverpool, Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Arsenal, nyatanya memberikan gaji yang cukup besar untuk para manajer mereka.
Sebagai perbandingan, dari data yang diambil via Deloitte, gaji dari Ronald Koeman di Everton adalah enam juta paun setahun. Nilai ini tidak berbeda jauh dengan gaji yang diterima pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, yang menerima tujuh juta paun setahun.
Mazzari lagi-lagi menjadi contoh terbaik. Ketika menangani Internazionale Milano, Mazzari menerima gaji sebesar 2,5 juta paun dalam setiap tahun. Di Watford, nominalnya memang agak turun, tetapi tidak terlalu jauh. Mazzari mendapatkan gaji sebesar dua juta paun dalam setiap tahun dari klub yang bermarkas di Vicarage Road tersebut.
Dengan kata lain, tim-tim medioker Liga Primer Inggris bisa membayar gaji yang hampir sama dengan tim-tim besar di liga-liga lain. Belum lagi kenyataan bahwa kebanyakan pemilik klub sangat royal dalam hal transfer pemain, sehingga para pelatih bisa melakukan banyak hal sesuai kehendaknya. Jadi jangan terkejut seandainya nanti pelatih sekelas Thomas Tuchel bahkan sampai mau untuk menerima tawaran menangani Leicester City.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia