Tidak nyaman pastinya membaca judul ini. Kompetisi baru berjalan sebulan, perjalanan masih panjang, kok sudah membicarakan urusan memecat manajer? Tetapi, begitulah sepak bola.
Persaingan super ketat di cabang olahraga terpopuler ini tidak hanya dirasakan oleh para pemainnya, tetapi juga oleh para manajernya. Tuntutan manajemen klub dan suporter yang terkadang kelewatan (terlebih di era media sosial di mana orang bisa bebas menyuarakan pendapatnya langsung) bahwa klub harus selalu tampil prima, membuat posisi manajer sehebat apapun selalu dalam posisi tidak aman.
Mantan pelatih Crystal Palace, Sam Allardyce, mengakui alasan ingin rehat menjadi pelatih adalah karena 24 jam 7 hari dalam seminggu tidak pernah cukup untuk mengatur strategi, memilih pemain, dan sebagainya. Menghabiskan waktu untuk kesenangan diri sendiri dan bersama keluarga adalah kemewahan yang jarang mereka miliki dibalik guyuran gaji fantastis yang berlipat besarnya di Liga Inggris.
Di Go-Jek Traveloka Liga 1, misalnya. Kita melihat sudah beberapa pelatih yang menjadi korban kekejaman persaingan. Bahkan sosok karismatik seperti Djajang Nurdjaman akhirnya menyerah saat mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih Persib.
Di Liga Primer Inggris di mana persaingan serba keras, tentu manajer ingin memberikan yang terbaik. Terkadang, pihak klub seperti kacang lupa kulit saat sang pelatih yang sudah berjasa membawa klub tersebut mengalami peningkatan, ternyata di musim berikutnya, klub yang dilatih belum bisa menampilkan yang terbaik. Dan di titik inilah pemecatan mengintai.
Tentu masih ingat bukan pemecatan mantan pelatih Leicester City, Claudio Ranieri? Pria Italia yang sempat menukangi Chelsea di awal 2000-an ini berhasil membawa Leicester City yang bukan siapa-siapa menjadi kampiun Liga Primer musim 2015/2016.
Sayangnya, musim berikutnya The Foxes tidak setajam sebelumnya. Bahkan sempat berada di zona merah degradasi. Akhirnya, manajemen memecat pelatih yang saat ini menangani Nantes dan asisten Ranieri, Craig Shakespeare, naik kelas dan menggantikan posisinya.
Membicarakan siapa pelatih yang bakal dipecat lebih dahulu memang terkesan terlalu dini. Tetapi, beberapa pelatih diperkirakan menghadapi posisi rawan diputus kontrak di tengah kerasnya persaingan Liga Primer musim ini. Siapa saja mereka?
Frank de Boer (Crystal Palace)
Kesuksesan melatih Ajax Amsterdam ternyata tidak berlanjut saat legenda Belanda ini melatih Internazionale Milano. Bayangkan, pria 47 tahun ini hanya bertahan melatih di Italia selama 85 hari! Dan ternyata, De Boer kemungkinan bisa menjadi manajer pertama yang harus mengucapkan selamat tinggal kepada Liga Primer. Ini tidak lepas dari kekalahan The Eagles di empat laga beruntun tanpa mencetak gol satu pun!
Minggu (10/9) lalu, Ruben Loftus-Cheek dan kolega harus menyerah di laga tandang melawan Burnley. Sebelumnya, Palace kalah dari Huddersfield Town, Liverpool, dan Swansea City. Saat kekalahan ketiga, rumor dipecatnya de Boer juga sudah kencang berhembus. Jika kalah di laga keempat, maka pria yang saudara kembarnya juga pesepak bola ini harus hengkang dari Selhurst Park.
Nama mantan manajer timnas Inggris Roy Hodgson menjadi kandidat terkuat menggantikan de Boer. Kabar terakhir mengatakan de Boer resmi dipecat setelah menangani Palace hanya selama 77 hari!