Gelandang belia Fulham, Ben Davis, jadi rebutan dua raksasa sepak bola Asia Tenggara, Singapura dan Thailand. Namun alih-alih kembali membela Singapura, nama pemain berusia 18 tahun tersebut justru masuk ke skuat provisional Thailand untuk ajang SEA Games 2019 di Manila, Filipina.
Benjamin James Davis lahir di Phuket 18 tahun silam. Ayahnya berkewarganegaraan Inggris sedangkan sang ibu warga negara Thailand. Dari sini jelas bahwa jika merunut hukum ius sanguinis yang berlaku di dunia sepak bola secara kasat mata, Ben punya dua hak membela timnas Inggris atau Thailand. Tapi kenapa dia juga diperebutkan Singapura?
Cerita berawal dari sang ayah Harvey Davis yang memboyong keluarganya pindah ke Singapura saat Ben kecil berusia 5 tahun. Harvey sendiri mendirikan sekolah sepak bola privat bernama JSSL (Junior Soccer School & League) Singapore yang mengakomodir lebih dari 300 pesepak bola muda untuk meniti karier di dunia sepak bola.
JSSL yang bekerja sama dengan Fulham dan klub lokal Tampines Rovers rutin mengirim talenta terbaiknya untuk ikut serta di berbagai kompetisi usia muda misalnya Gothia Cup. Beberapa pemain yang dianggap punya talenta mumpuni pun berakhir dengan dikontrak oleh akademi Fulham, salah satunya adalah Ben.
Pada 2017 lalu Ben mendapat beasiswa dua tahun di akademi Fulham, tampil 10 kali dalam U-18 South League bahkan mencatat rekor akurasi umpan sebanyak 90 persen. Berita kehebatan Ben tersiar hingga Negeri Singa, apa lagi setahun kemudian Ben ditawari kontrak profesional oleh The Cottagers dan kini pemain bertinggi 172 sentimeter tersebut tengah bermain bersama tim U-23 Fulham di Premier League 2.
Akhir Agustus lalu Davis bahkan berkesempatan mencatatkan menit pertamanya untuk tim senior Fulham kala anak asuh Scott Parker menjamu Southampton di babak kedua Piala Liga Inggris atau Piala Carabao. Ben masuk di injury time menggantikan Luca de la Torre, namun sayangnya The Cottagers kalah dari The Saints lewat gol tunggal Michael Obafemi di menit ke-57.
Baca juga: 7 Pesepak Bola dengan Hobi Uniknya
Disia-siakan Singapura, ditikung Thailand
Jika kembali melihat perjalanan Ben yang kini jadi bahan pembicaraan di Singapura dan Thailand, dari mana Ben mendapatkan status kewarganegaraan Singapura? Sang ayah sendiri belum berganti paspor, pun dengan ibunya, Sopee Davis.
Ben memang sudah mengantongi 6 penampilan bersama timnas Singapura U-16 dan U-19 sejak 2015 lalu, namun untuk mendapat status kewarganegaraan Singapura secara penuh ia harus mendaftarkan dirinya untuk mengikuti wajib militer (National Service) yang bersifat wajib.
Davis sendiri sudah turun gelanggang sebagai seorang pemain Singapura di ajang kualifikasi Piala AFC U-16 2015 dan kualifikasi Piala AFC U-19 2017 lalu dan kemungkinan besar hal ini dapat diperdebatkan FAS (Federasi Sepak bola Singapura) ketika nantinya ia tampil bersama Thailand di ajang SEA Games 2019. Sayangnya sikap FAS berbanding terbalik dengan Kementerian Pertahanan Singapura.
Kementerian Pertahanan Singapura per 18 Februari 2019 lalu menyatakan bahwa yang bersangkutan mangkir dari kewajibannya menjalani wamil. Ben juga didaftarkan sebagai pemain berpaspor Inggris oleh Fulham, hal ini tak dapat ditolerir oleh pihak Kementerian Pertahanan Singapura sekalipun kita tahu bahwa otoritas Liga Inggris punya aturan ketat soal pemain homegrown.
Banyak fans yang menyayangkan sikap Kementerian Pertahanan Singapura, terlepas bahwa Ben mangkir dari tugasnya ia tengah berjuang keras mempermanenkan posisinya di skuad utama Fulham. Menhan Singapura, Ng Eng Hen, sampai harus angkat bicara mengenai kasus ini sebagaimana dilansir straitstimes.com.
Ayah Ben, Harvey Davis, pun menyatakan bahwa sang anak tetap mencintai Singapura meski didaftarkan sebagai pemain Inggris bersama Fulham. “Dia menunjukkan komitmen untuk membela Singapura, dia merupakan produk pendidikan dan sepak bola Singapura. Dia bangga dengan garis keturunan Eurasia yang ia miliki,” sebut Harvey dikutip dari TODAYonline.com.
Singkat kata nasib tak berpihak kepada Ben, Thailand pun melihat celah untuk menikung Ben. Akira Nishino yang merupakan pelatih timnas senior sekaligus U-23 Thailand langsung menyertakan Ben dalam 28 nama pemain di skuat provisional Changsuek untuk SEA Games 2019.
Bersama Ben ada pula dua bek keturunan yakni Marco Ballini (Italia-Thailand) dan Kevin Deeromram (Swedia-Thailand) dalam skuat tersebut. Jika Ben benar-benar mampu mendapatkan menit bermain di Thailand, maka ini akan jadi sejarah baru bahwa ada seorang anak muda yang sudah bermain di dua timnas berbeda di ranah sepak bola Asia Tenggara.
Thailand sendiri akhir-akhir ini kerap memakai jasa pemain keturunan seperti Tristan Do (Prancis-Thailand), Manuel Bihr (Jerman-Thailand), dan Elias Dolah (Swedia-Thailand) yang disertakan di dua pertandingan awal kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023.
Selain itu masih ada nama Philip Roller (Jerman-Thailand) dan Charyl Chappuis (Swiss-Thailand) yang sempat membela Changsuek. Kini saat Ben Davis jadi rebutan bukan tak mungkin akan mengubah wajah rivalitas antara Singapura dan Thailand di kompetisi regional.