Pada hari ini tepat setahun yang lalu, merupakan tanggal berakhirnya Liga 1 musim pertama. Kompetisi bernama lengkap Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 tersebut melahirkan Bhayangkara FC sebagai juaranya, yang diiringi dengan beragam kontroversi.
Kontroversi Bhayangkara FC sebagai juara dimulai dari kejanggalan di laga kontra Mitra Kukar. Dalam pertandingan krusial jelang akhir musim itu, The Guardian harus puas bermain imbang 1-1 di Stadion Aji Imbut. Namun di kemudian hari kubu Bhayangkara FC melayangkan protes karena Mitra Kukar memainkan Mohamed Sissoko.
Sang marquee player seharusnya tidak boleh dimainkan lantaran terkena larangan bertanding, tetapi Naga Mekes berdalih tidak ada pemberitahuan bahwa Sissok dilarang tampil. Drama pun terjadi dan seperti yang sudah kita ketahui, berakhir dengan Mitra Kukar dinyatakan kalah 0-3 karena memainkan pemain ilegal.
Dengan Bhayangkara FC mendapat dua poin tambahan, maka saat itu tim asuhan Simon McMenemy tinggal selangkah lagi menjuarai Liga 1. Situasi tersebut juga membuat perjuangan Bali United yang susah payah menang 1-0 di kandang PSM Makassar terasa sia-sia.
Di pekan depannya, hasrat Bhayangkara FC untuk menggenggam trofi juara terkabul. Kembali diiringi kontroversi karena di laga kontra Madura United yang seharusnya tanpa penonton, justru dihadiri cukup banyak aparat keamanan di dalam tribun.
Pertanyaan pun menyeruak: Jika pertandingan tanpa penonton, untuk apa personil keamanan sebanyak itu?
Pertandingan itu sendiri dimenangkan Bhayangkara FC dengan skor 3-1. Ilija Spasojevic menjadi bintang lapangan dengan tiga golnya, sedangkan Madura United harus mengakhiri pertandingan dengan hanya tersisa 8 pemain di lapangan.
Tiga pemain terkena kartu merah saat itu, yakni Fandi Eko Utomo, Rizky Dwi Febrianto, dan Peter Odemwingie yang menendang paha belakang pemain Bhayangkara FC. Amarah Odemwingie diduga terpicu karena sebelumnya dilanggar sangat keras oleh Indra Kahfi, tapi kapten Bhayangkara FC itu tidak mendapat kartu apapun.
Baca juga: Bau Anyir Gelar Juara Bhayangkara FC
Perjuangan menit akhir Perseru Serui
Penuh intrik di papan atas, dan keras di papan bawah. Setelah Persegres Gresik United dan Persiba Balikpapan resmi turun kasta sebelum Liga 1 2017 berakhir, giliran mencari siapa tim ketiga di pekan terakhir. Kandidatnya ada dua, antara Semen Padang atau Perseru Serui.
Semen Padang sebenarnya lebih dijagokan lolos degradasi, karena main di kandang dan menjamu PS TNI (sekarang bernama PS Tira) yang bukan klub besar. Sementara itu, Perseru Serui datang jauh-jauh ke Stadion Si Jalak Harupat untuk menghadapi Persib Bandung.
Sampai akhir babak pertama, Semen Padang masih di atas angin. Kabau Sirah unggul 2-0 sedangkan Cenderawasih Jingga masih imbang tanpa gol. Saat itu kedua tim sama-sama butuh kemenangan untuk memastikan bertahan di kasta tertinggi.
Namun bukan sepak bola namanya jika tak ada drama. Di babak kedua, keadaan berbalik 180°. Perseru bisa mencetak dua gol ke gawang Persib, melalui tendangan bebas Ryutaro Karube dan sontekan Silvio Escobar.
Dalam hujan lebat, Perseru menunjukkan perjuangan hebat. Mereka memastikan diri bertahan di Liga 1, sementara Semen Padang harus menelan pil pahit menerima kenyataan di musim 2018 tampil sebagai kontestan Liga 2.