Nasional Bola

Penjelasan tentang Kasus Mitra Kukar dan Bhayangkara FC

Konflik yang berawal dari tidak jelasnya aturan di Liga Indonesia kembali memakan “korban”. Setelah PSBK Blitar dan Persewangi Banyuwangi harus melakoni laga play-off khusus yang akhirnya berakhir ricuh, kini giliran Mitra Kukar yang merasa dirugikan terkait dimainkannya Mohamed Sissoko saat menjamu Bhayangkara FC.

Polemik ini berawal dari kartu merah langsung yang diterima Sissoko ketika berlaga melawan Borneo FC. Alhasil, Sissoko tidak bisa diturunkan di laga selanjutnya melawan Persib Bandung. Di kemudian hari, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memberikan hukuman tambahan berupa dua kali larangan bermain pada Sissoko.

Oleh sebab itu, Sissoko seharusnya tidak boleh tampil saat Mitra Kukar berjumpa dengan Bhayangkara FC pekan lalu dan Persiba Balikpapan akhir pekan nanti. Mengenai hal ini, PSSI mengklaim sudah mengirimkan surat elektronik pemberitahuan ke Mitra Kukar.

Namun anehnya, ketika Naga Mekes menjamu Bhayangkara FC pekan lalu, dalam surat yang berisi daftar pemain yang mendapat sanksi tidak ada nama Sissoko di dalamnya. Hanya ada nama Herwin Tri Saputra untuk kubu tuan rumah, dan Indra Kahfi bagi tim tamu.

Jika merujuk pada Surat Keterangan Bermain tersebut, maka Mitra Kukar tidak salah ketika memainkan marquee player-nya akhir pekan lalu. Bahkan, konon dalam rapat Match Commissioner yang dihadiri perwakilan PSSI dan PT. LIB, juga tidak menyatakan bahwa Sissoko tidak boleh tampil di laga tersebut.

Akan tetapi, di kemudian hari setelah pertandingan, Bhayangkara FC melayangkan protes pada federasi karena Sissoko dimainkan di laga tersebut. Lalu dalam rapat Komdis awal bulan ini, dinyatakan bahwa Mitra Kukar telah melanggar peraturan dan diwajibkan membayar denda 100 juta rupiah sekaligus dinyatakan walk-out alias kalah 0-3.

Teka-teki e-mail

Dalam rilis pernyataan resmi Bhayangkara FC yang kami terima, mereka mengatakan bahwa sangat tidak masuk akal jika Mitra Kukar tidak mendapat e-mail pemberitahuan. Sebab, selama ini komunikasi dengan pengurus liga dilakukan melalui media tersebut.

Bhayangkara FC juga mengatakan bahwa klub harus ikut melakukan pengawasan pada kartu kuning dan atau kartu merah yang diterima pemainnya. Artinya, klub harus selalu update terkait status pemain mereka. Contohnya ketika Indra Kahfi tidak bisa dimainkan saat melawan Persela Lamongan.

Berdasarkan keterangan Bhayangkara FC, saat itu Nota Larangan Bermain (NLB) belum keluar, tetapi mereka tetap melakukan komunikasi dengan pihak terkait, dan ternyata diputuskan bahwa sang kapten tidak bisa diturunkan karena mendapat kartu merah saat melawan PSM Makassar di pekan sebelumnya. Sebagai informasi tambahan, NLB keluar satu minggu sebelum pertandingan.

Bangga Mengawalmu Pahlawan

Bali United juga merugi

Dengan hasil WO ini, Bhayangkara FC berada di atas angin dalam perebutan gelar juara Liga 1. Mereka akhirnya keluar sebagai kampiun tadi malam usai menekuk Madura United 3-1, dari yang awalnya diprediksi akan berpeluh keringat hingga laga terakhir melawan Persija Jakarta.

Sebaliknya, keputusan ini tidak hanya merugikan Mitra Kukar tapi juga Bali United yang menjadi pesaing utama Bhayangkara FC. Dengan tambahan dua poin yang didapat rivalnya tersebut, perjuangan sekuat tenaga mereka saat mengalahkan PSM Makassar terasa sia-sia.

Tak berhenti sampai di situ, Hamka Hamzah juga menyatakan kekecewaannya terkait situasi ini. Dalam pernyataan yang disampaikan pada Bali Football, kapten PSM Makassar ini merasa dicurangi karena PSM dan Bali United telah berjuang setengah mati dalam pertandingan kedua tim pekan lalu, tapi Bhayangkara FC justru mendapat poin tembahan dengan mudahnya, hanya dengan melayangkan protes tentang pemain lawan yang infonya masih simpang siur.

Kalau sudah begini, jadi siapa yang salah? Federasi? Si pengirim e-mail? Mitra Kukar? Atau salah kita semua karena kodrat manusia adalah tempatnya salah?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.