Usai menjalani start menjanjikan dengan memenangi empat laga awal secara beruntun, catatan impresif Internazionale Milano di Serie A musim 2017/2018 akhirnya patah juga tengah pekan ini (20/9). Bertandang ke Stadion Renato Dall’Ara milik Bologna, Inter cuma berhasil memetik satu poin usai bermain imbang 1-1.
Lebih parahnya lagi, satu poin itu didapat dengan susah payah oleh anak asuh Luciano Spalletti. Inter membutuhkan gol penalti dari kaki Mauro Icardi guna menembus pertahanan rapat Bologna sekaligus membalas gol yang dibuat oleh Simone Verdi.
Anjloknya performa yang ditampilkan Inter pada saat melawan Bologna bikin Interisti meradang. Terlepas dari kondisi fisik para pemain yang tampak kedodoran, Interisti merasa bahwa inkonsistensi permainan seperti ini bisa membahayakan perjuangan La Beneamata di musim ini. Karena jeleknya penampilan Inter dalam kurun satu windu terakhir seringkali diakibatkan oleh inkonsistensi akut yang mereka perlihatkan.
Khusus di laga melawan Bologna kemarin, sejumlah nama diapungkan Interisti sebagai penyebab sulitnya kubu biru-hitam membongkar lini pertahanan I Rossoblu. Salah satunya adalah winger kanan berkebangsaan Italia, Antonio Candreva.
Dibanding Ivan Perisic yang mengokupansi sayap kiri di lini serang Inter, gaya main Candreva memang cenderung lebih tradisional. Berbekal kaki kanan yang lebih kuat serta giringan yang cukup prima, Candreva memang lebih sering melepas umpan silang ke kotak penalti dengan Icardi ataupun Perisic sebagai targetnya. Dan hal semacam ini bisa dilakukannya selama 90 menit tanpa henti!
Ironisnya, tak semua crossing Candreva punya presisi yang sangat brilian. Seringkali, umpan menyilang yang dilepaskannya justru kelewat melambung tinggi sehingga keluar lapangan. Bahkan di sejumlah momen krusial yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk menciptakan peluang, Candreva malah gagal menunaikan tugasnya karena eksekusi umpannya yang buruk.
Melihat kenyataan ini, tampaknya wajar apabila Interisti merasa geram. Sebagai pemain yang sudah lama malang melintang di dunia sepak bola profesional dan bahkan menjadi andalan di tim nasional Italia, gaya Candreva dinilai terlalu kuno. Seakan-akan tak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukannya selain mengirimkan umpan crossing ke kotak penalti.
Terlepas dari instruksi dan peran apa yang diperintahkan Luciano Spalletti kepada Candreva, lazim rasanya apabila Interisti berharap lelaki berumur 30 tahun ini sanggup bermain dengan lebih variatif sehingga tak ada lagi cerita puluhan umpan crossing di satu laga yang berakurasi rendah atau malah gagal total.
Candreva's crosses vs Bologna: pic.twitter.com/EU4svRm9lP
— F.C. InterData (@Fcinterdata) September 19, 2017
Tak sekadar menyisir area sayap dan melepas umpan crossing ke kotak penalti tapi Interisti juga menyandarkan asa bahwa Candreva juga sanggup menusuk ke kotak penalti atau area tengah permainan buat membuka ruang bagi dirinya sendiri maupun rekan-rekannya sekaligus menciptakan peluang.
Sebagai contoh, kala Danilo D’Ambrosio membawa bola dan ikut membantu serangan di wilayah sayap, posisinya kerap bertumpukan dengan Candreva yang lucunya seringkali tidak bergerak masuk ke area halfspace ataupun tengah guna menyediakan opsi umpan bagi D’Ambrosio.
Padahal, pergerakan tanpa bola Candreva di kedua area tersebut bisa memaksa pemain belakang tim lawan yang mengawalnya untuk ikut bergerak dan meninggalkan ruang kosong yang bisa dimanfaatkan rekan setimnya. Padahal kondisi ini dapat memperbesar kesempatan Inter dalam menciptakan atau bahkan mengeksekusi peluang. Lebih mantapnya lagi, serangan La Beneamata yang diinisiasi dari sayap kanan juga lebih sulit untuk diantisipasi karena tidak monoton alias begitu-begitu saja.
Apa yang ditampilan Candreva di atas lapangan memang bergantung dengan instruksi dari pelatih. Akan tetapi, Spalletti pun berhak dan bisa saja membuat keputusan lain andai sang pemain tak memberikan sesuatu yang berfaedah saat berada di atas lapangan. Apalagi, La Beneamata masih punya sosok Joao Cancelo (saat ini tengah cedera) dan Yann Karamoh yang bisa diplot untuk menggantikan Candreva andai performa pemilik 49 caps dan 6 gol di timnas Italia tersebut jeblok di sebuah pertandingan.
Walau keduanya belum terbukti sebagai pemain yang mumpuni buat mengisi sektor sayap kanan La Beneamata, namun dengan memainkan Cancelo atau Karamoh di pos tersebut, Spalletti memiliki alternatif yang cukup bila Candreva gagal menunjukkan perubahan yang lebih positif dalam permainannya.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional