Kolom Cerita

Sagan Tosu dan Kisah Kebangkitannya

Kemunduran tersebut cukup parah, sampai-sampai Eduardo tidak mampu menembus skuad Matsumoto Yamaga yang melawan degradasi dari J1 di tahun 2019. Meskipun demikian, Myung-hwi mempercayakan jantung pertahanan Tosu ke Eduardo dan berkatnya Eduardo mengalami kebangkitan karir yang cukup signifikan.

Myung-hwi juga merevitalisasi karir Riki Harakawa dan membawa masuk Tomoya Koyamatsu dari Kyoto Sanga. Dua manuver jitu ini berhasil membantu Tosu bangkit dari keterpurukan mereka di musim 2020. Tim biru langit tersebut berhasil menuai poin demi poin berkat performa bandel mereka di liga, yang turut membantu mendongkrak posisi mereka.

Keputusan J.League untuk menghilangkan degradasi di musim 2020 turut membantu Tosu. Mereka bisa main lepas tanpa tekanan apapun.

Tidak seperti Vegalta Sendai dan Shonan Bellmare yang terkesan “pasrah” setelah mengetahui bahwa degradasi dihilangkan, Tosu berusaha keras untuk finis di posisi yang terhormat demi fans mereka yang sudah mendukung mereka sepanjang 2020 yang sulit.

Dengan 15 kali hasil imbang sepanjang 2020, sebuah rekor liga, Sagan Tosu berhasil membuat frustasi lawan-lawannya, sementara tidak adanya degradasi membuat Myung-hwi dapat berkreasi dalam mengagas jati diri tim.

Pada akhirnya hasil-hasil imbang tersebut cukup untuk mengantar Tosu finish di peringkat ke-13 dari 18 tim. Tidak buruk amat, untuk tim yang hampir saja dibubarkan karena kondisi keuangan mereka yang sulit.

BACA JUGA: Mengakarnya Bahasa Italia dalam Sejumlah Nama Klub di Jepang

Pre-season 2021 memberikan tantangan tersendiri bagi Myung-hwi. Keuangan Tosu yang masih belum stabil memaksa klub menjual pemain-pemain terbaik mereka ke klub-klub lain, seperti Harakawa yang ke Cerezo Osaka dan Ryoya Morishita yang ke Nagoya.

Untungnya, Park, Eduardo, dan Koyamatsu memutuskan untuk tetap tinggal di Tosu untuk musim 2021.

Sekali lagi Myung-hwi melakukan belanja cerdas di bursa transfer. Hasilnya, dia berhasil membawa empat pemain semenjana yang bakal dia poles menjadi bintang-bintang baru bagi Tosu. Mereka adalah Nanasei Iino, Keita Yamashita, Keiya Sento, dan Hwang Seok-ho.

Namun yang paling penting, Myung-hwi melaksanakan satu hal yang diabaikan oleh para petinggi Tosu yang sudah dibutakan oleh ambisi mendongkrak brand recognition mereka – memasukkan pemain-pemain muda bertalenta dari akademi ke dalam tim.

Sebelum menjabat di tim senior Tosu, Myung-hwi memang sudah lama bekerja di akademi Tosu. Dengan mata kepalanya sendiri, Myung-hwi menyaksikan perkembangan pemain-pemain muda yang siap menjadi masa depan Tosu dan bahkan, masa depan Jepang.

Daichi Kamada merupakan lulusan akademi Sagan Tosu yang paling terkenal, menjadi pemain kunci Eintracht Frankfurt di usianya yang ke-24.

Untuk musim 2021, Myung-hwi berhasil mempromosikan beberapa pemain muda yang sudah siap untuk mengikuti jejak Kamada di masa mendatang. Mereka adalah Fuchi Honda, Daichi Hayashi, Daiki Matsuoka, Yuta Higuchi, Shinya Nakano, dan Ryonosuke Sagara. Dan semuanya tampil impresif sejauh ini di musim 2021.

Kombinasi dari pembelian-pembelian cerdas, sekelompok pemain muda yang siap mengguncang liga, dan seorang pelatih kepala yang tahu klub dan pemain-pemainnya luar dalam, menjadi kunci sukses Tosu musim ini. Kebangkitan Tosu yang dimulai tahun 2020 yang lalu, akhirnya mencapai level selanjutnya di 2021.

Jika bukan karena start mencengangkan dari Kawasaki (18 kali main, 15 kali menang, 3 kali imbang, tanpa kekalahan sama sekali) dan Nagoya (18 kali main, 11 kali menang, 3 kali imbang dan 4 kali kalah), Tosu bisa saja punya kesempatan membidik gelar juara J1.

Jarak Tosu dengan Nagoya di peringkat kedua hanya tujuh poin, bisa saja tim Myung-hwi mengejar ketertinggalan mereka karena musim masih panjang. Namun jarak antara Tosu dan Kawasaki di pucuk klasemen yang sangat lebar – 17 poin – ditambah dengan performa Kawasaki yang tak tertandingi, membuat kemungkinan Tosu menjadi juara J1 tahun ini sangat kecil.

Belum ada tim dari Kyushu yang pernah tampil di ACL dan jika Tosu meneruskan performa mereka, mimpi tampil di kancah Asia bisa jadi kenyataan. Namun ketika Tosu terus bangkit, tantangan baru akan terus menghampiri Myung-hwi.

Keadaan keuangan Sagan Tosu sekarang masih belum stabil. Demi keberlangsungan klub, mau tak mau Tosu harus menjual bintang-bintang baru mereka ketika waktunya sudah tiba. Jika Myung-hwi tidak bisa mendapatkan pengganti yang sepadan, mereka bisa bernasib seperti Oita Trinita.

BACA JUGA: Vissel Kobe, Steak Wagyu Berlapis Tepung

Oita merupakan kuda hitam musim 2019, finis di peringkat kesembilan dengan modal semenjana. Mereka juga berhasil finis di papan tengah J1 di musim 2020, juga dengan pemain seadanya. Namun dengan eksodus pemain kunci di pra-musim 2021, skuad Tomohiro Katanosaka ini harus berjibaku di zona degradasi musim ini.

Tapi untuk sekarang, Myung-hwi dan Sagan Tosu binaannya sudah membuktikan bahwa untuk sukses, tidak perlu pemain berlabel bintang dengan harga mahal. Mereka sudah melebihi ekspektasi semua orang musim ini dan untuk sekarang bisa fokus untuk finis di papan atas J1.

Sang burung dari Kyushu sudah bangkit!