Suara Pembaca

Vissel Kobe: Steak Wagyu Berlapis Tepung

Gotoku Sakai, fullback kanan timnas Jepang keturunan Jerman, resmi pindah dari Hamburg SV ke Vissel Kobe.  Lucunya, saya tahu pertama kali kabar ini bukan dari portal berita sepak bola, melainkan dari cuitan di akun Twitter anggita NMB48, Kanae Iso.

Sakai Gotoku senshu ga Visseru Kobe e iseki?”

Artinya: “Gotoku Sakai pindah ke Vissel Kobe?”. Jahilnya, Isochan, panggilan sayang Kanae Iso, selain membubuhkan tanda tanya di akhir cuitannya, dia juga menambahkan emoji berupa orang ngikik sambil menutup mulut. Seakan mengejek.

Jahilnya lagi, ada wota yang membalas: “HSV sudah dibawanya degradasi. Sebentar lagi Vissel Kobe juga akan dibawa degradasi ke J2”

Kabarnya, Gotoku Sakai akan mendapat gaji per tahun yang untuk ukuran liga Jepang termasuk mewah: 140 juta yen. Hampir setara Rp 17 miliar.

Vissel Kobe sendiri saat berada di peringkat ke-15 klasemen J.League. Hanya beda dua mata dari Sagan Tosu di peringkat 16 dan beda enam mata dari tim peringkat terbawah atau peringkat 18 yakni Jubilo Iwata.

Dari 3 pertandingan yang ada di bulan Juni, 3 kali juga Vissel Kobe kalah, dan dari 2 pertandingan di bulan Agustus, Vissel Kobe hanya mendapatkan hasil seri. Untuk ukuran klub yang dari sisi finansial dan fasilitas yang terbilang bagus, hasil ini jelas mengecewakan.

Mereka juga sudah mendatangkan pemain juara dunia seperti Andres Iniesta dan Lukas Podolski. Juga sudah mendatangkan legenda Football Manager 2015 lulusan La Masia, Sergi Samper, serta bek Belgia yang selama di Barcelona cuma makan gaji buta, Thomas Vermaelen.

Baca juga: Andres Iniesta dan Bangkitnya Popularitas J.League di Mata Dunia

Bahkan sebelum diambil alih oleh Hiroshi Mikitani, pemilik raksasa e-commerce Rakuten pada tahun 2004, Vissel Kobe memang cuma klub semenjana. Jika diibaratkan negara peringkat FIFA, Vissel Kobe adalah negara Bhutan.

Mickey, panggilan Mikitani, dengan alasan sentimentil karena merasa dia anak kampung asli Kobe, menyelamatkan klub tersebut dari kebangkrutan. Setelah mengambil alih kepemilikan klub, Mickey langsung mengganti warna kebesaran klub yang tadinya strip hitam putih menjadi merah tua, warna kebesaran korporasinya.

Jelas saja ini mengundang kemarahan para suporter garis keras. Selanjutnya, Mickey merekrut atlet figure skate asal Turki yang kebetulan bisa bermain sepak bola bernama Ilhan Mansiz. Entah mungkin Mickey mau mengejek Korea Selatan, sebab Ilhan Mansiz-lah yang mengubur mimpi Korea Selatan lewat dua golnya dalam perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2002.

Atau karena Mansiz pernah membawa Besiktas juara Superliga Turki dan pernah menjadi top skor liga tersebut. Sayangnya, Mansiz hanya sempat bermain 3 kali untuk Vissel Kobe tanpa mencetak sebiji gol akibat cedera lutut.

Baca juga: Hegemoni Sepak Bola Jepang di Era Heisei

Di bawah kepemilikan Mickey, Vissel Kobe sudah dua kali terdegradasi ke J2, yakni pada musim 2005/2006 dan musim 2012/2013. Posisi terbaik Vissel Kobe cuma berada di peringkat 7 musim 2016/2017 di mana penyerang mereka asal Brasil, Leandro, menutup musim sebagai top skor dengan 19 gol.

Selebihnya, mereka berkutat di papan bawah. Bahkan jika dibandingkan dengan Consadole Sapporo, klub pemegang rekor degradasi ke J2, Vissel Kobe kalah jauh. Musim lalu, Consadole berhasil finis di peringkat 4 dan saat ini mereka masih nyaman di peringkat 7. 

Jika kita tega membandingkan Vissel Kobe dengan dengan klub sekota INAC Kobe, Vissel Kobe bagaikan Mike Tyson yang kena bogem telak Lennox Lewis di ronde 8 pada pertarungan yang berlangsung di Memphis, Tennessee.

Tapi, tidak seperti Mike Tyson dan Lennox Lewis, Vissel Kobe dan INAC Kobe sepanjang hayat tidak akan pernah bertarung. INAC Kobe adalah peserta kompetisi Nadeshiko Div.1, kompetisi teratas untuk sepak bola wanita di Jepang.

Ya, INAC Kobe adalah klub sepak bola wanita, yang membuat Vissel Kobe dan INAC Kobe sama selain berbagi kota dan stadion, Vissel Kobe dan INAC Kobe bukan merupakan klub pendiri liga. 

INAC yang merupakan singkatan dari International Athletic Club, baru berdiri pada tahun 2001 dan baru berkompetisi di Nadeshiko Div.1 pada tahun 2006. Dua tahun berselang, mereka mampu menjadi runner-up liga dan runner-up turnamen Empress’s Cup.

Pada 2010 mereka berhasil menjuarai Empress’s Cup. Tidak seperti Vissel Kobe, INAC Kobe melakukan langkah yang cerdas di bursa transfer. Pada tahun 2011, NTV Beleza, klub penguasa sepak bola wanita di Jepang, mengalami kesulitan keuangan.

INAC Kobe bergerak cepat dengan membajak pemain bintang mereka. Salah satunya adalah penyerang legendaris Homare Sawa, yang kelak membawa Jepang juara dunia tahun 2011 di Jerman.

Baca juga: Fernando Torres dan Pemain dari Liga Jepang yang Kiprahnya Layak Disaksikan

INAC Kobe kemudian berhasil meraih gelar ganda, yakni juara liga dan Empress’s Cup selama 3 tahun beruntun yakni tahun 2011, 2012, dan 2013. Tahun 2013 merupakan tahun keemasan, mereka berhasil meraih treble domestik dengan menjuarai liga, Piala Liga, dan Empress’s Cup.

Tidak cukup hanya gelar domestik saja, tahun 2013 mereka berhasil menjuarai International Women’s Club Championship, semacam Piala Dunia Antarklub bagi sepak bola wanita. INAC Kobe berhasil mengalahkan Chelsea di final dengan skor 4-2.

Uniknya, kapten Chelsea saat itu adalah pemain Jepang, Yuki Nagasato. Meski 2013 adalah tahun terakhir INAC Kobe menjuarai liga, INAC Kobe selalu nyaman di papan atas. Posisi terburuk mereka sejak berkompetisi di Nadeshiko Div.1 adalah berada di peringkat 6 pada tahun 2014. 

Mungkin ada yang beranggapan tidak adil membandingkan Vissel Kobe dengan INAC Kobe. Namun realitas berkata demikian. Ibarat planet, INAC Kobe adalah planet Venus, dan Vissel Kobe adalah Planet Remaja, nama sebuah acara di televisi yang hanya program ramalan bintangnya saja yang ditunggu.

Baca juga: Tujuh Perempuan Ikonik yang Jadi Pembawa Acara Sepak Bola di Indonesia

Sama seperti Vissel Kobe, publik mungkin hanya menunggu kabar transfer pemain mereka saja. Atau jika diibaratkan steak Wagyu, INAC Kobe adalah steak Wagyu 100% asli Kobe Beef, sedangkan Vissel Kobe adalah steak Wagyu berlapis tepung yang dagingya cuma secuil dan keasliannya diragukan. 

INAC Kobe sudah menunjuk Iso Kanae, member NMB48 yang saya sebutkan tadi, yang juga sudah mengumumkan kelulusannya dari NMB48 tahun ini, sebagai club ambassador.

Jika Mikitani alias Mickey tidak mau kalah, mungkin dia bisa menunjuk Keiko Kitagawa, aktris cantik asli Kobe yang sayangnya cuma numpang lewat sebagai montir kawaii bernama Reiko di film Tokyo Drift sebagai club ambassador Vissel Kobe.

Atau, bisa juga menunjuk Kobe Band, band nu metal asal Sidoarjo, karena lirik dari single mereka Positive Thinking sangat tepat untuk mengangkat moral klub : 

Tetap tenang. Positive thinking.”

Mampukah Gotoku Sakai membawa Vissel Kobe dari ancaman degradasi. Marilah kita tunggu layaknya menunggu lanjutan episode serial animasi Kapten Tsubasa.

 

*Penulis adalah penggemar Manchester United yang ingin menyampaikan terima kasih pada pelatih Vissel Kobe saat ini, Thosten Fink, karena berkat sapuannya yang tidak bersih, bola jatuh ke kaki Giggs dan berhasil diteruskan oleh Sheringham. Bisa ditemui di akun Twitter @adithya86530_d