Kolom Cerita

Sagan Tosu dan Kisah Kebangkitannya

Tepat satu tahun lebih beberapa minggu yang lalu, Sagan Tosu nyaris dinyatakan bangkrut. Utang-utang yang menggunung dari proyek galactico mereka yang gagal, mundurnya sponsor-sponsor kunci, serta pandemi COVID-19 adalah faktor-faktor kunci dibalik hancurnya finansial Tosu di tahun 2020. Akibatnya, klub J.League 1 tersebut nyaris dibubarkan.

Namun bak sihir, Tosu berhasil bangkit dan mereka sekarang duduk dengan nyaman di papan atas J1. Ketika artikel ini ditulis, si Biru Langit dari Pulau Kyushu sekarang berada di peringkat ketiga J1.

Kisah bangkitnya Sagan Tosu adalah sesuatu yang luar biasa dan juga menjadi sebuah pelajaran bagi para pemilik klub sepak bola yang memiliki ambisi besar.

Ambisi seorang Minoru Takehara untuk menaikkan brand recognition Tosu mendorongnya untuk merekrut mantan strikerAtletico Madrid, Liverpool, dan Chelsea, Fernando Torres, di tahun 2018.

Meskipun performa Torres sedang menurun seiring dengan bertambahnya usia, Takehara yakin bahwa keberadaan Torres akan mendongkrak status Tosu dan membuat mereka setara dengan para tim elite di J1.

Sayangnya, hal tersebut tidak terjadi. Torres tidak berbuat banyak ketika berseragam Tosu, mencetak 7 gol saja dalam 40 penampilan sebelum memutuskan untuk pensiun di tahun 2019. Kepergian Torres juga mengungkapkan sebuah borok yang sudah lama mengendap di dalam tubuh Tosu.

Gaji Torres yang fantastis, ditambah dengan gaji para pemain lain, menjadi sebuah beban bagi keuangan Tosu. Beban tersebut bertambah besar dengan kompensasi yang harus dibayar Tosu kepada Massimo Ficcandenti dan Lluis Carreras, mantan pelatih kepala mereka. Total, Tosu harus menanggung utang sebesar hampir $20 juta.

Selain Torres, Tosu juga merekrut Isaac Cuenca, Mu Kanazaki, Karlo Brucic, Nino Galovic, dan Joan Oumari dalam proyek Galacticos mereka antara 2018 dan 2019. Namun bukannya berprestasi, Tosu malah berjibaku melawan degradasi dan lolos pada saat-saat akhir.

Tentu, pencapaian mengecewakan itu membuat sponsor-sponsor Tosu sadar bahwa proyek Galacticos Takehara akan lebih banyak membawa kerugian daripada keuntungan, dan itu yang membuat mereka memutuskan untuk mengakhiri kerjasama mereka dengan klub tersebut.

Pandemi COVID-19 kemudian menjadi pukulan yang sangat telak bagi keuangan Tosu yang sudah lemah, dengan kurangnya sponsorship serta pendapatan yang tiba-tiba menjadi seret karena absennya penonton. Pandemi tersebut juga menjangkiti beberapa pemain, pelatih, dan staf klub, menjadikan Tosu sebagai cluster COVID pertama di Liga Jepang.

Ketika J1 ditangguhkan sebagai langkah antisipasi pandemi, pembicaraan paling hangat di saat itu adalah apakah Tosu bisa menyelesaikan musim 2020 dengan kondisi keuangan mereka yang memprihatinkan.

Dan luar biasanya, mereka bisa. Dua orang Korea Selatan berperan besar dalam kebangkitan Tosu, dengan bantuan tak langsung dari seorang pemain timnas Thailand.

Orang Korsel yang pertama adalah Kim Myung-hwi. Dia adalah seorang “pemadam kebakaran” yang selalu dipercayakan oleh manajemen Tosu untuk menyelamatkan klub dikala krisis. Sang caretaker abadi, Myung-hwi dipercayakan menjabat sebagai pelatih kepala di musim 2019.

Orang Korsel yang kedua, datang dari sang juara bertahan J1, Yokohama F. Marinos. Ingat si pemain timnas Thailand yang tadi saya sebut? Disinilah peran dia dimainkan.

Aturan AFC Champions League menetapkan bahwa klub hanya boleh membawa satu pemain dari negara AFC. Kontan ini langsung membuat Yokohama pusing. Bagaimana tidak? Mereka punya dua pemain AFC yang bertalenta, penjaga gawang Park Iru-gyu dan bek kiri Theerathon Bunmathan.

Pelatih Yokohama, Ange Postecoglou, akhirnya memilih bek timnas Thailand Theerathon sebagai pemain AFC-nya untuk kancah ACL 2020. Ditambah dengan adanya penjaga gawang muda bertalenta Powell Obinna Obi, otomatis Park tiba-tiba berubah dari penjaga gawang nomer satu Yokohama menjadi seorang penghangat bangku cadangan.

Tersisihnya Park menjadi berkah bagi Tosu. Demi merampingkan pengeluaran gaji, mereka memutuskan untuk melepas pemain-pemain mereka yang memakan gaji besar. Kanazaki dilepas secara pinjam ke Nagoya Grampus, sementara penjaga gawang Yohei Takaoka ditukar dengan Park, juga secara pinjam.

Jika Ange memilih Park daripada Theerathon sebagai pemain AFC-nya di kancah ACL, mungkin nasib Tosu tidak akan seperti sekarang. Keberadaan Park dibawah mistar gawang Tosu memberikan ketenangan bagi lini pertahanan klub tersebut, yang selama ini tergolong cukup goyah.

Myung-hwi kemudian menambah kekuatan Sagan Tosu dengan melakukan beberapa pembelian cerdas di bursa transfer. Tidak ada nama besar dan tenar, namun Myung-hwi percaya para pemain bawaannya bisa melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik.

Defender asal Brazil Eduardo dulu merupakan pemain kunci Kashiwa Reysol dan Kawasaki Frontale, namun mulai tahun 2018 dia mengalami kemunduran.

Previous
Page 1 / 2