Sylvano Comvalius membuat gempar publik sepak bola Asia Tenggara. Pada tanggal 23 Mei yang lalu sang striker Belanda yang cukup dikenal di kancah sepak bola Asia Tenggara dalam beberapa tahun ini, tiba-tiba memutuskan untuk gantung sepatu.
Comvalius memutuskan untuk pensiun di usianya yang ke-33 meskipun empat tahun yang lalu ia mengalami musim terbaik dalam karirnya.
Keputusan Comvalius untuk pensiun tergolong mengejutkan, mengingat klubnya sekarang, Geylang International, sedang mengalami musim yang sulit.
The Eagles, julukan Geylang, sekarang terpuruk di peringkat kedelapan Liga Singapura, dengan produktivitas gol terburuk ketiga di liga. Mereka benar-benar membutuhkan Comvalius di lini depan, mengingat bahwa Geylang juga harus bertarung di AFC Cup tahun ini.
Namun, dalam kenyataannya karir Comvalius sudah mengalami kemunduran sejak musim terbaiknya empat tahun yang lalu.
Tahun 2017 Bali United sedang berburu striker untuk menghadapi edisi perdana Liga 1. Setelah menjalani musim yang “biasa-biasa saja” di kancah Indonesia Soccer Championship 2016, Serdadu Tridatu sudah tidak sabar untuk menunjukkan tajinya di kancah resmi.
Ya, Bali United pada saat itu memang belum pernah menyelesaikan sebuah kompetisi resmi, karena FIFA menjatuhkan sanksi pembekuan kepada PSSI hanya beberapa bulan setelah Bali United berdiri.
Sebelum tahun 2017, Comvalius hanya memiliki sedikit pengalaman di liga-liga Asia – bersama Al-Salmiya di Kuwait dan Fujian Smart Hero (sekarang Cangzhou Mighty Lions) di kasta kedua Liga Tiongkok.
Namun adanya Irfan Bachdim, sang sahabat lama di akademi Ajax Amsterdam, di skuad Bali United sudah cukup untuk membuat Comvalius meneken kontrak dengan Serdadu Tridatu.
Dua pemain lain dengan darah Belanda, Stefano Lilipaly dan Nick van der Velden, juga turut bergabung di Bali United, dan keberadaan mereka membantu Comvalius merasa seperti di rumah sendiri.
Sementara itu veteran A-League Australia, Marcos Flores, berhasil direkrut Bali United dari Persib Bandung, melengkapi trisula maut di lini depan Bali United yang melingkupi Comvalius dan Bachdim.
Sebelum tahun 2017, Comvalius tidak pernah mencetak lebih dari 20 gol dalam satu musim, namun musim Liga 1 yang pertama akan mengubah semuanya.
Memang, Comvalius tidak langsung mencetak gol di pertandingan debutnya, namun beliau sudah membuka rekening golnya pada pertandingan keduanya, sebuah kekalahan 2-1 dari Persipura Jayapura di Stadion Kapten I Wayan Dipta, pertandingan pertama Comvalius di hadapan para Semeton Dewata.
Pelatih Hans-Peter Schaller dipecat setelah kekalahan tersebut, setelah mengoleksi nol poin dari dua pertandingan pertama Bali United. Namun pertandingan melawan Persipura di Dipta hanyalah sebuah permulaan bagi Comvalius.
Eko Purjianto kemduian menjabat sebagai caretaker Bali United dalam tiga pertandingan selanjutnya. Dalam rentang waktu tersebut, Comvalius berhasil mencetak dua gol. Satu gol dalam kemenangan 2-0 atas Semen Padang dan satu gol lagi dalam kekalahan 2-1 di Stadion Aji Imbut, markas Mitra Kukar.
Striker legendaris timnas Indonesia, Widodo Cahyono Putro, dipercayakan menjadi pelatih kepala Bali United setelah kekalahan di Tenggarong tersebut. Dibawah polesan coach WCP, Comvalius meledak.
Setelah puasa gol selama 3 laga, Comvalius mencetak gol pertamanya di era Widodo, mencetak satu gol ketika Bali United menang 3-1 di kandang Perseru Serui. Gol tersebut adalah gol keempat Comvalius di musim 2017.
Comvalius kemudian mencetak gol kelimanya dalam 10 pertandingan pada match selanjutnya. Akan tetapi, satu gol Comvalius tersebut tidak bisa menyelamatkan Bali United dari kekalahan 3-1 di tangan Bhayangkara FC di kandang sendiri.
Kemudian hal yang mencengangkan terjadi…