Christian Eriksen, roh yang meledak berapi-api dalam permainan Denmark
Setelah hijrah dari Tottenham ke Inter Milan pada medio transfer musim panas lalu, Christian Eriksen membuktikan bahwa ia masih memiliki kemampuan untuk terus bermain di level kompetisi papan atas Eropa.
Jika Antonio Conte di menggunakan formasi 3-5-2 dengan dua wingback yang siap membantu penyerangan dan tetap disiplin bertahan, Kasper Hjulmand menggunakan skema empat bek yang silih bergantian dalam mengokupansi wilayah wide-space.
Eriksen yang memilki visi permainan bagus serta kemampuan dalam melakukan pergerakan tanpa bola dapat berperan dengan baik sebagai penyambung bola antar lini. Kemampuan Eriksen dalam membaca pergerakan kawan dan lawan juga menjadi keuntungan manakala Denmark menemui jalan buntu ketika menyerang dari kedua sisi.
Kemampuan diagonal pass serta umpan terobosan yang dimiliki Eriksen pun sangat berguna dalam melakukan switch play atau progresi langsung.
Tidak hanya itu Eriksen juga dilengkapi dengan keakurasian pengambilan set-piece sehingga pemain Denmark tidak bisa dilanggar di dalam posisi yang berbahaya. Kemampuan playmaker serta akurasi set-piece yang dimilki Eriksen semakin mengukuhkan Denmark yang cair dan memilki beragam pola dalam membangun serangan.
Koleksi pemain muda yang siap meledak bersama Denmark
Jika berbicara pemain muda potensial Denmark, maka kita tidak bisa mengesampingkan kemampuan Robert Skov yang dapat menjalankan peran menyerang dan bertahan dengan baik.
Memulai karir juniornya bersama Silkeborg, Robert Skov berhasil menyelamatkan Silkeborg dari degradasi dengan 10 golnya dari sisi sayap. Di musim berikutnya, Skov pun diamankan oleh Copenhagen. Sempat dirumorkan akan bergabung dengan Arsenal dan Tottenham, ia lebih memilih untuk bergabung dengan Hoffenheim yang dibesut Julian Naglesmann kala itu.
Skov sendiri yang ditempatkan sebagai sayap kanan namun melihat kemahirannya dalam bertahan juga terbilang baik sehingga kadang dirinya dipasang sebagai bek kiri. Kemampuannya yang komplet dan beragam.
Bermain sebagai sayap kanan, Skov tidak bingung dengan penempatan serta cara bermain yang lebih banyak menyerusuk kedalam half-space. Ketika dipasang sebagai bek kiri, ia juga tidak ragu dalam memberikan tekel dan melakukan pressing tinggi.
Hal ini dibuktikan dengan tingkat keberhasilan tekel yang mencapai 47% pada musim lalu ketika bermain bersama Hoffenheim. Dengan umur yang masih cukup muda, 24 tahun, masih banyak ruang dan kemampuan yang dapat dieksploitasi oleh Robert Skov di masa depan dan tentu saja keuntungan tersebut akan sangat besar bagi Denmark.
Dengan memiliki segudang pemain yang berkualitas dan pemain muda penuh potensi, Denmark tidak dapat dipandang sebelah mata begitu saja. Simon Kjær, Christian Eriksen, Kasper Schmeichel dan Daniel Wass akan menjadi mentor yang tepat bagi Kasper Dolberg, Robert Skov, Andreas Skov Olsen, dan pemain penuh potensi seperti Magnus Kofod Andersen.
Menarik untuk melihat lebih jauh bagaimana Denmark dapat menyusuri jalan terjal di Euro 2o20 nanti. Dan bahkan bukan tidak mungkin Denmark meledak lagi dan Kasper Schmeichel berhasil mengangkat trofi Euro seperti yang telah dilakukan oleh sang ayah, Peter Schmeichel 18 tahun yang lalu.
Penulis adalah fans olahraga garis keras yang tertarik dengan strategi dan analisis, dapat ditemui di akun Twitter @mhdalf16