Tentu Allegri memiliki filosofi dan taktik yang berbeda dari Conte. Pelatih yang memenangi scudetto bersama AC Milan tersebut perlahan-lahan “memisahkan” trio defender tersebut dengan formasi 4-3-1-2-nya, untuk memaksimalkan lini tengah yang bermaterikan Pirlo, Pogba, Marchisio, dan Vidal.
Memang dengan strategi tersebut, Juventus berhasil memenangi scudetto, Coppa Italia, bahkan lolos ke final Liga Champions. Namun hal tersebut memakan tumbal.
Formasi itu menggunakan dua bek sentral memaksa Allegri memisahkan trio defender Conte, dengan Bonucci dan Chiellini yang mengisi starting line-up, ditambah Barzagli maupun Ogbonna yang terkadang bergantian mengisi posisi keduanya.
Sempat kembali menggunakan fomasi 3-5-2 pada musim 2015/2016, Allegri kembali mengubah taktik di musim selanjutnya,
Kali ini dengan formasi 4-2-3-1, Juventus yang kala itu mengandalkan nama-nama seperti Gonzalo Higuain sebagai ujung tombak, Miralem Pjanic sebagai metronom lini tengah, dan Mario Mandzukic sebagai wide target-man.
Lagi-lagi formasi tersebut memisahkan kembali trio BBC Juventus. Ditambah kedatangan Mehdi Benatia yang membuat persaingan di lini belakang semakin sengit.
Musim 2017/2018, trio BBC benar-benar terpisah setelah Bonucci membelot ke sisi merah kota Milan. Ditambah Barzagli dan Chiellini sempat absen beberapa kali akibat cedera.
Musim selanjutnya, kedatangan Cristiano Ronaldo dan kembalinya Bonucci menjadi pertanda ambisi Juventus untuk meraih Liga Champions dan mencapai standar yang lebih tinggi. Namun mereka kembali gagal dengan hanya mencapai perempat-final.
Ditambah pensiunnya Barzagli di penghujung musim memaksa Juventus tidak bisa terus menerus mengandalkan personel lama mereka, dan urgensi untuk regenerasi semakin semakin dibutuhkan. Ketiganya cepat atau lambat akan tergantikan baik karena faktor usia maupun fisik yang tak lagi prima.
