Tribe Ultah

Cristiano Ronaldo, Pemain Hebat tapi (Mungkin) Bukan Pelatih Hebat

Dengan usia yang menginjak angka 35 tahun kemarin (5/2), tentunya Cristiano Ronaldo semakin dekat dengan ujung karier. Namun, kalau biasanya pemain sepak bola banyak yang beralih jadi pelatih selepas gantung sepatu, tampakknya CR7 tidak akan menempuh jalan yang sama.

Ronaldo memang pernah mengutarakan niatnya untuk menjadi pelatih. Pernyataannya pada majalah Spanyol, El Pais, pada 2 Mei 2019 misalnya. Ia menuturkan kemungkinan melanjutkan karier sebagai pelatih, dengan menyebut ungkapan “I don’t rule it out”.

Bisa jadi Ronaldo memang ingin jadi pelatih, tapi bisa jadi jawaban itu hanya formalitas biasa. Sebab kalau dipikir-pikir, daripada menjawab ‘tidak berminat’ lebih baik mengikuti tren saja biar wartawan bisa cepat terpuaskan, dan pernyataannya tidak berisiko jadi spekulasi.

Setidaknya ada dua alasan kenapa Ronaldo kemungkinan tidak akan menjadi pelatih. Dua alasan ini memang masih berupa asumsi, tapi tetap berdasarkan fakta-fakta terkini yang menunjang.

BACA JUGA: Sebelum Duopoli Ronaldo-Messi

Pertama, Ronaldo akan lebih baik mengikuti jejak karier David Beckham menjadi selebriti. Citra Ronaldo di lapangan hijau sudah sangat bagus. Nama populer, prestasi bergelimang, badan atletis, dan wajah rupawan, adalah magnet kuat untuk menggaet sponsor-sponsor dan relasi-relasi untuk berbisnis.

Sang pria asal Madeira juga telah melakukannya. Ia sudah meluncurkan empat lini bisnis sekaligus, yang terangkum di situs web cristianoronaldo.com. Ada sepatu, celana dalam, pakaian denim, dan parfum. Itu belum termasuk agensi digital, gym, restoran, hotel, dam profesi sampingan sebagai bintang iklan atau bintang film.

Ketimbang menjadi pelatih yang rawan pemecatan dan naik-turun karier, menggeluti bisnis yang sudah dirintis seharusnya lebih menguntungkan bagi Ronaldo. Toh, Ronaldo sendiri sudah mengungkapkan ketertarikannya untuk terjun ke dunia bisnis.

“Di sepak bola aku bisa lebih mengontrol. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi di bisnis lebih sulit. Kamu bergantung dengan orang, dan (untungnya) aku punya tim yang bagus. Ini akan sangat menantang,” ucap Ronaldo pada sportbible, Selasa (28/1/2020).

BACA JUGA: Efek Domino Kehadiran Cristiano Ronaldo di Juventus

Alasan kedua kenapa Ronaldo bukan tipikal pemain yang cocok melanjutkan karier di pinggir lapangan adalah, karena Ronaldo sendiri pemain yang jarang, atau mungkin tidak pernah, mengungkapkan pemikirannya tentang dunia taktik.

Wawancara-wawancara yang dilalui Ronaldo lebih sering berkutat tentang bagaimana dia menjaga fisik, bagaimana cara latihan, makannya apa, menu latihannya apa, dan lain-lain. Pertanyaan yang sangat template bagi atlet, tapi Ronaldo pun senang-senang saja menjawabnya. Tidak terlihat adanya kejenuhan.

Hal ini berbeda dengan para pemain yang bertipe pemikir seperti Xavi Hernandez, Mikel Arteta, Fabio Cannavaro, atau Johan Cruyff.

“Xavi? Dia sudah jadi pelatih semenjak bermain. Matanya bersinar setiap menonton sepak bola,” ucap Pep Guardiola saat meramal masa depan Xavi, dikutip dari calciomercato (30/10/2019).

“Sebagai pemain kamu mengikuti perintah, kamu melakukan apa yang diperintahkan. Tapi sudut pandangmu berbeda saat jadi pelatih. Kamu bisa melihat bagaimana taktik yang direncanakan bekerja, tapi ada kalanya kamu juga tidak bisa melihatnya sama sekali,” kata Arteta, dikutip dari The Guardian (23/12/2019).

Senada dengan Pep dan Arteta, Cruyff juga pernah menuangkan pemikirannya tentang dunia kepelatihan.

“Ketika aku kehilangan bola, apa yang aku lakukan? Aku menekannya untuk merebut. Itu adalah cara bertahan. Tapi yang terpenting adalah aku suka memainkan bola. Itu sebabnya aku merasa sesi latihan individu penting untuk membentuk pemain.”

BACA JUGA: Johan Cruyff, Seorang Filsuf di Lapangan Hijau

Baik Xavi, Arteta, dan Cruyff pada akhirnya menjadi pelatih semua, setelah menggantung sepatunya bersama kenangan-kenangan sebagai pemain. Cruyff bahkan sudah bergelimang trofi, lalu Xavi dan Arteta sedang merintis kariernya sebagai entrenador.

Bagaimana dengan Ronaldo?

Sejauh ini (mohon koreksi jika salah) saya belum sekalipun mendengar Ronaldo membicarakan taktik atau dunia kepelatihan. Entah karena dianya yang tidak tertarik, atau awak media yang lebih mengarahkan pertanyaan untuk memburu kisah asmara dan kehidupan media sosial sang megabintang.

Namun, pada dasarnya memang jarang pemain di lini serang yang bisa menjelma jadi pelatih hebat. Mau jadi pelatih saja sudah terhitung bagus.

Sebab ibarat sebuah grup band, penyerang adalah vokalisnya. Ia merupakan garda terdepan untuk membentuk citra bagi klub dan dirinya sendiri. Ke manapun dia pergi, ketenaran akan selalu mengikutinya. Jalan karier seusai pensiun biasanya akan menuntunnya ke bidang lain.

Kecuali kalau sang penyerang semasa bermain kualitasnya B-aja, biasanya bakal jadi pelatih hebat. Contohnya Simone Inzaghi dan Sir Alex Ferguson.

Tuhan memang maha adil.