Suara Pembaca

Veni, Vidi, Vici, Vini…cius!

Pada tahun 2009, kala diadakan proses seleksi di Flamengo, Vinicius didaftarkan ayah dan ibunya. Saat itu ia berhasil menunjukkan aksi menawan dan memukau tim pemandu bakat Flamengo.

Vinicius lincah berlari, mampu memanfaatkan ruang sempit dan mampu mempraktikkan gerakan chapeaus

Chapeaus adalah gerakan mengecoh dengan cara melambungkan bola ke atas pemain lawan sebelum diambil kembali oleh pemain tersebut.

Gerakan ini merupakan gerakan khas yang dipopulerkan oleh Robinho saat berhadapan dengan bek-bek lawan.

Pada saat pengumuman seleksi, Vinicius dinyatakan lolos namun dengan syarat sang pemain baru bisa benar-benar berlatih di akademi Flamengo saat usianya sudah menginjak 10 tahun. 

Ayah Vinicius sempat kecewa dengan keputusan tersebut. Vinicius menangis. Dia berujar pada ayahnya bahwa ia akan kembali ke lapangan futsal dan tidak akan pernah kembali ke Flamengo.

Namun, ibunya meyakinkan Vinicius bahwa dia harus menjadi pesepak bola, bukan pemain futsal. Ibu Vinicius memutuskan menemani sang anak ketika berlatih.

BACA JUGA: Guti Hernandez, Tentang Karier Manajerialnya di Almeria

Selanjutnya, demi menopang perekonomian keluarga, ayah Vinicius kembali ke Sao Paolo.

Sementara ibunya tinggal bersama paman Vinicius yang jarak rumahnya tak jauh dari stadion, sampai sang anak benar-benar diterima masuk akademi Flamengo.

Setahun kemudian di tahun 2010, Vinicius kembali ke Flamengo. Berharap akan lulus secara otomatis sebagai komitmen tim pemandu bakat klub, Vinicius kembali harus ikut seleksi.

Alasannya saat itu, pihak Flamengo tidak aktif memantau perkembangan sang anak. Keluarga Vinicius merasa tidak masalah dengan syarat yang diajukan klub.

Vinicius kemudian kembali ke lapangan seleksi dan berhasil masuk akademi Flamengo. Ayahnya dan ibunya sangat bahagia melihat prestasi Vinicius.

Bahkan sebagai hadiah pada sang anak, ayahnya membelikan dua tiket masuk stadion untuk menyaksikan tim Flamengo senior bermain.

Uang membeli tiket tersebut konon didapatkan sang ayah dari hasil tabungannya selama kerja serabutan di Sao Paolo.

BACA JUGA: Zidane di Kemudi Real Madrid: 9 Final, 9 Piala