Suara Pembaca

Liga Champions Sebagai Ajang Pencarian Bakat

“Kami mencari yang terbaik dari yang terbaik”. Pernyataan tersebut saya dengar ketika menyaksikan acara salah satu ajang pencarian bakat di televisi.

Hal tersebut memang benar, karena ketika acara disiarkan secara langsung di televisi, maka para peserta adalah peserta terbaik yang mewakili tempat audisinya, dan mendapatkan tiket untuk berkompetisi dengan para peserta dari tempat audisi yang lain, untuk memperebutkan satu hal yaitu menjadi yang terbaik dari yang terbaik pada ajang pencarian bakat itu. 

Belasan ribu kilometer dari Indonesia, yaitu di benua Eropa, pertengahan bulan Februari tahun 2020, babak 16 besar Liga Champions akan dimulai. Dua klub terbaik dari Grup A sampai dengan Grup H akan kembali bertanding di fase gugur ini.

Liga Champions merupakan kompetisi tertinggi sepak bola benua Eropa, yang musim ini akan menjadi penyelenggaraan ke-65.

Liga Champions menjadi ajang pencarian klub terbaik di benua Eropa dari setiap kompetisi liga domestik yang ada. Hal tersebut tercermin ketika kita memperhatikan lirik UEFA Champions League Anthem yang ditulis dalam beberapa bahasa negara di benua Eropa. Theme song ini selalu dinyanyikan sebelum pertandingan dimulai

Tony Britten, sang komposer UEFA Champions League Anthem, menyatakan bahwa lirik lagu yang mengawali para pemain dan ofisial pertandingan memasuki lapangan ini merefleksikan kualitas pertandingan tersebut.

Kapten Barcelona, Lionel Messi, menyebutkan bahwa ketika Anda berada di lapangan dan mendengar lagu Liga Champions ini, maka pertandingan itu sangat spesial dan penting.

BACA JUGA: Lirik Anthem Liga Champions yang Ikonik Itu dalam Berbagai Bahasa Termasuk Bahasa Indonesia!

Meraih juara Liga Champions menjadi salah satu prestise bagi para pemain yang berlaga di kompetisi Eropa. Contohnya pada musim lalu, Cristiano Ronaldo mengacungkan lima jari kepada para suporter Atletico Madrid, yang menandakan bahwa sang megabintang telah meraih juara Liga Champions lima kali.

Di lain pihak, sang rival, Lionel Messi berusaha untuk menyaingi CR7 dalam hal raihan gelar juara. Namun sampai saat ini Messi baru memperoleh empat gelar juara Liga Champions.

Para bintang sepak bola yang lain tentu memiliki tujuan sama. Bahkan beberapa pemain pindah klub, demi memperbesar peluang meraih trofi. 

Daya tarik Liga Champions yang mempertemukan klub terbaik dengan para pemain bintangnya tentu sangat dinantikan oleh para suporter sepak bola, karena beberapa pertandingan diprediksi akan berlangsung ketat.

Fase babak 16 besar ini juga masih mengikutsertakan lima klub yang menjadi juara Liga Champions sejak musim 2010/2011 sampai dengan musim 2018/2019, yaitu Barcelona, Chelsea, Bayern Muenchen, Real Madrid, dan Liverpool.

Pertandingan fase gugur musim ini mempertemukan Borussia Dortmund vs Paris Saint-Germain, Atletico Madrid vs Liverpool, Atalanta vs Valencia, Tottenham vs RB Leipzig, Chelsea vs Bayern Muenchen, Napoli vs Barcelona, Real Madrid vs Manchester City, dan Lyon vs Juventus.

BACA JUGA: Olimpiade 2020 di Depan Mata, Bintang Dunia Ini Bisa Main di Tokyo!

PSG berusaha melampaui pencapaian perempat-final pada 2015/2016. Di sisi lain Atalanta untuk pertama kalinya mencapai babak 16 besar. Ini merupakan pencapaian yang akan dikenang seluruh elemen klub kota Bergamo tersebut.

Pada pertandingan lain, jika pada tahun 2012 Frank Lampard memimpin teman-temannya menghadapi Bayern Muenchen pada pertandingan final Liga Champions, maka tahun ini Lampard berstatus pelatih yang berusaha membagikan success story ketika mengalahkan The Bavarians di Allianz Arena.

Di kubu Bayern sendiri masih terdapat Manuel Neuer, Jerome Boateng, dan Thomas Mueller yang bermain saat itu dan tentunya akan berusaha membuat revans pada The Blues.

Di pertandingan lain, Zinedine Zidane dan Pep Guardiola untuk pertama kalinya akan adu strategi di kompetisi resmi benua Eropa. Momen ini juga akan menjadi adu gengsi bagi dua klub kaya raya tersebut. 

Animo yang tinggi terhadap Liga Champions membuat banyak suporter khususnya yang berada di Asia seperti di Indonesia, rela menghidupkan alarm pada Rabu atau Kamis dini hari demi menyaksikan pertandingan tersebut.

Tingginya animo penonton di Asia ini juga membuat UEFA mengubah jadwal final Liga Champions menjadi dini hari di akhir pekan, sejak musim 2009/2010. Sebelumnya, laga puncak diselenggarakan di tengah pekan.

BACA JUGA: Nostalgia Pahit Mark van Bommel di Camp Nou

Di samping itu, tidak dapat dipungkiri, bahwa Liga Champions menjanjikan hadiah yang cukup besar bagi setiap klub peserta, apa lagi jika klub tersebut menjadi juara.

Mulai dari babak awal, para peserta sudah mendapatkan uang sebagai hadiah partisipasi dalam kompetisi ini. Jika meraih gelar juara, maka klub tersebut berpotensi mendapatkan hadiah uang senilai lebih dari Rp1 triliun.

Tentu bukan jumlah yang sedikit, apa lagi hadiah uang ini belum menyertakan dana bagi hasil hak siar televisi yang dibagikan oleh UEFA kepada setiap klub.

Inilah daya tarik lainnya dari Liga Champions, karena bisa mendukung kesehatan keuangan klub di tengah makin tingginya nilai transfer pemain.

Stadion Attaturk di kota Istanbul dipercaya kembali menjadi tuan rumah ajang final untuk memperebutkan trofi Si Kuping Besar. Stadion yang memiliki kenangan indah bagi suporter The Reds, dengan memori comeback ketika menghadapi AC Milan di final tahun 2005.

Apakah hal ini kembali membawa kenangan manis bagi Liverpool sebagai juara musim lalu, dan meraih gelar beruntun Liga Champions? Atau musim ini akan lahir juara baru seperti yang dilakukan Chelsea musim 2011/2012?

Kita semua akan menyaksikannya pada partai final Liga Champions yang rencananya akan digelar pada 30 Mei 2020, atau pada tanggal 31 Mei 2020 dini hari waktu Indonesia. Klub mana pun yang menjadi juara, adalah klub terbaik di Eropa.

BACA JUGA: Ke Turki Lagi, Liverpool?

BACA JUGA: Keajaiban Olimpico dan Tiga Gelas Es Teh Manis

BACA JUGA: Loris Karius Ditawar Klub Kasta Ketiga Liga Italia

 

*Penulis bisa disapa di akun twitter @freddisidauruk