Cerita

Hey Piala Gubernur Jatim, Sepak Bola Kok Nggak Boleh Ditonton?!

Tidak ada drama yang paling menjemukan dibanding drama di sepak bola Indonesia. Drama terbaru datang dari jadwal semi-final Piala Gubernur Jatim 2020 yang mempertemukan dua tim klasik Jawa Timur, Persebaya dan Arema FC.

Semula, laga ini sedianya akan dihelat di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, termasuk laga antara Persija vs Madura United, di slot semi-final lainnya. Namun, entah kenapa, dengan alasan klise yang menjemukan, Asprov (PSSI) Jatim kemudian memutuskan semua laga semi-final ini dihelat tanpa penonton.

Dikutip dari IDN Times, alasan PSSI Jatim memutuskan laga ini tanpa penonton adalah khawatir akan adanya gesekan antar-suporter yang memanas dan berisiko bagi keamanan pemain dan penonton.

“Semua laga babak semifinal akan disiarkan secara langsung oleh MNC TV dan atas petunjuk aparat keamanan, dalam hal ini Polda Jatim, semifinal ini digelar tanpa penonton,” ujar Sekretaris Asprov PSSI Jatim, Amir Burhannudin, dalam keterangan resminya.

Keputusan ini sendiri menimbulkan kekecewaan karena tak hanya dihelat tanpa suporter, tapi Asprov Jatim juga memaksa memindahkan laga Persebaya vs Arema FC pada Selasa (18/2) mendatang ke Stadion Soepriyadi, Blitar, demi alasan keamanan.

BACA JUGA: Kisah Lapangan Sepak Bola Kelas Dunia di Blitar

Pertama, Asprov memutuskan semi-final dihelat tanpa suporter. Kedua, satu laga semi-final dipaksa pindah ke tempat netral dengan alasan keamanan. Ini tentu dua keputusan yang merugikan, tak hanya dari sisi kepanitiaan dan penyelenggaraan, tapi juga mencederai nilai hiburan dalam sisi sepak bola itu sendiri.

Di Indonesia, entah kenapa, perhelatan sepak bola kerap sekali dipertandingkan dengan sistem tanpa penonton. Selain merugikan klub yang jadi tuan rumah (di konteks laga kandang dalam kompetisi), ini juga membunuh salah satu esensi penting dari sepak bola: hiburan.

Bagi suporter-suporter tersebut, penyelenggara perlu mempertimbangkan seberapa antusias mereka menyambut laga sengit antara Persebaya vs Arema FC, yang saya rasa gengsinya setara dengan laga sengit antara Persija vs Persib atau PSS vs PSIM. Ini tak hanya soal rivalitas belaka, tapi ini soal hiburan, gengsi, juga piknik.

Orang-orang di PSSI dan mereka-mereka yang bertanggung jawab mengadakan pertandingan resmi atau pun tak resmi, bahwa sebagai hiburan dan eskapisme bagi beberapa orang untuk melepaskan beban hidupnya, sepak bola punya hak untuk menghibur dan membahagiakan penontonnya.

Kalau semua hanya bisa ditonton di televisi, misalnya, untuk apa stadion dibangun megah dengan beribu-ribu bahkan ratusan ribu kursi dipasang di stadion tersebut?

BACA JUGA: Stadion PTIK, Stadion Paling “Aman”

Hal ini seakan sudah menjadi pembenaran dan pemakluman bahwa sepak bola di Indonesia sah-sah saja untuk dihelat tanpa suporter. Lagi pula, untuk pemain sekelas David da Silva hingga Jonathan Bauman, coba kalian tanya, apa enaknya bermain sepak bola di fase semi-final tapi tanpa ada teriakan dan nyanyian para suporter?

Saya kutipkan di sini ucapan Gerard Pique tentang betapa menyakitkannya bermain di stadion megah yang sepi pendukung. Hal itu sempat dialami Pique ketika Barcelona terpaksa menjamu lawannya di Camp Nou dan tanpa suporter.

Di laga lawan Las Palmas pada Oktober 2017, Barcelona menjamu lawannya di stadion berkapasitas 100 ribu lebih orang namun tanpa penonton, imbas dari demo kemerdekaan Catalonia yang berujung kepada kericuhan di kota tersebut.

“Rasanya aneh,” ucap Pique kala itu dikutip dari BBC.

Bagi Pique, yang mungkin baru pertama kali mengalami hal ini, terbiasa bermain di hadapan 100 ribu pasang mata lebih lalu harus bermain tanpa penonton tentu jadi sesuatu yang aneh.

Dan bagi Indonesia, utamanya suporter dan pihak klub, dengan kapasitas yang kita miliki, kita wajib menekan federasi dan pembuat kebijakan bahwa tidak boleh lagi ada laga sepak bola yang dihelat tanpa penonton.

Lagi pula, buat apa mengumpulkan 22 orang di lapangan hijau untuk menghibur dengan sajian sepak bola, tapi tak ada satu pasang mata pun yang menonton di stadion?

BACA JUGA: Aksi Boikot Suporter: Perlu atau Tidak?

BACA JUGA: Wahai Suporter, Proteslah dengan Cerdas!

BACA JUGA: Persepsi ‘Harus Menang’ yang Menyesatkan