Cerita

Derbi Jatim: Harga Mati Kemenangan demi Beroleh Momentum Kebangkitan

Mengambil tempat di Stadion Gelora Bung Tomo, hari ini (6/5) akan tersaji sebuah laga dengan atmosfer dan intensitas panas bertajuk Derbi Jawa Timur (Jatim) di antara Persebaya Surabaya dan Arema FC Malang.

Kendati muncul dari akar yang berbeda dan tahun pendiriannya berselisih 60 tahun, Persebaya hadir sejak era Perserikatan sedangkan Arema lahir bersamaan dengan lahirnya kompetisi Galatama, kedua kesebelasan selalu terlibat persaingan panas guna menahbiskan diri sebagai tim nomor satu di Jawa Timur.

Andai dikomparasikan dengan laga-laga derbi kelas atas di Eropa, pertemuan Persebaya dan Arema barangkali mirip dengan partai Le Classique di Ligue 1 Prancis antara Olympique Marseille dan Paris Saint-Germain (PSG). Meski terpaut jauh perihal tahun berdiri tapi kedua kubu senantiasa bersaing jadi yang terbaik di Negeri Anggur.

Hingga detik ini, baik Bajul Ijo ataupun Singo Edan juga masih tercatat sebagai klub asal Jatim paling sukses di kancah sepak bola nasional dengan sejumlah gelar juara yang bersemayam di almari trofi mereka. Tak perlu heran juga bila masing-masing kesebelasan mempunyai basis suporter yang jumlahnya masif, tersebar di seluruh Indonesia, dan sangat loyal.

Menariknya, pertemuan Persebaya dan Arema dalam lanjutan Liga 1 musim 2018 dibumbui oleh performa jeblok yang diperlihatkan keduanya sejauh ini. Oleh karena itu, terasa wajar apabila Bajul Ijo dan Singo Edan ingin memenangi derbi Jatim jilid pertama. Keinginan serupa tentu melekat di dada Bonek dan Aremania, pendukung fanatik masing-masing pihak.

 

harapan yang lebih besar untuk Persebaya

Persebaya

Berstatus sebagai tim promosi usai keluar sebagai kampiun Liga 2 musim 2017 yang lalu, tim asuhan Angel Alfredo Vera memasang target lumayan tinggi sekembalinya ke kasta teratas. Bermodal sejumlah pembenahan selama bursa transfer kemarin, Persebaya ingin mengakhiri musim di papan tengah ke atas.

Sialnya, hingga kompetisi melewati enam pekan, penampilan dari klub yang berdiri tahun 1927 ini justru sangat inkonsisten. Mereka dapat tampil ciamik guna membungkus kemenangan di suatu pertandingan tapi selanjutnya malah beraksi alakadarnya sehingga dibekap dengan gampang oleh kubu lawan.

Kubu Persebaya bisa saja membela diri bahwa para penggawa mereka banyak yang absen akibat deraan cedera. Akan tetapi, hal tersebut mustahil dijadikan dalih utama sebab performa tim saat beraksi di atas lapangan memang amburadul.

Hingga tulisan ini dibuat, Rendi Irwan dan kolega masih bercokol di peringkat ke-12 dengan koleksi delapan angka, hasil dari masing-masing dua kali menang, seri dan kalah. Bukan rahasia lagi kalau cara bermain Bajul Ijo sudah dipahami oleh tim-tim lawan sehingga metode untuk mengantisipasinya pun telah ditemukan. Maka tak perlu kaget jika skema garis pertahanan tinggi yang bertumpu pada jebakan offside dan mengandalkan serangan via sayap serta lewat tusukan para winger serta kreativitas dari Robertino Pugliara, seolah macet dalam beberapa laga terakhir.

Menyedihkannya lagi, Vera seperti tak memiliki rencana cadangan andaikata skema favoritnya itu gagal menghasilkan sesuatu dan mentok gara-gara antisipasi brilian kubu lawan. Bagi Persebaya, derbi Jatim edisi pertama yang diselenggarakan di depan mayoritas penggemarnya sendiri akan memberi tekanan luar biasa, walau optimisme beroleh angka penuh tetap tersembul. Apalagi akhir pekan lalu (29/4), mereka pulang dari markas Mitra Kutai Kartanegara dengan kepala tertunduk usai keok 1-3 sehingga mengecewakan hati para Bonek.

 

perjalanan Arema FC

Arema FC

Finis di posisi sembilan klasemen akhir Liga 1 musim 2017 sungguh mengecewakan buat Arema yang beroleh status unggulan jelang kompetisi bergulir. Tak ingin mengulangi periode buruk itu, Aremania terus mengkritik pihak manajemen supaya lebih serius dalam berbenah guna menyongsong Liga 1 musim 2018. Sayangnya, hasrat mereka diganjal oleh kepergian sejumlah bintang macam Adam Alis, Ahmad Bustomi, dan Cristian Gonzales, dari Stadion Kanjuruhan.

Ironis, kedatangan para pengganti semisal Ahmad Nur Hardianto, Balsa Bozovic, dan Thiago Furtuoso belum sepenuhnya mengatrol performa tim racikan Joko Susilo menjadi lebih baik.

Sampai pekan keenam (saat tulisan ini dibuat), Arema masih bertengger di peringkat ke-17 dengan koleksi lima poin yang berasal dari satu kemenangan, dua kali imbang plus tiga kekalahan. Awetnya Singo Edan di papan bawah pun bikin Aremania gerah dan terus melontarkan kritik buat pihak manajemen.

Joko sebagai peramu strategi juga terlihat masih kesulitan untuk menemukan skema permainan dan komposisi terbaik dari skuatnya yang sekarang minim bintang supaya Hanif Sjahbandi dan kawan-kawan dapat bermain lebih maksimal plus konsisten memetik angka.

Menariknya, kesebelasan yang berdiri tahun 1987 ini datang ke ibu kota Jatim dengan modal cukup apik setelah mengempaskan Persipura Jayapura pekan lalu (27/4) di kandang sendiri. Wajar bila mereka punya keyakinan untuk pulang ke Malang dengan bekal poin di kantong.

Berhasil mengepak angka penuh dari musuh bebuyutan jelas suatu hal yang amat menggoda untuk dapat ditunaikan secara paripurna. Terlebih, masing-masing kubu tengah berada di posisi yang oleng akibat performa kurang meyakinkan selama ini.

Layaknya pertemuan Persebaya-Arema pada edisi-edisi sebelumnya, pertempuran mereka di pekan ketujuh Liga 1 musim 2018 menjanjikan sesuatu yang intens, sengit dan keras. Baik Bajul Ijo dan Singo Edan akan ngotot beraksi buat mengemas tripoin yang jadi harga mati.

Pasalnya, hanya kemenangan saja yang bisa memberi momentum kepada salah satu dari keduanya untuk bangkit di laga-laga selanjutnya dan menggapai target yang mereka usung sedari awal musim.