Cerita

Tribe Profil: Saatnya Menyambut Kekuatan Lama yang Bangun dari Tidur Bernama Persebaya

Lewat perjuangan berliku yang menguras energi, konsentrasi dan waktu, Persebaya Surabaya berhasil mengakhiri kompetisi Liga 2 musim 2017 dengan status juara. Padahal, sedari awal musim, target yang diincar tim kesayangan Bonek ini cuma promosi ke Liga 1 tanpa harus menjadi kampiun.

Masuknya Angel Alfredo Vera sebagai pelatih di pertengahan musim lalu menggantikan Iwan Setiawan, disebut-sebut sebagai momen pengubah nasib Bajul Ijo secara drastis. Di bawah asuhan lelaki berpaspor Argentina tersebut, mereka bertransformasi jadi sebuah armada yang acapkali tampil prima dan ofensif serta tidak mudah ditaklukkan.

Namun kesuksesan naik kasta ke Liga 1 tentu menghadirkan tantangan sekaligus harapan yang lebih besar untuk Persebaya. Maka dari itu, pihak manajemen terus mengupayakan sejumlah pembenahan guna membuat klub yang berkandang di Stadion Gelora Bung Tomo ini jadi lebih baik serta kompetitif.

Memperkokoh skuat dengan perubahan minimalis

Bermain di ajang sekelas Liga 1 yang lebih berat dan sengit, tak membuat kubu Persebaya gagap dan merombak habis materi pemain yang sudah ada di dalam skuat. Sebaliknya, mereka tetap mempertahankan banyak nama pilar andalan semasa bertarung di Liga 2 seperti Miswar Saputra, Abu Rizal Maulana, Misbakhus Solikin, Irfan Jaya, sampai Rachmat Irianto.

Mengacu pada daftar 26 orang pemain (masih ada kemungkinan untuk bertambah) yang diumumkan secara resmi sebagai bagian skuat Persebaya musim ini di pertandingan Blessing Game sekaligus launching tim hari Minggu (18/3) kemarin, 17 orang di antaranya merupakan penggawa yang sudah mengenakan seragam hijau khas Persebaya sedari musim lalu. Sebuah bukti jika Vera telah memiliki fondasi utama di tim ini.

Artinya, hanya ada 9 nama baru yang menghiasi skuat Bajul Ijo di musim baru. Tujuh di antaranya merupakan penggawa lokal seperti Alfonsius Kelvan, Arthur Irawan, Fandi Eko Utomo, Ferinando Pahabol, Nelson Alom, Osvaldo Haay, dan Ruben Sanadi. Sementara figur asing yang direkrut sampai tulisan ini dibuat adalah Otavio Dutra dan Robertino Pugliara. Sentuhan yang terasa cukup minimalis.

Menengok perekrutan tersebut, jelas terlihat bahwa Persebaya ingin memperdalam kualitas skuat dengan mengombinasikan pemain senior berpengalaman dan pesepak bola muda penuh talenta.

Guna menguji kekuatan, Bajul Ijo turun di beberapa turnamen pra-musim semisal Piala Presiden 2018 dan Piala Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) II 2018. Walau gagal meraup prestasi tertinggi, tim besutan Vera terlihat semakin padu dari waktu ke waktu. Sebuah sinyal yang cukup prima sebelum mentas di Liga 1.

Kendati demikian, Vera tentu harus menyiapkan berbagai strategi alternatif guna menutup kelemahan tim. Khususnya di saat skema andalan mereka yang menitikberatkan pada permainan ofensif via sayap, kolektif serta mengandalkan pressing tinggi, macet lantaran dapat diantisipasi oleh lawan.

Terlebih, manajemen Persebaya sudah mencanangkan target yang lumayan tinggi sebagai klub promosi yaitu finis di papan tengah Liga 1 2018, bahkan merangsek hingga ke papan atas.

Prakiraan formasi

Selama bertempur di kompetisi Liga 2 lalu, Vera acapkali menurunkan formasi 4-3-3. Berkaca dari situasi tersebut, publik tentu mafhum jika pelatih berumur 45 tahun yang pernah menangani Persela Lamongan dan Persipura Jayapura itu akan mengandalkan pakem serupa.

Ketimbang area lain, pos penjaga gawang Bajul Ijo adalah yang paling sedikit mengalami perubahan. Layaknya musim lalu, Miswar Saputra bakal menjadi pilihan nomor satu berkat kefasihannya menjalankan peran sweeper-goalkeeper. Sebagai pelapis, Vera memiliki Dimas Galih dan Alfonsius yang kualitasnya juga mumpuni.

Kedatangan beberapa penggawa anyar membuat lini belakang Persebaya mengalami sedikit perubahan dibanding musim lalu. Berbekal pengalaman dan kemampuan apik, Dutra dan Ruben langsung menjadi pemain inti. Keduanya menemani penggawa lawas yang performanya pun sangat luar biasa, Abu Rizal dan Fandry.

Di luar empat nama ini, Vera pun masih punya Andri Muliadi, Arthur, Irvan Febrianto, M. Syaifuddin, sampai Rian sebagai opsi lain.

Di sektor tengah, trio Misbakhus Solikin-Nelson Alom-Rendi Irwan bakal menjadi poros utama buat menjadi tembok pertama jantung pertahanan, mengatur tempo permainan sekaligus mengkreasikan peluang. Andai ada yang berhalangan, Vera masih punya penggawa dengan skill sepadan lain dalam diri Adam Maulana, Fandi, Muhammad Hidayat, dan Sidik Saimima.

Masuknya Ferinando dan Osvaldo sebagai winger anyar membuat barisan depan Persebaya amat menakutkan karena sebelumnya mereka sudah punya sosok Irfan dan Oktafianus Fernando.

Akan tetapi, hanya mengandalkan sosok Ricky Kayame dan Rishadi sebagai penyerang tengah juga dapat memunculkan kesulitan tersendiri bagi Persebaya. Lebih-lebih kalau mereka berdua mengalami paceklik gol. Tak heran jika sampai sekarang, Bonek masih menunggu kedatangan seorang penyerang baru (utamanya penyerang asing).

Player to watch: Irfan Jaya

Impresif, barangkali itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan penampilan Irfan selama bertempur di Liga 2 musim lalu. Pada awal kedatangannya di Persebaya, pemain asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ini, sempat diragukan kemampuannya.

Namun pelan tapi pasti, terlebih sesudah Persebaya ditukangi Vera, Irfan meledak sebagai salah satu senjata andalan. Berposisi sebagai winger, Irfan memiliki agresivitas, kecepatan, teknik olah bola, dan naluri mencetak gol yang luar biasa. Tak ayal, menjaganya pun jadi sebuah tugas yang berat.

Performa apik di sepanjang musim lalu membuatnya diganjar gelar Pemain Terbaik Liga 2 plus panggilan tim nasional. Berangkat dari pencapaian-pencapaian itu, maka keberadaan Persebaya di Liga 1 tentu wajib dimanfaatkan Irfan untuk membantu Bajul Ijo tampil konsisten plus membuktikan kapasitasnya secara paripurna di hadapan publik.

Prediksi: Peringkat 7-10

Berstatus kampiun Liga 2 tak sepatutnya membuat Bonek berekspektasi kelewat masif kepada Persebaya musim ini. Pasalnya, intensitas dan level persaingan di rimba Liga 1 amat berbeda dengan kasta kedua. Namun yang jelas, Rendi dan kawan-kawan ogah buat numpang lewat belaka.

Bisa finis di papan tengah (peringkat 7 sampai 10) adalah hal yang patut disyukuri sebagai langkah awal kembali ke belantara liga tertinggi di kancah nasional. Andai lebih baik, maka itu adalah bonus dari kerja keras dan determinasi tim.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional