Eropa Inggris

Indahnya Hidup Ancelotti di Everton

Carlo Ancelotti sedang menikmati masa-masa indah di Everton. Poin demi poin ia raup bersama The Toffees, yang menempatkan timnya tepat di bawah Liverpool… Kalau pertandingan dihitung sejak Don Carletto menangani Everton.

Debut Ancelotti di Everton terjadi tanggal 26 Desember 2019. Kala itu The Toffees menghadapi Burnley di Goodison Park, dan menang 1-0.

Dua hari berselang Everton kembali meraih kemenangan. Walau hanya punya waktu istirahat satu hari dan kudu bertandang ke markas lawan, armada Ancelotti tetap tak terbendung. Newcastle United dihajar 2-1 di St. James’ Park.

Baru di pertandingan ketiganya, Ancelotti mendapat noda kekalahan. Everton tak kuasa menahan gempuran Manchester City di Etihad Stadium pada tahun baru, sehingga harus mengakui keunggulan lawan dengan skor tipis 1-2.

Nah, tapi setelah itu laju Everton tak terbendung di Liga Primer Inggris. Lima pertandingan dilalui tanpa kekalahan, dengan rincian tiga kali menang dan dua kali imbang.

BACA JUGA: Elkan Baggott, Calon Bek Tangguh Indonesia dari Inggris

Kemenangan didapat kala menghadapi Brighton (kandang), Watford (tandang), dan yang terbaru Crystal Palace (kandang). Kemudian skor sama kuat terjadi di pertandingan kontra West Ham United (tandang) dan Newcastle United (kandang).

Dari delapan pertandingan liga domestik Everton mengumpulkan 17 poin. Hanya Liverpool (24) yang punya lebih banyak poin dari Everton, dalam rentang waktu tersebut. Di bawah The Toffees ada Manchester City (13) dan Southampton (13) yang masih menyimpan tabungan satu laga. Tapi kalaupun menang, tetap tidak bisa menggeser Everton dari posisi runner-up”.

Calvert-Lewin cetak satu gol di laga kontra Crystal Palace, Sabtu (8/2) | Kredit: Getty Images

Dominic Calvert-Lewin, striker yang ‘Ancelotti banget’

Moncernya performa Everton berimbas pada meningkatnya produktivitas para pemainnya. Salah satu yang paling mencolok adalah Dominic Calvert-Lewin.

Sebelum Ancelotti datang, penyerang asli Inggris berusia 22 tahun ini hanya mencetak lima gol dari 16 pertandingan liga domestik.

Setelah sang allenatore tiba di Goodison Park, ketajaman Calvert-Lewin langsung meningkat drastis. Enam gol dicetak hanya dari delapan laga, dan besar kemungkinan masih bisa bertambah sampai akhir musim.

Ujaran berbunyi performa pemain tergantung dari siapa pelatih yang menanganinya, terlihat jelas dalam perubahan produktivitas Calvert-Lewin. Sebab, Ancelotti memang dikenal sangat lihai memainkan tipikal penyerang klasik seperti Calvert-Lewin.

Juru gedor setinggi 187 sentimeter tersebut adalah tipe fox in the box. Ia punya respon cepat untuk menyambar bola, penempatan posisi yang bagus, dan insting brilian untuk menebak ke mana arah laju bola.

BACA JUGA: Utang Everton untuk Pelatih-Pelatih yang Dipecatnya

Di tim-tim sebelumnya, Ancelotti sudah terbiasa bekerja dengan penyerang seperti ini. Di Parma, Ancelotti punya Hernan Crespo. Di Juventus ada Filippo Inzaghi yang berkontribusi besar dalam menjuarai Piala Intertoto 1999.

Kerja sama Ancelotti-Inzaghi kemudian berlanjut di AC Milan, dengan gelimang trofi yang mereka rengkuh, seperti dua gelar Liga Champions di 2003/2004 dan 2006/2007. Sementara itu di Chelsea, Drogba melesat sebagai top skor Liga Primer Inggris sewaktu The Blues menjuarainya di musim 2009/2010.

Begitu pun dengan Zlatan Ibrahimovic di PSG dan Robert Lewandowski di Bayern Muenchen. Mereka adalah tipe penyerang jangkung yang jago bola atas dan bawah. Pergerakannya sangat efisien, dan selalu menggaransi minimal dua digit gol per musimnya.

Cuma di Real Madrid saja Ancelotti menangai tipe penyerang yang sedikit berbeda. Karim Benzema adalah striker yang bisa bermain melebar dan membuka ruang. Toh, itu tidak jadi masalah bagi Ancelotti karena ada Cristiano Ronaldo yang bisa mencetak puluhan gol di satu musim.

BACA JUGA: Cristiano Ronaldo, Pemain Hebat tapi (Mungkin) Bukan Pelatih Hebat

Sebagai generasi boomer, Carlo Ancelotti memang dikenal kolot. Tipe pemain yang dipasang selalu itu-itu saja di setiap klub yang diasuhnya. Namun, jam terbang tinggi membuktikan, dia bisa mengasah pemain nomor 9 murni yang kini mulai terpinggirkan, menjadi senjata berbahaya.

Dengan catatan, para pemain lainnya bisa menjadi penyuplai untuk si penyerang murni itu. Kebetulan Everton sendiri punya Lucas Digne dan Djibril Sidibe di sektor bek sayap, ditunjang kreativitas Gylfi Sigurdsson di lini tengah, dan kecepatan serta segudang trik yang dipunya Richarlison.

Hari-hari indah sedang dijalani Carlo Ancelotti di Everton. Di masa tuanya, setelah kegagalan di Bayern dan Napoli, Everton muncul untuk mengukir kembali senyum di bibir Don Carletto.

Mungkinkah ini titik balik karier Ancelotti? Atau justru menjadi penutup manis dari perjalanan panjang allenatore berusia 60 tahun tersebut?