Eropa Italia

Sudah 8 Tahun, Alergi Inter di Januari Belum Sembuh

Alergi Inter di bulan Januari kambuh lagi. Hasil imbang 1-1 kontra Cagliari di kandang, Minggu (26/1) kemarin, membuat I Nerazzurri mengulang tren negatif di pertengahan musim, selama delapan musim beruntun.

Sudah jadi rahasia umum kalau Inter yang melaju mulus di awal musim, bisa mendadak tumbang setelah tahun berganti. La Beneamata seperti punya alergi tersendiri kalau sudah memasuki bulan Januari. Seakan-akan kemenangan adalah hal yang tabu.

Tren ini dimulai dua musim setelah berakhirnya dominasi Inter yang menjuarai Serie A lima kali beruntun. Tepatnya di musim 2012/2013, Inter yang diasuh Andrea Stramaccioni hanya sekali meraih kemenangan di Januari 2013. Sisanya, sekali kalah 0-3 lawan Udinese, dan imbang lawan Roma serta Torino.

Di musim berikutnya, 2013/2014, performa Inter lebih buruk. Selama Januari 2014 tak ada satupun kemenangan yang didapat. Rinciannya, kalah 0-1 lawan Lazio dan Genoa, imbang 1-1 kontra Chievo, dan seri 0-0 saat menjamu Catania.

Musim 2014/2015 sedikit membaik dengan satu kemenangan kala menjamu Genoa di kandang. Tapi, Mauro Icardi dan kolega harus berbagi angka dengan Juventus dan Empoli, lalu secara mengejutkan kalah di kandang melawan Torino yang menghuni peringkat 13.

BACA JUGA: Francesco Toldo dan Dua Sisi Hidupnya di Kota Milan

Pola itu belum berubah di musim 2015/2016. Inter yang dibawahi Erick Thohir sebagai presiden klub, cuma meraup satu kemenangan di Januari 2016 lawan Empoli, kemudian imbang 1-1 lawan Atalanta dan Carpi, sisanya kalah 0-1 dari Sassuolo dan takluk 0-3 di Derby Della Madonnina.

Peruntungan Inter baru membaik di pertengahan musim 2016/2017. Stefano Pioli membawa Inter menyapu bersih semua laga di Januari! Udinese, Chievo, Palermo, dan Pescara, semua dikalahkan masing-masing dengan skor 2-1, 3-1, 1-0, dan 3-0.

Tetapi di musim 2017/2018, alergi Inter di Januari kumat lagi. Inter mencatatkan tiga hasil imbang beruntun di Januari, melawan Fiorentina, Roma, dan SPAL. Laju mulus di awal musim yang tak terkalahkan selama 16 laga beruntun, menguap begitu saja.

Begitu juga dengan musim lalu. I Nerazzurri yang sempat perkasa di awal musim bahkan membuat tujuh kemenangan beruntun, sewaktu masuk bulan Januari langsung bobrok. Dimulai dari imbang tanpa gol kontra Sassuolo, lalu berlanjut dengan dua kekalahan beruntun lawan Torino dan Bologna.

Kemudian yang terbaru di Januari 2020, laju Inter kembali tersendat. Tahun baru diawali Inter dengan bagus lewat kemenangan 3-1 di kandang Napoli, tapi di tiga giornata berikutnya Inter puasa kemenangan. Semua pertandingan berakhir imbang 1-1, lawan Atalanta, Lecce, dan Cagliari.

BACA JUGA: Dulu Vieri, Sekarang Lukaku

Akibatnya…

Menurunnya grafik performa Inter di Januari mengakibatkan posisi mereka di klasemen terus menurun. Bahkan bukan peringkat saja yang turun, tapi mental pemain juga ikut terpuruk.

Dampak dari tren negatif ini adalah peringkat akhir yang mengecewakan. Banyaknya hasil minor dalam satu bulan mengakibatkan Inter harus berjuang ekstra keras di Februari, Maret, April dan Mei. Apesnya, empat bulan di akhir musim berbeda dengan empat bulan di awal musim.

Mendekati akhir musim tekanan bakal semakin meningkat, sedangkan fisik pemain kian terkuras. Begitu pun dengan pelatih, yang makin sulit berpikir jernih kalau menghadapi tekanan hebat di akhir musim.

Inter pun merasakan akibatnya. Poin-poin yang terbuang di Januari turut mempengaruhi hasil-hasil minor di bulan Februari. Walau sempat bangkit di beberapa pertandingan berikutnya, tetap saja tak cukup waktu untuk memperbaiki posisi.

Berikut adalah rekap posisi akhir Inter di klasemen Serie A, sejak musim 2012/2013.

  • Musim 2012/2013: peringkat 9
  • Musim 2013/2014: peringkat 5
  • Musim 2014/2015: peringkat 8
  • Musim 2015/2016: peringkat 4
  • Musim 2016/2017: peringkat 7
  • Musim 2017/2018: peringkat 4
  • Musim 2018/2019: peringkat 4

BACA JUGA: Akusisi Erick Thohir di Internazionale Milano akan Diselidiki

Bagaimana dengan musim 2019/2020?

Inter sekarang memang masih bertengger di peringkat kedua, tapi posisinya sangat rentan. Pemilik tiga trofi Si Kuping Besar ini rawan disalip Lazio yang menyimpan tabungan satu pertandingan, dan masih berjarak tiga poin dengan Juventus di pucuk klasemen.

Bulan Januari buat kebanyakan orang, banyak dipakai untuk menata kembali hidup dan memulai sesuatu yang baru. Berbekal resolusi tahun baru, semangat untuk melakukannya naik berkali-kali lipat.

Tapi berbeda dengan Inter. Januari justru bulan yang suram, bulan yang penuh cobaan dan penderitaan. Maka ada baiknya untuk para Interisti, sekencang apapun laju Inter di awal musim, jangan buru-buru sesumbar sampai melewati bulan Januari.

Atau begini. Inter pindah saja ke Liga 1 Indonesia. Kompetisi di sini selesai bulan November/Desember, jadi nggak perlu cemas tiap lihat kalender bulan Januari. Tawaran yang menarik, bukan?