Cerita

Memindai Tugas Radja Nainggolan di Internazionale Milano

Dengan biaya sekitar 24 juta euro plus Davide Santon dan Nicolo Zaniolo, Internazionale Milano secara resmi menggaet gelandang berpaspor Belgia kepunyaan AS Roma, Radja Nainggolan.

Usut punya usut, figur kelahiran Antwerp berusia 30 tahun itu adalah permintaan khusus allenatore Inter, Luciano Spalletti, demi membawa tim asuhannya mengukir performa yang lebih baik dan konsisten di musim 2018/2019. Publik tentu tidak heran jikalau Spalletti begitu ngebet akan Nainggolan. Pasalnya, kedua belah pihak memang sudah saling mengenal satu sama lain karena pernah bekerja sama di Roma selama satu setengah musim.

Oleh sebagian pengamat, hadirnya Spalletti sebagai pembesut I Giallorossi ketika itu, berperan besar membuat aksi-aksi Nainggolan di atas lapangan jadi semakin memesona. Tak perlu heran kalau namanya sampai dicatut sebagai salah satu gelandang terbaik yang merumput di Serie A.

Dalam kurun satu setengah tahun tersebut, pelatih berkepala plontos itu memang lebih sering memainkan Nainggolan sebagai gelandang tengah (nomor 8) pada separuh musim 2015/2016. Hal itu dilakukan guna memanfaatkan kemampuan sang pemain dalam mempertahankan dan mendistribusikan bola ke depan sekaligus membentengi area pertahanan.

Namun sebuah eksperimen berbeda, dicetuskan Spalletti kala mendorong Nainggolan untuk bermain lebih ke depan sebagai gelandang serang (nomor 10) sepanjang musim 2016/2017. Berdasarkan data Transfermarkt, lelaki setinggi 175 sentimeter itu merumput sebanyak 27 kali (dari 37 penampilan di Serie A).

Hebatnya, hanya dalam tempo satu musim itu saja, aksi-aksi Nainggolan meroket dengan mengepak 11 gol dan 4 asis buat I Giallorossi. Keadaan tersebut lantas memicu pertanyaan, mengapa ia bisa tampil segemilang itu?

Dalam skema yang dikembangkan Spalletti selama musim 2016/2017, Nainggolan tidak ia tugaskan sebagai gelandang nomor 10 murni yang dominan ofensif. Secara praktik, figur yang memiliki banyak tato di tubuhnya itu adalah gelandang hibrida yang pergerakannya sangat dinamis, terlebih ia memiliki tenaga besar yang seolah tak ada habisnya guna digeber selama 90 menit.

Ia tak sekadar beroperasi di area sepertiga akhir guna menjembatani lini tengah dan lini depan buat melayani para penyerang I Giallorossi atau mencetak gol dengan kepala maupun kakinya sendiri. Karakter yang Nainggolan emban, juga membuatnya ikut turun jauh lebih ke dalam (sampai area tengah yang diisi gelandang nomor 8) untuk menginisiasi serangan, menciptakan peluang bagi diri sendiri ataupun rekan-rekannya buat mencetak gol.

Alhasil, sektor tengah Roma saat itu bak mesin mobil balap yang meraung-raung laju karena Nainggolan juga ditemani penggawa-penggawa berkualitas semisal Daniele De Rossi dan Kevin Strootman serta memiliki peran berbeda-beda namun saling melengkapi.

Lantas, bagaimana Spalletti akan memberdayakan Nainggolan kala berseragam I Nerazzurri?

Musim 2017/2018 kemarin, sang allenatore sempat kebingungan mencari ramuan terbaik di sektor tengah Inter yang miskin kreativitas. Akan tetapi, semuanya berubah manakala Rafinha Alcantara direkrut dengan status pinjaman dari Barcelona selama setengah musim.

Keberadaan Rafinha seolah menjawab kebutuhan Spalletti perihal gelandang imajinatif dan kreatif yang piawai dalam menciptakan peluang di area sepertiga akhir, baik untuk menservis Mauro Icardi ataupun mencetak gol dengan usahanya sendiri.

Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, belum ada indikasi nyata jikalau I Nerazzurri bakal mempermanenkan Rafinha. Maka dari itu, perekrutan Nainggolan terasa begitu masuk akal karena kemampuan yang ia miliki, takkan membuat kepala Spalletti pening soal kreativitas permainan.

Seperti momen kebersamaan mereka di I Giallorossi dahulu, naga-naganya Nainggolan juga bakal memerankan tugas serupa di Inter dengan asumsi Spalletti tetap menggunakan formasi 4-2-3-1.

Ia akan berdiri sebagai gelandang serang nomor 10 tepat di belakang Icardi tapi juga diplot untuk turun ke bawah tapi sedikit di depan area double pivot. Walau begitu, tak menutup kemungkinan juga kalau nanti, Nainggolan diberi kebebasan ekstra oleh Spalletti buat menjemput bola dari depan area pertahanan layaknya gelandang nomor 6.

Terlepas dari usianya yang sudah menyentuh kepala tiga, hadirnya Nainggolan sebagai salah satu amunisi baru I Nerazzurri di sektor tengah pasti dapat memberikan faedahnya tersendiri, di mana itu semua berujung pada keinginan Inter buat menjalani musim 2018/2019 secara paripurna dan lebih baik guna memetik prestasi atau bahkan trofi (dari ajang apapun yang mereka ikuti).