Cerita

Radja Nainggolan dan Masalah Pribadi yang Seharusnya Dikesampingkan oleh Roberto Martinez

Belgia baru saja mengumumkan 28 nama yang akan mengisi skuat sementara mereka untuk Piala Dunia 2018 di Rusia nanti. Tentu saja, nama-nama populer seperti Eden Hazard, Romelu Lukaku, Dries Mertens, Jan Vertonghen, serta Kevin De Bruyne mengisi skuat. Meskipun begitu, ada satu nama besar yang tak masuk ke dalam daftar 28 pemain tersebut dan menyebabkan sang pelatih kepala, Roberto Martinez, dikritik. Ya, Martinez tak memanggil gelandang Radja Nainggolan ke timnya.

Keputusan Martinez untuk tak memanggil Nainggolan sesungguhnya sudah bisa diduga. Pelatih berkewarganegaraan Spanyol tersebut memang bukan penggemar Nainggolan dan sang pemain pun tak mendapatkan menit bermain yang layak di bawah binaan Martinez—hanya tampil selama enam menit selama fase kualifikasi. Meskipun begitu, keputusan Martinez ini tetap dianggap sebagai sebuah kekeliruan dan mengundang kritik yang begitu banyak, mengingat betapa luar biasanya penampilan Nainggolan bersama AS Roma musim ini dan ia adalah figur yang populer bagi suporter dan rekan setimnya.

Martinez mengungkapkan bahwa keputusannya untuk tak memanggil Nainggolan didasari oleh alasan taktikal.

“Keputusan saya didasari oleh alasan taktikal. Selama dua tahun terakhir, kami telah menerapkan skema yang begitu ofensif, dengan sistem yang begitu spesifik yang sudah diterapkan ke pemain-pemain yang akan menjalankan perannya masing-masing. Radja memegang peranan yang luar biasa di klubnya, namun saya tak merasa kami bisa memberi peran seperti itu di tim nasional. Ia bukanlah pemain yang terbiasa menjalankan peran yang minimal,” ujar Martinez di konferensi pers usai mengumumkan skuatnya, dikutip dari ESPN.”

Di bulan November tahun lalu, Martinez mengungkapkan bahwa ia melihat Nainggolan sebagai pemain tipe nomor 10.

“Saya mengambil keputusan demi keseimbangan tim. Saya pikir saat ini Eden Hazard dan Dries Mertens adalah pemain nomor 10 terbaik yang kami miliki. Bagi Radja, ia mengeluarkan kemampuan terbaiknya ketika bermain di posisi nomor 10 seperti ketika ia bermain di belakang Edin Dzeko. Kami tak memiliki posisi seperti itu di timnas dan ketika kami mencobanya, itu tidak berhasil,” dikutip dari Footbal Italia.

Alasan yang diungkapkan oleh Martinez ini mengundang pertanyaan dan keraguan. Pasalnya, Martinez disinyalir memiliki masalah pribadi dengan sang gelandang. Pelatih berusia 44 tahun ini dikabarkan membenci kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol yang dimiliki Nainggolan.

https://twitter.com/Solano_56/status/998510917607358464

Meskipun tak ada bukti sahih dari perkataan Martinez mengenai perasaannya terhadap Nainggolan, sang pemain memberikan pesan tersirat bahwa pelatihnya memang tak menyukainya. Dalam unggahannya di akun Instagram pribadi miliknya, Nainggolan mengungkapkan bahwa ia telah melakukan segalanya untuk mendapat kesempatan di timnas. Unggahannya tersebut juga menyatakan bahwa ia pensiun dari timnas Belgia setelah tak dipanggil oleh Martinez.

“Menjadi diri sendiri kerap kali menyulitkan” adalah cara implisit Nainggolan untuk menyampaikan bahwa Martinez tak menyukai pribadinya. Memang, sebagai atlet profesional, merokok dan minum minuman beralkohol adalah hal yang cenderung haram untuk dilakukan. Meskipun begitu, Nainggolan telah membuktikan bahwa kebiasaannya itu tak memengaruhi performanya.

Dari dua statistik di atas, dapat dilihat bagaimana Nainggolan adalah pemain yang begitu superior. Dilihat dari jumlah tekel sekaligus peluang yang ia ciptakan, menyebutnya sebagai pemain nomor 10 adalah suatu hal yang meragukan. Dari statistiknya, alih-alih playmaker murni, Nainggolan lebih bermain seperti gelandang box-to-box, gelandang yang mampu melakukan tugas bertahan dan menyerang secara mobil.

Berdasarkan twit Kristof Terreur, seorang expert mengenai sepak bola Belgia, Martinez menggunakan skema 3-4-3 yang tanpa pemain nomor 10. Alasan taktikal yang diungkapkan Martinez memang tampak tepat, namun berkaca pada statistik dan gaya main Nainggolan, tentu ia akan menjadi pemain yang luar biasa ketika diberi tempat di lini tengah dalam skema tersebut.

Menit bermainnya yang didapatkan secara reguler di Roma dan pengalamannya bermain di level tertinggi seperti Liga Champions tentunya lebih berharga ketimbang Marouane Fellaini dan Youri Tielemans yang tak mendapatkan menit bermain yang cukup di Manchester United dan AS Monaco atau Axel Witsel dan Leander Dendoncker yang “hanya” bermain di Liga Super Cina dan Liga Belgia.

Dari pemaparan-pemaparan di atas, semakin besar kemungkinan bahwa adalah masalah personal yang menjadi alasan utama mengapa Martinez meminggirkan Nainggolan. Keputusan yang menurut Philippe Albert, eks penggawa Belgia, yang akan merusak kesempatan The Red Devils untuk menjadi juara.

Skuat Belgia saat ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Meskipun begitu, tanpa bermaksud melebih-lebihkan, Nainggolan bisa menjadi pemain yang tepat untuk menyeimbangkan skuat sang Setan Merah, seperti yang ia tunjukkan di Piala Eropa 2016 lalu bersama Belgia asuhan Marc Wilmots. Apabila benar masalah pribadi yang jadi penyebab Nainggolan diabaikan Martinez, pria Spanyol tersebut harus merutuki diri sendiri yang tak mampu meminggirkan urusan pribadi apabila Belgia gagal di Rusia nanti.