Perpisahan memang selalu tidak menyenangkan. Terutama untuk mereka yang telah lama memiliki romansa. Terlebih lagi saat akhir hubungan seolah tidak terduga dan dicampakkan begitu saja.
Contohnya akhir hubungan Seto Nurdiantoro. Bukan hanya dengan PSS Sleman, tapi juga memaksanya berpisah dengan pendukung setianya.
Secara mengejutkan pihak manajemen PSS Sleman memperkenalkan pelatih baru yang akan mengarsiteki Bagus Nirwanto dan kawan-kawan di musim mendatang.
Nama Eduardo Perez dijadikan pengganti putra daerah yang sejak 2016 lalu membuat banyak kisah. Dari mulai juara Liga 2 dan promosi menuju kasta tertinggi, hingga melesat di musim pertama PSS di Liga 1.
Meski sempat mengutarakan niat untuk meninggalkan Bumi Sembada di tengah kompetisi lalu, semua tetap tidak percaya bila akhirnya harus benar-benar berpisah dengan pelatih yang menjelma idola.
Saat itu suporter berhasil mengurungkan niat pergi sang pelatih berwajah dingin. Koreo mereka buat, tagar #InSetoWeTrust mereka naikkan.
Namun kini, dengan telah ditunjuknya pelatih baru Super Elang Jawa, artinya hubungan Seto Nurdiantoro dan PSS Sleman harus benar-benar berakhir. Untuk alasannya sendiri masih belum terungkap hingga kini.
Mengutip laman kumparan.com, Seto hanya mengungkap alasannya adalah ketidakcocokan dengan manajemen.
“Itu normal. Namanya juga dinamika sepak bola. Manajemen ‘kan sudah mengumumkan pelatih baru. Simpel saja, manajemen tidak cocok dengan saya waktu negosiasi. Entah apakah saya terlalu vokal, tapi saya tidak akan banyak komentar di situ. Buat saya, ini memang jalan Tuhan dan tidak ada masalah,” ujar Seto.
Lalu yang mencuat adalah ketidakcocokan perihal pemilihan pemain, yang berbuntut hengkangnya pemain-pemain lokal pilar Super Elja.
“Kalau negosiasi (gaji) sebetulnya masih bisa dikomunikasikan. Mungkin sifat saya juga yang membutuhkan kepastian. Rekomendasi pemain juga sering tidak cocok. Itu sepertinya yang membuat saya tidak disukai. Intinya, saya syukuri dan tidak ada penyesalan. Saya bisa menerima,” imbuh Seto.
Tapi apapun itu, yang pasti Seto telah menepati janjinya untuk tidak meninggalkan tim dalam keadaan terpuruk. Menyelesaikan musim di posisi delapan dengan 12 kemenangan, 12 imbang, dan 10 kekalahan, tentu saja catatan manis untuk klub yang baru saja promosi.
Untuk masalah cinta, Seto tidak perlu diragukan lagi. Melanglang buana sebagai pemain lalu menjadi pelatih, putra daerah akhirnya pulang ke Bumi Sembada.
Cinta itu juga tergambar di akhir tahun 2018. Tentu semua masih ingat ketika air mata Seto bercucuran di tepi lapangan. Usai membawa anak asuhnya menang atas Kalteng Putra, tangisnya semakin pecah ketika Rangga Muslim memeluknya.
Meski berurai air mata, senyum dan cinta berhamburan ketika tubuh 45 tahunnya dilemparkan ke udara oleh seluruh anggota tim.
Pertandingan itu adalah semi-final Liga 2, yang dengan kemenangannya membawa PSS Sleman melaju ke kancah tertinggi sepak bola negeri ini.