Nasional

BCS Mengingatkan 8 Tuntutan

Kamis malam (24/10), seperti biasa Stadion Maguwoharjo penuh ketika PSS Sleman berlaga. Terlebih bagi suporter Super Elja yang malam itu datang adalah teman dari Jakarta.

Sejak sebelum pertandingan, kedua teman sudah saling sapa. Dua ribu tiket jatah tim tamu habis terbeli. Bahkan di luar stadion masih ada sekitar 3.000 Jakmania tanpa tiket yang memang telah bersepakat tidak memaksa masuk.

Seperti biasa juga, Brigata Curva Sud (BCS) maupun Slemania yang dikenal kreatif menyajikan aksinya. Dari mulai chants hingga gerakan penyemakan dilakukan 90 menit pertandingan. menjadi lebih menarik karena dalam pertandingan tersebut mereka saling sahut dengan tamunya.

Tribun yang biasanya didominasi warna hitam dan hijau, kali ini mendapat tambahan warna merah. Chants yang biasanya didominasi dukungan untuk PSS Sleman, kali ini berbagi dengan Macan Kemayoran.

Menjadi sedikit berbeda ketika koreografi mulai dimainkan di tribun selatan saat babak kedua. Nampaknya ini bukanlah koreografi biasa. Tribun selatan yang semula didominasi warna hitam berubah putih karena kertas-kertas yang mulai dibentangnya.

Baca juga: Siapkah Seto Nurdiantoro Latih Timnas Indonesia?

Dua gambar berukuran besar menyusul kemudian. Di sisi kiri, Seto dan dua pemainnya nampak tertunduk. Sedangkan di sisi kanan, dua orang berjabat tangan seolah melakukan kesepakatan. Setelahnya, sinyal angka 8 berwarna kuning dimainkan.

Bagi yang mengikuti perjalanan Laskar Sembada tentu mengerti betul pesan yang dikirimkan. Jelas kalau malam itu BCS, penghuni tribun selatan coba mengingatkan delapan tuntutan yang sebelumnya dilayangkan.

Sekitar Maret tahun ini, mereka memang sempat melayangkan delapan tuntutan kepada PT. Putra Sleman Sembada (PT. PSS) sebagai perusahaan yang menaungi klub kebanggaan mereka dalam beberapa tahun terakhir. Kala itu PT. PSS dinilai belum cakap menjadi perusahaan yang mempunyai visi misi dan struktur organisasi yang jelas.

Mengutip laman bcsxpss.com, hal tersebut terlihat dari hasil yang terjadi di lapangan. Beberapa masalah di luar teknis tim masih sering menjadi kendala seperti  tempat tinggal/hunian tetap bagi pemain dan ofisial. Kesulitan mencari lapangan latihan yang representatif dan selalu berpindah-pindah. 

Juga penyelenggaraan pertandingan yang masih belum ideal dengan ditemukannya beberapa fakta di lapangan mengenai sistem penjualan tiket yang masih konvensional, oknum yang masuk stadion tanpa tiket, dan calo yang masih banyak dengan leluasa berkeliaran di stadion.

Baca juga: Sayap-Sayap Penopang Elang Jawa

Menurut  BCS, hal tersebut akan berpengaruh pada pendanaan tim. Manajemen dituntut mencari sumber pendapatan selain penjualan tiket yang selama ini menjadi andalan. Manajemen yang sebelumnya terkesan menunggu sponsor datang, dituntut untuk lebih profesional.

Selain itu, BCS menawarkan solusi dengan hadirnya official store. Sleman fans yang sudah memiliki budaya membeli original dirasa dapat menjadi salah satu modal besar. Selain itu mereka juga menuntut PSS harus mulai terbuka dengan investor jika ingin klub ini berkembang semakin besar dan dapat bersaing di sepak bola Indonesia, bahkan di level Asia.

Poin-poin tuntutan Brigata Curva Sud kepada PT. Putra Sleman Sembada (PSS), yaitu;

  • Program Pembinaan dan Akademi Usia Muda PSS Sleman
  1. Putra Sleman Sembada (PSS) harus segera membentuk struktur pengembangan program pembinaan dan Akademi Usia Muda PSS Sleman. Ini merupakan program jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini juga merujuk ketentuan sebagai salah satu klub peserta Liga 1 Indonesia atau Elite Pro Academy.
  • Mes untuk PSS Sleman
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus segera menentukan atau membuat hunian tetap bagi pemain dan ofisial PSS Sleman. Selain sebagai hunian tetap, mes diharapkan lengkap dengan fasilitas pendukung lainnya.
  • Lapangan untuk Berlatih
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus segera menentukan atau membuat lapangan untuk berlatih PSS Sleman. Mengingat beberapa kejadian PSS Sleman kesulitan mencari tempat untuk berlatih.
  • Marketing & Bussines Development
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus segera menentukan atau membentuk divisi khusus guna menangani lingkup kerja sama, penjualan, dan industri. Dalam beberapa tahun belakangan, PSS Sleman sangat diminati oleh multi-sponsor. Namun ini bukanlah hasil kerja dari PT. Putra Sleman Sembada (PSS), melainkan sponsor datang dengan sendirinya karena ceruk market yang dimiliki oleh suporter.
  • Menghapus Peran dan Posisi Ganda
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus segera menghapus peran dan posisi ganda di tubuh perusahaan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dirasa tidak cakap jika harus memiliki lebih dari satu posisi dan peran. Kekurangan SDM ini jelas menghambat kinerja perusahaan.
  • Manfaatkan dan Utamakan Peran Ofisial Media PSS
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus lebih cakap dalam penyampaian informasi ke publik. Terutama dalam hal rekrutan pemain, ofisial media dapat dijadikan sumber terpercaya bagi Sleman Fans dalam mendapatkan informasi.
  • Penyelenggaraan Pertandingan yang Profesional
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus membentuk panpel yang profesional yang dapat mengatasi masalah-masalah yang selama ini dikeluhkan suporter seperti masih banyaknya calo, sistem ticketing yang masih konvensional, dan oknum yang masuk tanpa tiket.
  • Standar Operasional Prosedur (SOP) yang Jelas dalam Perusahaan
  • Putra Sleman Sembada (PSS) harus memiliki SOP dan peran yang jelas di dalam masing-masing divisi perusahaan. SOP ini sangat penting agar tidak terjadi miss komunikasi dan tentunya tidak menghambat kinerja satu sama lain. Penempatan SDM yang memiliki kompetensi di bidang sepak bola dan pengembangannya.

Sebenarnya, semua tuntutan Brigata Curva Sud sejalan dengan program menuju klub profesional. Sayangnya hingga kini tuntutan itu seolah terlupakan dan beberapa poin masih belum juga terlihat nyata.