Suara Pembaca

Sayap-Sayap Penopang Elang Jawa

PSS Sleman benar-benar menjadi kuda hitam di Shopee Liga 1 2019 kali ini. Meskipun berstatus sebagai tim promosi, mereka berhasil tampil maksimal dengan mengoleksi 24 poin, hasil dari enam kali kemenangan dan enam hasil imbang.

Capaian ini mengungguli dua tim besar Indonesia, Persipura Jayapura dan Persib Bandung, serta juara bertahan Persija Jakarta yang masih berkutat di papan tengah klasemen sementara. Hal ini tentu menegaskan bahwa kehadiran Super Elang Jawa di kasta tertinggi kompetisi di Indonesia ini bukan hanya sebagai penggembira semata.

Semua prestasi ini tentu tak lepas dari tangan dingin pelatih Seto Nurdiantoro. Pelatih yang musim lalu juga berhasil mengantarkan PSS Sleman naik kasta dari Liga 2 ini tergolong pelatih yang pintar dan adaptif dalam menerapkan strategi.

Perubahan strategi yang ia terapkan sering kali mampu merepotkan pelatih lawan, yang berujung dengan satu hasil yang menggembirakan. Terbukti dari 24 gol yang mereka sarangkan ke gawang lawan, 14 gol tercipta di paruh kedua pertandingan.

Artinya, lebih dari setengah gol mereka di kompetisi ini tercipta setelah jeda istirahat, yang biasanya dimanfaatkan oleh pelatih untuk mengubah strategi. Ini jelas menegaskan betapa jelinya coach Seto dalam melihat jalannya pertandingan dan mengubahnya menjadi keuntungan bagi PSS Sleman.

Baca juga: Bonus Rp 200 Juta untuk PSS dari BCS

Namun hal tersebut hanyalah satu faktor. Tentu masih banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap meningkatnya grafik permainan Super Elang Jawa.

Salah satunya adalah padunya pemain asing dengan gaya permainan PSS Sleman. Sebuah kejelian dari tim pelatih melihat potensi dari pemain Eropa, Yevhen Bokhasvili, serta dua pemain lain, Alfonso De La Cruz dan Brian Ferreira.

Padahal di awal musim, pemilihan pemain asing oleh PSS Sleman sempat dikritik banyak pihak. Wajar, nama Yevhen Bokhasvili yang didapuk sebagai penyerang utama tim ini berasal dari negara Ukraina yang memiliki gaya bermain berbeda jauh dengan Indonesia.

Jika di Ukraina permainan banyak mengandalkan teknik dan fisik, maka permainan di Indonesia berlangsung lebih cepat dan lebih taktis. Karena itu kedatangan Yevhen ke tanah Sleman sempat diragukan.

Akan tetapi Yevhen berhasil membuktikan bahwa gaya permainan yang berbeda bukanlah masalah baginya. Berbekal fisik mumpuni khas Eropa dengan teknik-teknik kelas atas yang ia pertontonkan, ia menjadi idola baru di tanah Sleman.

Tambahkan insting mencetak golnya yang tajam membuat label penyerang komplet semakin melekat padanya. Total 9 gol telah diciptakan oleh juru gedor Eropa Timur ini, menjadi salah satu pemain yang cukup ditakuti oleh lawan PSS Sleman.

Faktor pemain asing ini jelas berkontribusi banyak terhadap permainan tim. Selain Yevhen, pemain asing lain jelas tak kalah berkontribusi darinya. Alfonso De La Cruz berhasil memimpin lini belakang PSS yang mayoritas diisi pemain muda, sehingga tingkat disiplin mereka terus terjaga sepanjang permainan.

Kemudian Brian Ferreira yang berperan sebagai motor serangan juga tak kalah baiknya. Ia berhasil merepotkan lawan dengan gocekan-gocekan luwes serta umpan manjanya.

Tambahkan satu hal lagi, insting mencetak gol yang tak kalah dari penyerang asli, yang membuat peluang mencetak gol PSS dari lini kedua menjadi lebih besar. Sesuatu yang jarang dimiliki oleh tim lain.

Sementara untuk satu pemain asing lagi, Guilherme Batata, kemungkinan besar ia akan digantikan di paruh kedua musim ini. Meskipun penampilannya tak buruk, jelas ia tak cukup istimewa sebagai pemain asing.

Catatan merah cedera yang ia dapatkan juga membuatnya harus lebih banyak menepi di paruh pertama musim ini. Oleh karena itu wajar apabila coach Seto ingin segera menggantinya dengan amunisi yang lebih mumpuni dan siap tampil sepanjang musim.

Baca juga: Brigata Curva Sud di Era Revolusi Industri 4.0

Dua hal tersebut boleh dibilang adalah faktor yang mengangkat prestasi tim kebanggaan Sleman ini di tahun pertamanya berkompetisi di kasta tertinggi setelah sekian lama berkutat di Liga 2.

Maka dari itu, untuk menutup tulisan ini, saya akan menambahkan satu faktor krusial lain yang jelas berpengaruh banyak terhadap perkembangan tim ini. Faktor apakah itu?

Faktor tersebut adalah faktor kesabaran. Kesabaran dari pemain, kesabaran dari pelatih, kesabaran dari manajemen, hingga kesabaran dari penonton turut berkontribusi mengangkat performa tim. 

Pemain dan pelatih jelas diuji kesabaran dan mental bertandingnya ketika setelah kemenangan di laga pembuka mereka gagal meraih poin penuh di empat laga berikutnya.

Tekanan dari pihak suporter jelas akan membebani pemain manapun, mengingat suporter PSS terkenal akan militansinya yang tinggi. Namun tekanan tersebut berhasil mereka atasi dengan performa yang sedikit demi sedikit kian membaik.

Sementara bagi manajemen, mereka tentu diuji kesabarannya melihat performa tim yang sempat turun di awal musim. Mereka tentu bimbang, antara mempertahankan coach Seto yang sedang di bawah performa terbaiknya atau menggantinya.

Baca juga: Seto Nurdiantoro dan Cinta di Utara Yogyakarta

Di Indonesia, pergantian pelatih memang lumrah dilakukan ketika tim mengalami sedikit penurunan prestasi. Terbaru, pelatih Madura United, Dejan Antonic, harus rela melepas jabatannya setelah menjalani lima laga terakhir tanpa kemenangan. 

Dan di situasi PSS saat itu, tim manajemen memutuskan untuk bersabar menunggu buah strategi coach Seto. Entah karena mereka masih mempercayai sosok Seto Nurdiantoro, atau karena mereka paham tim butuh adaptasi dengan liga yang baru dan keketatan kompetisi yang lebih tinggi. Apapun alasannya, jelas mereka telah mengambil keputusan yang tepat.

Coach Seto serta pemain yang bisa dibilang sempat kaget di awal musim dengan ketatnya persaingan Shopee Liga 1 2019, kini sudah mampu beradaptasi dengan semua itu. Terbukti mereka mampu menumbangkan berbagai tim unggulan juara layaknya Madura United dan PSM Makassar. Sebuah prestasi yang membuat tim lain tak bisa menganggap sebelah mata tim Elang Jawa.

Terakhir, untuk kesabaran para suporter PSS Sleman, saya sungguh mengapresiasi mereka. Ketika empat laga dijalani tanpa kemenangan, tak banyak pihak yang menuntut ganti pelatih pada manajemen.

Baca juga: Super Elja Terbang di Jagad Maya

Suporter paham makna proses, dan setia menunggu proses tersebut. Sesuatu yang tak dimiliki oleh banyak tim besar seperti Persebaya yang memilih memberhentikan Djadjang Nurdjaman, maupun tim lainnya. 

Ketiga hal tersebut jelas menjadi kunci utama di balik moncernya performa PSS Sleman musim ini, menjadi sayap-sayap yang menopang Elang Jawa untuk terbang tinggi.

Memang mereka belum sempurna. Banyak poin yang mereka sia-siakan ketika harus ditahan imbang lawan di kandang sendiri.

Mereka membutuhkan konsistensi, dan ketika mereka mendapatkannya, maka lengkaplah sayap-sayap yang menopeng Sang Elang, yang siap terbang lebih tinggi, menuju kancah Asia.

 

*Penulis merupakan seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang gemar menganalisis sepak bola Indonesia. Bisa dihubungi di ID LINE: achmzulfikar