Akhirnya orang-orang Italia dapat menikmati sepak bola lagi! Setelah penampilan timnas Italia yang tak kunjung memuaskan dalam beberapa tahun ke belakang, kini mereka resmi mendapatkan satu tempat di Piala Eropa 2020.
Segudang pemain muda siap bersinar dan gaya permainan yang lebih menyerang jadi pondasi era baru wajah sepak bola Italia untuk kembali tersenyum.
Sangat mengesankan bahwa Italia tak lagi membiru dan mampu menunjukkan performa apik di kualifikasi Piala Eropa 2020. Di bawah asuhan allenatore Roberto Mancini, performa Gli Azzurri yang tengah menanjak bukanlah untuk hasil instan lolos ke kompetisi antarnegara se-Eropa, tetapi rencana jangka panjang untuk mengembalikan Italia sebagai yang terbaik di kancah sepak bola internasional.
Mari melihat performa Italia dari statistik yang mereka buat hingga penghujung 2019. Sejak November tahun lalu Italia berhasil memenangkan 11 pertandingan secara beruntun, yang 10 di antaranya merupakan pertandingan kualifikasi Piala Eropa 2020. Pencapaian Leonardo Bonucci dan kawan-kawan bahkan melewati raihan yang pernah dicapai Italia di era 1938 hingga 1939.
Sebagai pemuncak klasemen Grup J, Gli Azzurri juga berhasil mencetak 37 gol dan hanya kemasukan 4 gol. Di sisi lain Italia juga jadi tim yang tak hanya jago kandang tetapi juga tampil ngeyel dan mampu meraih kemenangan tandang. Mereka juga berhasil jadi salah satu tuan rumah yang memastikan diri lolos ke Piala Eropa 2020 sejak Oktober lalu.
BACA JUGA: Di Balik Investasi Cina di Tanah Italia
Ada banyak faktor yang memengaruhi kebangkitan Gli Azzurri yang tak lagi membiru saat ini. Namun yang terpenting adalah sosok di balik kebangkitan yang tidak lain dan tidak bukan adalah Roberto Mancini.
Terakhir kali Italia berjaya di pentas dunia adalah saat generasi emas mereka meraih gelar prestisius Piala Dunia 2006 di Jerman, dengan bermaterikan sejumlah nama seperti Andrea Pirlo, Fransesco Totti, hingga Fabio Cannavaro.
Rancang agung Mancini untuk Italia baru
Saat ini materi pemain Italia jelas jauh berbeda dengan generasi emas Piala Dunia 2006. Gli Azzurri kini tak hanya dihuni beberapa pemain senior seperti Leonardo Bonucci, Giorgio Chiellini, Marco Verratti, dan Lorenzo Insigne tapi juga beberapa pemain muda yang tengah menanjak seiring meningkatnya pamor Serie A beberapa musim ke belakang.
Contohnya duo Inter, Nicolo Barella dan Stefano Sensi, serta wonderkid Fiorentina, Federico Chiesa. Terbukti, ketiganya mampu bermain apik di bawah arahan Mancini.
Mancini berhasil mengubah Italia, tim yang tadinya dianugerahi sebelas pemain jenius di dalam lapangan, menjadi yang kuat secara secara mental dan membuat Gli Azzurri tak lagi membiru, meratapi tahun-tahun penuh kegagalan di kancah internasional.
Menariknya cara Mancini memperbaiki tim tidak langsung mengubah gaya bermain Italia menjadi ofensif. Beberapa pemain yang disebutkan di atas adalah para pemain yang suka sekali menyentuh dan menguasai bola, maka Mancini tahu bahwa “Italia zaman now” sedikit banyak harus bermain dengan possession ball yang kuat.
Mungkin taktik ini cenderung defensif dan berisiko tinggi, karena bila gagal dalam melakukan transisi dari menyerang ke bertahan atau pun sebaliknya, permainan Italia tak akan berkembang atau malah kebobolan. Namun di sisi lain jika berhasil, para pemain Italia dapat mendominasi tiap-tiap sudut lapangan dan memberikan gairah baru bagi para pencinta Azzurri.
Mancini pun sudah sangat yakin dengan skuat Italia saat ini, kombinasi pemain tua dan muda kemungkinan besar tak akan diubahnya. Pada sebuah konferensi pers, eks pelatih Manchester City tersebut mengungkapkan bahwa dirinya tak berpikir untuk menambah amunisi baru untuk Azzurri.
“Tak akan ada cukup waktu bagi pemain-pemain baru untuk dapat menyatu dengan tim,” ucapnya.
Pendekatan yang dilakukan Mancini sendiri membuat timnas Italia layaknya sebuah klub. Ia tak memilih sekumpulan pemain terbaik di Italia, melainkan menyusun skuat untuk Piala Eropa 2020 dari pemain-pemain yang dapat bermain dengan baik sesuai arahan, taktik, serta kemauannya.
Menampilkan sejumlah pemain muda yang minim jam terbang mungkin jadi perjudian besar, meski demikian bermain di turnamen sebesar Piala Eropa akan memberikan motivasi lebih bagi mereka.
Mancini mungkin bukan satu-satunya pelatih yang melihat sebuah tim nasional sebagai sebuah klub, namun saya berpikir ia memiliki sebuah rancang agung sehingga layak dianggap “penemu Italia baru.”
Ia tak hanya mengejar hasil baik atau kemenangan selama babak kualifikasi, tetapi juga mengedukasi para pemain, menciptakan gaya bermain baru, dan kemenangan serta kelolosan mereka hanyalah bonus semata.
Di depan anak asuhnya Mancini pernah berkata, “Kita harus melakukan hal berbeda dibanding tahun-tahun lalu. Sangat penting bagi kita untuk mendominasi permainan, tekan lawan sesegera mungkin ketika kita kehilangan bola. Tujuan kita bukan untuk memenangkan pertandingan, para suporter sudah lama kehilangan kepercayaan pada timnas Italia dan kita di sini untuk mengembalikan kepercayaan itu.”
Sebagai seorang Italia saya percaya pepatah kecil tentang koki yang baik dan bahan baku yang baik akan menghasilkan makanan yang enak. Begitulah melihat wajah Italia baru di bawah sang koki, Roberto Mancini.
Kini Gli Azzurri tak lagi membiru. Mereka berusaha menatap langit yang cerah dan mungkin mereka tidak jauh lagi menuju panggung dunia setelah Piala Eropa 2020.
*Tulisan ini dialihbahasakan dari artikel Football Tribe Jepang. Artikel asli dapat dilihat di sini.